Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Menatap Peluang HRUM di Tengah Kenaikan Harga Nikel 2025

HRUM menyiapkan capex sebesar USD400 juta yang sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan operasional tambang bijih nikel

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 13 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Menatap Peluang HRUM di Tengah Kenaikan Harga Nikel 2025 Ilustrasi kinerja HRUM.

KABARBURSA.COM - Harga nikel dunia kembali mengalami kenaikan signifikan, mencapai level 16.000 dolar AS per ton. Kondisi ini mulai menggairahkan pergerakan saham-saham emiten nikel di pasar modal. 

Kenaikan harga nikel didorong oleh beberapa faktor utama, termasuk rendahnya produksi nickel pig iron (NPI) di China serta berkurangnya pasokan bijih nikel dari Indonesia.

Sejak 1 Maret 2025, harga nikel pig iron mengalami peningkatan yang cukup konsisten. Di China, harga rata-rata NPI dengan kualitas tertinggi naik hampir 1 persen menjadi 978,4 yuan per metrik ton. 

Indeks NPI FOB Indonesia juga mengalami kenaikan sebesar 0,95 persen menjadi 117,5 dolar AS per ton. Di pasar Shanghai, tren harga nikel terus bergerak naik, dengan rata-rata harga berada di kisaran Rp2,55 juta hingga Rp2,58 juta per metrik ton pada 7 Maret 2025.

Salah satu penyebab utama lonjakan harga ini adalah penurunan tingkat produksi nickel pig iron di China. Produksi yang menurun disebabkan oleh faktor ekonomi, di mana harga produksi NPI tidak lagi menguntungkan bagi produsen. 

Sementara itu, pasokan bijih nikel di Indonesia juga mengalami penurunan, menyebabkan keterbatasan bahan baku bagi smelter di dalam negeri. Dengan berkurangnya suplai baik di China maupun Indonesia, pasar nikel mengalami tekanan yang mendorong harga naik.

Di sisi permintaan, sektor stainless steel di China mulai menunjukkan pemulihan pasca-Tahun Baru Imlek. Beberapa pabrik baja telah kembali beroperasi, meningkatkan produksi seiring dengan meningkatnya kebutuhan produk hilir. Permintaan yang mulai pulih ini menjadi faktor tambahan yang mendukung tren positif harga nikel dalam beberapa waktu terakhir.

Selain faktor fundamental, sentimen global juga turut mempengaruhi pergerakan harga nikel. Negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China terkait tarif dagang menciptakan ketidakpastian yang berdampak pada komoditas. 

Situasi geopolitik Rusia-Ukraina juga menjadi faktor yang memicu volatilitas pasar. Di Indonesia, kebijakan terkait devisa hasil ekspor yang mewajibkan dana ditahan 100 persen selama 12 bulan turut menimbulkan kekhawatiran terhadap pasokan nikel global.

Meskipun harga nikel saat ini menunjukkan tren kenaikan, fundamentalnya masih belum sepenuhnya solid. Konsumsi global belum pulih sepenuhnya, sehingga kenaikan harga ini lebih bersifat sementara. 

Namun, jika faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga tetap berlanjut, bukan tidak mungkin tren positif ini akan bertahan lebih lama.

Mengutip riset Surya Rianto dari Mikir Duit, di tengah dinamika pasar ini, saham emiten nikel mulai menunjukkan pergerakan yang menarik. Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM), misalnya, sempat mengalami tekanan setelah kinerja laba bersihnya kurang memuaskan sepanjang 2024. 

Laba bersih HRUM diperkirakan turun 34,9 persen menjadi Rp120 per saham. Namun, prospek HRUM di 2025 diprediksi lebih baik, dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sebesar 26,4 persen menjadi Rp151 per saham. 

"Jika harga nikel terus bergerak naik dan permintaan industri hilir semakin kuat, prospek saham-saham nikel berpotensi lebih cerah dalam beberapa waktu ke depan," tulis Surya, dikutip Kamis, 13 Maret 2025.

Kinerja Keuangan HRUM 

Kinerja PT Harum Energy Tbk (HRUM) menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam berbagai aspek keuangan. Kondisi ini mencerminkan dinamika bisnis yang semakin solid. 

Pendapatan perusahaan melonjak hingga 148,67 persen menjadi USD373,49 juta, menunjukkan peningkatan permintaan dan efektivitas strategi bisnis yang diterapkan.

Di sisi laba, HRUM berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 175,16 persen menjadi USD32,57 juta. Net profit margin juga mengalami lonjakan signifikan hingga 130,23 persen, mencapai 8,72 persen. Hal ini mencerminkan efisiensi operasional yang lebih baik serta peningkatan profitabilitas perusahaan. 

Meskipun beban operasional hanya turun tipis 0,03 persen menjadi USD23,18 juta, EBITDA perusahaan tetap mencatatkan pertumbuhan 89,15 persen, mencapai USD68,20 juta, menunjukkan fundamental yang semakin kuat.

Dari sisi aset, total aset HRUM meningkat pesat sebesar 83,84 persen menjadi USD2,71 miliar. Namun, total liabilitas perusahaan juga naik signifikan sebesar 168,88 persen menjadi USD933,98 juta, menandakan adanya peningkatan kewajiban yang perlu dikelola dengan baik. Sementara itu, total ekuitas mencapai USD1,78 miliar, menunjukkan struktur keuangan yang masih kuat dan sehat.

Arus kas perusahaan menunjukkan dinamika yang menarik. Arus kas dari operasional naik 37,40 persen menjadi USD48,40 juta, mencerminkan peningkatan kas yang dihasilkan dari aktivitas inti bisnisnya. Namun, arus kas dari investasi mencatatkan angka negatif USD112,38 juta, meskipun hanya mengalami penurunan 14,80 persen. Hal ini menunjukkan adanya ekspansi atau investasi yang cukup besar dilakukan oleh perusahaan. 

Sementara itu, arus kas dari pendanaan melonjak drastis sebesar 971,89 persen menjadi USD74,74 juta, yang berkontribusi pada peningkatan net change in cash sebesar 115,11 persen menjadi USD10,77 juta.

Namun, tantangan masih ada. Free cash flow HRUM masih berada di angka negatif 99,90 juta dolar AS, turun 32,04 persen, yang mengindikasikan besarnya belanja modal atau investasi yang tengah dilakukan perusahaan. Selain itu, kas dan investasi jangka pendek mengalami penurunan 28,29 persen menjadi USD205,28 juta, yang bisa menjadi sinyal bahwa HRUM menggunakan dananya untuk ekspansi bisnis atau pembayaran kewajiban tertentu.

Secara keseluruhan, HRUM menunjukkan pertumbuhan yang kuat, terutama dalam pendapatan dan laba bersih, meskipun ada tantangan dalam arus kas dan liabilitas yang meningkat. Jika strategi ekspansi yang dilakukan berhasil dan harga komoditas tetap mendukung, prospek HRUM ke depan bisa semakin positif.

Capex USD400 Juta dan Strategi 2025

PT Harum Energy Tbk (HRUM) terus memperkuat ekspansi di sektor nikel dengan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang signifikan untuk tahun 2025. Dengan anggaran mencapai USD400 juta atau setara Rp6,51 triliun berdasarkan kurs Jisdor per 23 Januari 2025, HRUM menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan bisnis tambang dan hilirisasi nikel.

Sebagian besar dari dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan operasional tambang bijih nikel di PT Position, anak perusahaan HRUM yang menjadi ujung tombak produksi bahan baku. Selain itu, HRUM juga berfokus pada penyelesaian konstruksi proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) melalui PT Blue Sparking Energy (BSE), yang saat ini telah mencapai lebih dari 50 persen dari target pembangunan. 

Proyek HPAL ini diharapkan dapat mulai berkontribusi terhadap kinerja perusahaan pada awal tahun depan, memperkuat posisi HRUM dalam industri pengolahan nikel.

Ekspansi di bisnis nikel bukanlah hal baru bagi HRUM. Sepanjang tahun 2024, perusahaan telah menyerap capex sebesar 500 juta dolar AS, sebagian besar digunakan untuk mengembangkan unit usaha nikel dan termasuk uang muka pembelian aset tetap. Hasilnya, sektor nikel kini menjadi penyumbang utama pendapatan HRUM, menggantikan dominasi bisnis batubara yang sebelumnya menjadi andalan perusahaan.

Pada 2025, HRUM menargetkan peningkatan produksi nikel yang lebih tinggi, meskipun belum merinci volume pasti yang akan dicapai. Salah satu faktor pendukung utama adalah smelter kedua yang dioperasikan oleh PT Westrong Metal Industry (WMI), yang kini telah beroperasi penuh. 

Peningkatan produksi juga akan didorong dengan optimalisasi kapasitas produksi smelter dan peningkatan pasokan bijih nikel dari PT Position, memastikan bahwa seluruh rantai produksi HRUM lebih terintegrasi dan efisien.

Selain mempercepat ekspansi di sektor nikel, HRUM tetap berhati-hati dalam menghadapi kondisi pasar komoditas yang masih penuh tantangan. Efisiensi operasional menjadi fokus utama perusahaan agar tetap kompetitif dalam industri yang sangat bergantung pada fluktuasi harga global.

Sementara itu, HRUM tidak berencana melakukan akuisisi aset baru di sektor batubara dalam waktu dekat. Perusahaan memilih untuk mengelola dan mengembangkan aset yang sudah ada dengan lebih optimal. 

Strategi ini juga mencakup pengendalian biaya produksi dengan menyesuaikan volume produksi batubara agar tetap berada di tingkat yang optimal sesuai dengan rencana penambangan terbaru.

Di sisi pasar saham, pergerakan harga saham HRUM masih mengalami tekanan. Pada perdagangan 23 Januari 2025, saham HRUM ditutup melemah 2,06 persen ke level Rp950 per saham. Secara year to date, harga sahamnya telah mengalami koreksi sebesar 8,21 persen.

Dengan strategi ekspansi yang agresif di sektor nikel, HRUM berpotensi memperkuat posisinya sebagai pemain utama di industri ini. Keberhasilan dalam meningkatkan produksi, mengintegrasikan rantai pasok, serta menyelesaikan proyek HPAL akan menjadi faktor kunci dalam mendorong pertumbuhan bisnis HRUM ke depan, meskipun tantangan dari volatilitas harga komoditas masih menjadi perhatian utama.(*)