KABARBURSA.COM - Tiga asosiasi menjalin kerja sama guna mendorong perkembangan industri pasar modal. Mereka adalah Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII), dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI).
Ketua APEI Prama Nugraha mengatakan, pihaknya percaya bahwa kolaborasi ini akan membawa manfaat besar bagi industri pasar modal Indonesia.
"Dengan memperluas akses ke berbagai produk pasar modal dan meningkatkan literasi keuangan, kita dapat menarik lebih banyak investor untuk berpartisipasi di pasar modal," kata Prama dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Kamis, 13 Maret 2025.
Ketua AMII Hanif Mantiq, memandang kerja sama ini akan memperkuat sinergi antara perusahaan efek dan manajer investasi, sehingga menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih efisien dan menarik bagi investor.
Sementara itu, Armand Wahyudi Hartono, Ketua Umum AEI, menyatakan pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan pasar modal yang inklusif.
"Dengan memotivasi.dan mendorong anggota-anggota kami untuk menerbitkan efek yang berkualitas dengan tata kelola yang baik. Kami yakin bahwa pasar modal yang kuat akan menjadi pilar penting bagi perekonomian nasional," ungkapnya.
Terdapat tiga poin penting yang dihasilkan dalam kolaborasi tersebut, pertama adalah mendorong perluasan akses pasar reksa dana. Dalam hal ini, APEI dan AMII berkomitmen untuk meningkatkan jumlah Agen Penjual Reksa Dana (APERD) serta Gerai Pemasaran Reksa Dana dengan memberikan asistensi kepada anggota APEI yang ingin mendapatkan izin sebagai APERD dan mendukung pertumbuhan industri reksa dana di Indonesia.
Yang kedua adalah peningkatan partisipasi emiten dalam pengembangan pasar modal. Di poin ini, AEI akan mendorong para anggotanya untuk meningkatkan penciptaan efek guna mendukung pertumbuhan industri dan keberlanjutan pasar modal, dan mewujudkan keseimbangan antara suplai dan permintaan di pasar modal Indonesia.
Kemudian, yang terakhir adalah peningkatan literasi dan inklusi keuangan. Nantinya, Ketiga asosiasi akan bekerja sama dalam pelaksanaan program literasi dan inklusi keuangan, khususnya dalam edukasi terkait investasi di pasar modal yang meliputi Saham, Obligasi, Dan Reksa Dana.
Hal tersebut pun diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pasar modal Indonesia.
Pasar Modal Sempat Mengalami Tekanan
Pasar modal Indonesia sempat mengalami tekanan beberapa waktu lalu. Untuk mengatasi ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menunda penggunaan transaksi short selling demi menjaga stabilitas pasar.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, mengatakan keputusan tersebut diambil setelah bertemu dengan para pelaku pasar modal hari ini.
"Pada dialog tadi kami mendengarkan banyak sekali masukan-masukan konstruktif dari pelaku sekaligus stakeholder pasar modal yang tentunya akan segera kita tindak lanjuti sesuai dengan kapasitas dan peran kami masing-masing," ujarnya dalam acara konferensi pers di Gedung BEI Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.
Inarno menyampaikan pembicaraan tersebut fokus terhadap kondisi pasar saham Indonesia yang beberapa hari terakhir tengah mengalami tekanan.
Dengan masukan yang diterima para pelaku pasar, Inarno menyatakan pihaknya dan BEI memutuskan untuk menunda transaksi short selling.
"OJK akan mengambil kebijakan awal untuk pertama adalah menunda implementasi kegiatan short selling," katanya.
Selain itu, kata Inarno, pembicaraan tersebut juga melahirkan keputusan yakni opsi kebijakan mengkaji buyback saham tanpa adanya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Inarno menjelaskan dua kebijakan itu dipusatkan demi menjaga stabilitas pasar, peningkatan likuiditas, dan juga memberikan perlindungan terhadap investor.
"Selain itu kami hadir mengamati dan juga berperan aktif dalam menjaga pasar modal Indonesia tetap stabil, transparan, dan juga berintegritas khususnya bagi investor lokal, retail, maupun internasional," pungkasnya.
BEI: Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia Masih Optimis di Tahun Ini
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa, Irvan Susandy pernah mengatakan pertumbuhan pasar modal Indonesia cukup optimis di tengah tantangan ekonomi global dan dinamika preferensi investor saat ini.
“Tahun ini sangat menantang, tetapi kami tetap optimistis bahwa pasar modal Indonesia akan terus berkembang. Memang ada perubahan tren, seperti popularitas crypto yang saat ini lebih menarik dibanding saham, tetapi ini semua ada masanya. Dua tahun lalu, saham lebih baik daripada crypto,” kata Irvan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta pada Senin, 20 Januari 2025.
Dia menjelaskan pentingnya literasi dan edukasi masyarakat untuk mendorong pertumbuhan investasi di pasar modal. Selain itu, juga penting dilakukan diversifikasi portofolio bagi investor.
“Investor pasti mempertimbangkan diversifikasi. Popularitas instrumen investasi seperti crypto dan saham akan berfluktuasi sesuai perkembangan ekonomi dan sentimen pasar,” tutur dia.
Terkait kondisi investor asing, Irvan menyebutkan bakal ada kaitan dampak kebijakan ekonomi global, termasuk keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang baru dilantik, akan menjadi perhatian.
“Kami menunggu kebijakan ekonomi Trump dalam beberapa bulan ke depan. Mungkin di kuartal pertama atau kedua, kita akan melihat kejelasan bagaimana hal ini memengaruhi pasar global,” tutur dia.
Pasar modal Indonesia diharapkan mampu terus menunjukkan pertumbuhan dan daya saing di tengah persaingan global dengan dukungan semua pemangku kepentingan, termasuk regulator, emiten, dan investor.
Pihaknya mengaku bahwa kondisi pasar akan membaik. “Kita perlu terus menjaga momentum ini dengan kebijakan yang mendukung dan meningkatkan kepercayaan investor.(*)