KABARBURSA.COM - Pasar saham AS akhirnya ditutup menguat pada Sabtu, 8 Maret 2025, dini hari WIB, setelah sempat melemah di awal perdagangan. Sentimen positif muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, bilang ekonomi AS masih “baik-baik saja”. Tapi tetap saja, ketidakpastian soal kebijakan dagang Presiden Donald Trump bikin indeks utama mencatat kerugian mingguan.
Powell menegaskan bank sentral tak akan buru-buru memangkas suku bunga. Ia juga mengakui keresahan pasar soal kebijakan Trump yang plin-plan dalam menentukan tarif impor dari Kanada, Meksiko, dan China. “Kebijakan ini mungkin saja berhasil, tapi kecepatannya yang kayak jungkat-jungkit bikin susah diprediksi dan direncanakan,” kata Harris Financial Group, Jamie Cox, dikutip dari Reuters di Jakarta, Sabtu.
Setelah sesi perdagangan yang naik-turun, indeks S&P 500 naik 0,55 persen ke 5.769,69, Nasdaq menguat 0,70 persen ke 18.193,16, dan Dow Jones bertambah 0,51 persen ke 42.794,26. Tapi kalau dilihat sepekan, ketiganya tetap mencatat penurunan. Nasdaq bahkan sudah terkoreksi 10 persen dari rekor tertingginya pada Desember lalu.
Data terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih tumbuh di Februari, tapi gelombang PHK pekerja federal belum tercermin dalam laporan ini. Tingkat pengangguran naik tipis ke 4,1 persen, yang bikin pasar makin waswas soal daya tahan ekonomi. Morgan Stanley dan Goldman Sachs bahkan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS.
“Ini seperti alarm tanda bahaya buat pertumbuhan ekonomi,” kata Adam Hetts dari Janus Henderson Investors. Ia menilai situasi ini sebagai transisi dari ekonomi yang awalnya tak butuh pendaratan jadi pendaratan lunak yang tidak nyaman. Data ekonomi yang kurang menggembirakan, ditambah konsumsi yang melemah, bikin situasi makin sulit.
Di sisi lain, Trump memberi “diskon” tarif selama empat minggu untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko yang masuk dalam perjanjian perdagangan bebas. Tapi perang dagang dengan China tetap berlanjut. Tarif balasan dan hambatan dagang lain diperkirakan mulai berlaku dalam beberapa pekan ke depan.
Sektor korporasi juga ikut terguncang. Hewlett Packard Enterprise (HPE) anjlok setelah mengumumkan proyeksi laba tahunannya bakal kena dampak tarif AS. Costco juga melemah karena laba kuartalannya tak sesuai ekspektasi Wall Street akibat naiknya biaya barang dagangan.
Tapi tidak semua saham lesu. Broadcom justru melesat setelah proyeksi kuartal keduanya meyakinkan investor soal permintaan infrastruktur kecerdasan buatan yang tetap solid.
Apakah Wall Street Masih Bisa Ngebut di 2025?
Setelah pesta besar di 2023 dan 2024, Wall Street mulai bertanya-tanya: Apakah reli saham bakal lanjut di 2025? Jawabannya: optimistis, tapi jangan berharap kenaikan spektakuler seperti sebelumnya.
Dilansir dari CNN, Analis memperkirakan indeks S&P 500 tetap tumbuh di 2025, meskipun dengan laju yang lebih moderat. Berdasarkan data FactSet, indeks ini diprediksi naik 14,8 persen tahun ini, lebih rendah dibandingkan kenaikan 24 persen di 2023 dan 23 persen di 2024.
Apa yang bikin saham tetap naik? Faktor utamanya masih seputar pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang terkendali, dan prospek kebijakan suku bunga The Fed yang lebih longgar. Selain itu, kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih bikin investor makin optimistis, terutama karena ekspektasi regulasi yang lebih longgar untuk sektor bisnis.
Namun, ada beberapa ancaman yang bikin Wall Street sedikit menahan euforia. Ketidakpastian kebijakan tarif perdagangan Trump, risiko inflasi naik lagi, serta ketegangan geopolitik bisa menjadi ganjalan. Bank of America mengingatkan bahwa meski pasar bullish, valuasi saham sudah tinggi dan bisa bikin reli lebih terbatas.
Jurrien Timmer dari Fidelity Investments bilang, “Saya masih optimistis dengan saham di 2025, tapi karena pasar bull sudah cukup matang dan valuasi tinggi, investor tak bisa berharap cuan spektakuler seperti tahun lalu.”
Tech dan AI Masih Jadi Bintang
Di tengah semua ketidakpastian, satu sektor yang masih bersinar adalah teknologi dan kecerdasan buatan (AI). Tahun lalu, saham-saham teknologi jadi motor utama kenaikan pasar, dan diprediksi bakal terus mendominasi.
Analis dari Wedbush Securities yang dikenal bullish di sektor teknologi, Dan Ives, memprediksi saham teknologi bakal naik 25 persen di 2025. Menurutnya, pemerintahan Trump yang cenderung lebih longgar dalam regulasi akan memberi angin segar bagi perusahaan teknologi besar.
Ives menyebut tiga saham AI favoritnya tahun ini: Nvidia, Microsoft, dan Palantir—tiga nama yang sudah mencetak kenaikan besar tahun lalu dan berpotensi tetap melaju.
Selain itu, Christopher Harvey dari Wells Fargo bahkan lebih optimistis. Ia memprediksi S&P 500 bisa menyentuh level 7.007 pada akhir tahun, naik sekitar 19 persen dari posisi saat ini.(*)