KABARBURSA.COM - PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) tengah mempertimbangkan langkah strategis dalam bisnisnya dengan menawarkan divestasi lini usaha hulu migas kepada PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
Rencana ini diungkap Direktur Utama PGAS Arief Setiawan Handoko, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada Rabu, 12 Maret 2025. Langkah ini menjadi bagian dari upaya PGAS dalam merampingkan portofolio bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional di tengah tantangan industri migas global.
Dalam kesempatan tersebut, Arief menyampaikan bahwa PGAS memiliki bisnis hulu migas skala kecil melalui anak usahanya, PGN Saka Energi, yang saat ini mengelola 11 blok migas. Enam di antaranya telah beroperasi, sementara lima lainnya masih dalam tahap eksplorasi.
Salah satu aset yang dikelola PGN Saka adalah blok shale gas Fasken di Amerika Serikat, dengan hak partisipasi sebesar 36 persem. Selain itu, PGN Saka juga memiliki hak partisipasi penuh untuk Blok Ujung Pangkah, Blok Sesulu Selatan, Blok Muriah, Blok Pekawai, Blok Yamdena Barat, dan Blok Sangkar.
Sementara itu, perusahaan juga memegang hak partisipasi minor di Blok Bangkanai, Blok Ketapang, Blok Bangkanai Barat, dan Blok Muara Bakau.
Meskipun PGAS telah menawarkan divestasi bisnis hulu migasnya kepada PHE, hingga saat ini belum ada kesepakatan yang dicapai. Arief bahkan berkelakar bahwa bisnis hulu migas PGAS tampaknya kurang menarik bagi PHE, sehingga belum ada keputusan untuk menerima tawaran tersebut.
Hal ini mengindikasikan bahwa aset yang ditawarkan mungkin menghadapi tantangan dari segi profitabilitas atau prospek pengembangan lebih lanjut.
Dari sisi keuangan, PGAS mencatatkan kinerja yang positif sepanjang Januari hingga September 2024. Perusahaan membukukan laba bersih sebesar USD263,38 juta, mengalami peningkatan sebesar 32,69 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD198,49 juta.
Pendapatan perusahaan juga mengalami kenaikan 4,67 persen menjadi USD2,81 miliar dari USD2,69 miliar pada tahun sebelumnya. Sebagian besar pendapatan PGAS berasal dari bisnis niaga gas bumi, dengan kontribusi sebesar USD1,38 miliar.
Sementara itu, pendapatan dari penjualan minyak dan gas bumi—yang merupakan bagian dari bisnis hulu migas—tercatat sebesar USD212,46 juta.
Jika rencana divestasi ini terealisasi, PGAS berpotensi kehilangan pendapatan setidaknya sebesar USD212,46 juta atau sekitar 7,56 persen dari total pendapatan perusahaan. Namun, divestasi ini juga dapat berdampak positif dalam jangka panjang, terutama jika PGAS mampu mengalokasikan sumber daya ke bisnis inti yang lebih menguntungkan, seperti distribusi dan niaga gas bumi.
Pengurangan eksposur terhadap bisnis hulu migas juga dapat membantu perusahaan dalam mengelola risiko operasional dan meningkatkan efisiensi biaya.
Secara keseluruhan, langkah PGAS dalam menawarkan divestasi bisnis hulu migas merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk fokus pada bisnis yang lebih prospektif. Meski masih belum mendapat respon positif dari PHE, keputusan ini mencerminkan dinamika industri migas yang terus berkembang serta tantangan yang dihadapi dalam mengelola aset hulu migas.
Ke depannya, keberhasilan strategi ini akan bergantung pada bagaimana PGAS dapat mengoptimalkan bisnisnya pasca-divestasi dan memanfaatkan peluang di sektor hilir energi untuk terus bertumbuh.
Kinerja Solid di 9M24
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) mencatat kinerja keuangan yang solid hingga September 2024, dengan pertumbuhan positif di berbagai aspek keuangan. Dari sisi pendapatan, perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar USD977,56 juta, mengalami peningkatan sebesar 7,74 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini mencerminkan efektivitas strategi bisnis PGAS dalam meningkatkan pendapatan dari sektor distribusi gas bumi serta bisnis terkait energi lainnya.
Namun, di tengah kenaikan pendapatan, biaya operasional juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 29,05 persen menjadi USD62,69 juta. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti inflasi biaya operasional, investasi dalam infrastruktur, atau penyesuaian harga gas bumi.
Kendati demikian, laba bersih yang dicatat oleh PGAS tetap menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan sebesar 44,41 persen menjadi USD76,79 juta. Hal ini menandakan bahwa efisiensi operasional masih dapat dijaga meskipun terdapat peningkatan beban operasional.
Dari sisi profitabilitas, margin laba bersih PGAS mengalami peningkatan signifikan hingga 33,96 persen, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan keuntungan meskipun menghadapi tantangan dalam biaya operasional.
EBITDA tercatat sebesar USD217,22 juta, mengalami sedikit penurunan sebesar 3,73 persen, yang bisa menjadi indikasi adanya tekanan dalam margin operasional akibat kenaikan biaya di berbagai lini usaha.
Dalam hal neraca keuangan, total aset PGAS per September 2024 tercatat sebesar USD6,33 miliar, mengalami sedikit penurunan sebesar 5,30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini dapat disebabkan oleh strategi divestasi aset tertentu atau penyesuaian nilai aset dalam laporan keuangan.
Di sisi lain, total liabilitas perseroan menurun secara signifikan sebesar 15,11 persen menjadi USD2,76 miliar, menunjukkan upaya perusahaan dalam mengurangi beban utang dan memperbaiki struktur keuangan. Dengan total ekuitas yang mencapai USD3,57 miliar, PGAS berada dalam posisi keuangan yang stabil dan cukup kuat untuk menopang pertumbuhan bisnis ke depan.
Dari sisi arus kas, kinerja keuangan PGAS menunjukkan peningkatan signifikan. Laba bersih yang meningkat sebesar 44,41 persen berdampak positif terhadap kas dari operasi, yang naik sebesar 9,12 persen menjadi USD165,44 juta.
Hal ini menunjukkan bahwa PGAS mampu mengelola pendapatan dengan baik dan menghasilkan arus kas operasional yang sehat. Meskipun terdapat arus kas negatif dari investasi sebesar USD17,37 juta, peningkatan 51,16 persen menunjukkan bahwa perusahaan tetap melakukan ekspansi atau investasi strategis untuk mendukung pertumbuhan jangka panjangnya.
Sementara itu, kas dari pembiayaan mengalami defisit sebesar USD12,49 juta, meningkat drastis hingga 96,34 persen. Hal ini bisa mencerminkan pembayaran utang atau pengembalian modal kepada pemegang saham.
Perubahan kas bersih PGAS menunjukkan peningkatan yang luar biasa, mencapai USD188,37 juta atau melonjak 176,26 persen dari tahun sebelumnya.
Arus kas bebas juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 53,08 persen menjadi USD110,12 juta, yang menandakan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup kuat untuk mendanai ekspansi dan memenuhi kewajiban keuangan tanpa harus mengandalkan pembiayaan eksternal.
Secara keseluruhan, PGAS menunjukkan kinerja keuangan yang sehat dengan pertumbuhan pendapatan yang stabil, profitabilitas yang meningkat, serta manajemen keuangan yang prudent.
Dengan strategi bisnis yang terus diperkuat dan efisiensi operasional yang dijaga, PGAS berada pada posisi yang baik untuk menghadapi tantangan industri energi serta memanfaatkan peluang pertumbuhan di masa mendatang.
Tantangan Besar?
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) tengah mempertimbangkan divestasi bisnis hulu migasnya yang dikelola melalui PGN Saka Energi. Jika rencana ini terwujud, perusahaan berpotensi kehilangan pendapatan sebesar USD212,46 juta, atau sekitar 7,56 persen dari total pendapatan.
Meski angka ini tampak signifikan, dampaknya terhadap keuangan PGAS tidak serta-merta menjadi beban berat, terutama jika dilihat dari berbagai aspek kinerja perusahaan.
Pendapatan dari bisnis hulu migas bukanlah indikator mutlak dari profitabilitas, mengingat sektor ini memiliki biaya operasional dan investasi yang besar. Dalam laporan keuangan per September 2024, PGAS mencatat EBITDA sebesar USD217,22 juta, meskipun mengalami penurunan 3,73 persen secara tahunan (YoY).
Jika bisnis hulu migas berkontribusi kecil terhadap laba bersih atau bahkan memiliki margin yang lebih rendah dibandingkan lini bisnis lainnya, maka pelepasan aset ini bisa menjadi keputusan strategis yang justru meningkatkan efisiensi keuangan.
Dari sisi likuiditas, PGAS menunjukkan kinerja yang solid dengan arus kas bebas mencapai USD110,12 juta, naik 53,08 persen YoY, serta peningkatan kas bersih sebesar USD188,37 juta, atau melonjak 176,26 persen dibanding tahun sebelumnya.
Dengan posisi kas yang kuat, perusahaan memiliki fleksibilitas dalam mengalokasikan modalnya tanpa mengalami tekanan besar akibat penurunan pendapatan dari sektor hulu.
Selain itu, mayoritas pendapatan PGAS berasal dari bisnis niaga gas bumi yang mencapai USD1,38 miliar, dengan kontribusi utama dari pelanggan industri dan komersial.
Dengan pelepasan bisnis hulu, PGAS dapat lebih fokus pada pengembangan infrastruktur gas dan distribusi yang berpotensi menghasilkan margin lebih tinggi serta memiliki risiko operasional lebih rendah dibandingkan eksplorasi dan produksi migas.
Langkah ini juga sejalan dengan strategi jangka panjang perusahaan untuk memperkuat bisnis utama dan meningkatkan efisiensi.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, potensi berkurangnya pendapatan akibat divestasi hulu migas tampaknya bukan menjadi ancaman besar bagi keuangan PGAS.
Justru, langkah ini dapat memberikan peluang baru untuk meningkatkan profitabilitas dengan mengalihkan fokus pada bisnis yang lebih menguntungkan dan stabil di sektor midstream dan downstream.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.