KABARBURSA.COM - PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), salah satu produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia, mengandalkan diversifikasi produk turunan untuk menjaga kestabilan pendapatan. Dua segmen unggulan, palm olein dan palm stearin, menjadi penopang pertumbuhan ketika harga CPO fluktuatif, memastikan perusahaan tetap meraih keuntungan di tengah dinamika pasar.
Riset NH Korindo Sekuritas menyoroti bahwa diversifikasi produk turunan CPO semakin memperkuat daya tahan bisnis Sawit Sumbermas Sarana. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pendapatan sejak 2023 dan kuartal III 2024, yang didorong oleh kontribusi produk turunan tersebut. Strategi diversifikasi ini juga memungkinkan SSMS untuk tetap kompetitif di pasar global yang semakin dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti cuaca, permintaan minyak nabati alternatif, serta kebijakan perdagangan internasional.
Lonjakan Pendapatan 220 Persen
Pendapatan SSMS melonjak 220 persen yoy pada kuartal IV 2023, didorong oleh pertumbuhan signifikan pada segmen palm olein dan palm stearin.
Di sisi lain, penerbitan exchangeable notes PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) dari PT Citra Borneo Indah (CBI) sempat mengurangi kontribusi segmen CPO, SSMS berhasil mengembalikan stabilitas pendapatannya pada 2024. Saat ini, CPO kembali mendominasi pendapatan dengan kontribusi 63 persen, diikuti oleh palm olein (20 persen), palm kernel oil atau PKO (9 persen), tandan buah segar (TBS) (2 persen), dan produk lainnya (6 persen).
"Diversifikasi ini terbukti efektif dalam menjaga ketahanan bisnis SSMS, dengan pertumbuhan pendapatan mencapai 43 persen yoy pada kuartal III 2024," ujar Head of Research NH Korindo Ezaridho Ibnutama, dikutip Kabarbursa.com, Senin, 10 Maret 2025.
Riset NH Korindo menyoroti bahwa strategi ini juga memungkinkan SSMS untuk tetap kompetitif di pasar global yang semakin dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kondisi cuaca, permintaan minyak nabati alternatif, serta kebijakan perdagangan internasional.
Dalam aspek produksi, total lahan tertanam SSMS stabil di kisaran 93.000-94.000 hektare pada periode kuartal I 2023 hingga kuartal III 2024. Area matang meningkat 0,1 persen yoy, sementara area belum matang tumbuh signifikan sebesar 17,21 persen yoy
Produktivitas kebun tetap optimal, didukung oleh pemulihan kondisi iklim pasca-El Nino yang diharapkan mampu meningkatkan hasil panen dan efisiensi produksi. NH Korindo juga mencatat bahwa permintaan CPO menunjukkan tren positif, dengan rasio persediaan terhadap penjualan yang turun dari 239 persen persen pada 2023 menjadi 50 persen pada 2024. Program B40 pemerintah serta permintaan global yang stabil menjadi faktor utama pendorong kenaikan permintaan ini.
Produksi global CPO tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 2,97 persen yoy menjadi 79,32 juta ton dari puncaknya pada 2023 sebesar 81,68 juta ton. Proyeksi jangka panjang memperkirakan produksi minyak sawit sulit menembus angka 84 juta ton per tahun akibat faktor lingkungan seperti El Nino dan La Nina yang berdampak pada hasil panen kelapa sawit.
Namun, meskipun ada tantangan produksi, pasar minyak sawit dunia tetap solid dengan total nilai mencapai USD70,4 miliar. Lebih dari separuh pasar ini (68,9 persen) masih berasal dari kawasan Asia Pasifik, dengan India dan China sebagai dua pengimpor terbesar minyak sawit Indonesia. Pada tahun 2024, India mengimpor 4,2 juta ton dan China 3,6 juta ton, menyumbang 32,50 persen dari total ekspor minyak sawit Indonesia dengan nilai ekspor mencapai USD22,86 miliar.
Tren Penjualan dan Proyeksi Pasar SSMS
Secara historis, penjualan SSMS cenderung mengalami lonjakan pada kuartal IV. Pada kuartal IV 2023, misalnya, penjualan tumbuh 303 persen quarter-on-quarter (QoQ), sementara pada kuartal IV 2022 pertumbuhan mencapai 85 persen. Tren ini diperkirakan berlanjut pada kuartal IV 2024, meskipun dengan tingkat pertumbuhan yang lebih moderat karena pemulihan utilisasi setelah lonjakan sebelumnya.
Salah satu tantangan utama SSMS adalah persaingan dengan minyak nabati lain seperti minyak kedelai, rapeseed, dan bunga matahari. Namun, minyak sawit tetap memiliki keunggulan dalam efisiensi produksi dan harga, yang membuatnya lebih kompetitif di pasar global.
Dari sisi profitabilitas, Net Profit Margin (NPM) SSMS meningkat ke 10,3 persen pada kuartal III 2024 dari 4,8 persen di 2023, melampaui rata-rata industri yang berada di 8,9 persen. NH Korindo memperkirakan NPM SSMS akan terus meningkat ke 15,6 persen pada 2025, naik dari 10,7 persen di 2024, seiring dengan optimalisasi produksi dan strategi diversifikasi yang semakin matang.
Target Harga Rp2.750
Dengan strategi diversifikasi yang solid dan fundamental bisnis yang kuat, SSMS mendapat rekomendasi BUY dengan target harga IDR 2.750 per saham. Proyeksi pertumbuhan penjualan SSMS mencapai Compound Annual Growth Rate (CAGR) 6 persen pada 2024-2029F.
"Ke depan, fokus pada diversifikasi produk turunan dan efisiensi operasional diperkirakan akan terus mendukung pertumbuhan SSMS," pungkas Ezaridho.
Dengan mempertahankan strategi inovatif dan adaptif terhadap dinamika pasar global, SSMS berpotensi tetap menjadi pemain utama dalam industri minyak sawit Indonesia dan dunia. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.