KABARBURSA.COM - Founder Stocknow.id Hendra Wardana, memprediksi saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) atau BBCA bakal mengalami volatilitas jangka pendek setelah membagikan dividen dan merombak jajaran direksi serta komisaris.
Diketahui, BCA resmi membagikan dividen tunai sebesar Rp300 per saham. Pembagian dividen ini sehubungan dengan laba bersih yang diperoleh BCA pada tahun buku 2024 yaitu sebesar Rp54,8 triliun.
Hendra mengatakan, pergerakan volatilitas terhadap saham lumrah terjadi karena banyak investor mengincar dividen dan cenderung melepas saham setelah cum date. Menurutnya, hal ini bisa menekan harga dalam waktu singkat.
"Namun, dalam jangka menengah hingga panjang, fundamental BBCA yang kuat tetap menjadi daya tarik utama, dengan target harga Rp9.575 dan resistance berikutnya di Rp9.925," ujarnya kepada Kabarbursa.com melalui aplikasi pesan, Kamis, 13 Maret 2025.
Pertumbuhan laba bersih BBCA yang mencapai 12,7 persen year-on-year menjadi Rp54,8 triliun pada 2024, kata Hendra, menunjukkan bahwa bank ini masih dalam jalur pertumbuhan yang solid.
Dia mengungkap saat ini rasio pengembalian ekuitas (ROE) BBCA sebesar 24,6 persen dan pengembalian aset (ROA) sebesar 1,89 persen. Berkaca dari catatan ini, dirinya memastikan BBCA masih menjadi saham andalan investor.
"(BBCA) masih menjadi pilihan utama investor jangka panjang yang mencari kombinasi stabilitas dan pertumbuhan," jelasnya.
Hendra menyampaikan, BBCA masih memiliki neraca solid meski dari sisi likuiditas dan struktur modal, distribusi dividen sebesar Rp37 triliun yang tentu mengurangi kas perusahaan.
Sementara itu dengan payout ratio sebesar 67,4 persen, lanjut dia, kebijakan ini tetap menarik bagi investor karena menunjukkan keseimbangan antara pengembalian kepada pemegang saham dan kebutuhan ekspansi bisnis.
"Yield dividen sebesar 2,8 persen berdasarkan harga saham Rp8.925 tetap dalam ekspektasi pasar dan memperkuat daya tarik saham ini sebagai saham defensif dengan imbal hasil menarik. Struktur permodalan BBCA yang kuat, didukung oleh permodalan inti (CAR) yang tinggi dan profitabilitas yang stabil, memastikan bahwa pembayaran dividen ini tidak mengganggu ekspansi bank ke depan," tuturnya.
Lebih jauh Hendra menuturkan, BBCA tetap mempertahankan kebijakan dividen yang atraktif dan konsisten walaupun ada sedikit penurunan payout ratio.
Dia menilai konsistensi dalam membagikan dividen merupakan sinyal positif bagi investor, karena menunjukkan bahwa manajemen tetap berkomitmen pada keseimbangan antara ekspansi dan kepentingan pemegang saham.
"Dalam beberapa tahun terakhir, BBCA selalu menjadi salah satu bank dengan kebijakan dividen yang stabil, sehingga investor tidak melihat perubahan besar dalam strategi ini sebagai sesuatu yang mengejutkan," pungkasnya.
Harga BBCA Melejit ke Rp9.125 usai Tetapkan Besaran Dividen
Saham BBCA mengalami kenaikan signifikan pada perdagangan Rabu, 12 Maret 2025, dengan menguat sebesar 2,24 persen atau naik 200 poin ke level Rp9.125 per lembar saham. Penguatan ini terjadi setelah perseroan mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp300 per saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Saham BBCA dibuka di harga Rp9.025, lebih tinggi dibandingkan harga penutupan sebelumnya di Rp8.925. Sepanjang sesi perdagangan, saham ini sempat menyentuh level tertinggi Rp9.125 dan terendah Rp8.975. Rata-rata harga perdagangan saham BBCA berada di Rp9.050 dengan total volume transaksi mencapai 46,27 juta saham dan nilai transaksi sebesar Rp418,8 miliar.
Pergerakan harga saham BBCA dalam satu minggu terakhir menunjukkan kenaikan sebesar 1,11 persen. Namun, dalam periode tiga bulan terakhir, saham ini mengalami koreksi sebesar 10,57 persen. Demikian pula, dalam satu bulan terakhir, saham BBCA sedikit melemah sebesar 0,55 persen. Bahkan, dalam enam bulan terakhir, saham ini mengalami penurunan lebih signifikan sebesar 13,13 persen, seiring dengan kondisi pasar yang lebih menantang dan adanya tekanan dari berbagai faktor makroekonomi.
Dari sisi volatilitas harga, saham BBCA berada dalam rentang 52 minggu antara Rp8.425 sebagai level terendah dan Rp10.950 sebagai level tertinggi. Dengan posisi harga saat ini yang lebih dekat ke level terendah dalam setahun terakhir, terdapat potensi bagi investor untuk mempertimbangkan akumulasi, terutama jika didukung oleh faktor fundamental dan makroekonomi yang lebih stabil ke depan.
Sementara, pada hari ini harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berada di level Rp9.100, sedikit turun dari harga penutupan sebelumnya di Rp9.125. Sepanjang hari ini, saham BBCA bergerak dalam rentang Rp9.050 hingga Rp9.175.
Jika melihat pergerakan dalam satu tahun terakhir, saham bank swasta terbesar di Indonesia ini telah menyentuh harga terendah Rp8.425 dan harga tertinggi Rp10.950.
Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp1.107,53 triliun, BBCA tetap menjadi salah satu emiten dengan valuasi terbesar di Bursa Efek Indonesia. Saham ini memiliki rasio harga terhadap laba (P/E ratio) sebesar 20,46, yang menunjukkan valuasi relatif terhadap pendapatan perusahaan. Sementara itu, dividen yield sebesar 3,05 persen menandakan bahwa BBCA tetap konsisten memberikan imbal hasil kepada pemegang sahamnya.
Volume perdagangan rata-rata BBCA mencapai 119,50 juta lembar saham, mencerminkan likuiditas tinggi dan minat kuat dari investor. Dengan fundamental yang solid, kinerja saham BBCA masih menjadi sorotan utama bagi pelaku pasar yang mencari investasi di sektor perbankan.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.