KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia atau BEI menilai berkumpulnya para pengusaha atau konglomerat di Istana Negara akan menjadi sentimen positif untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Para pengusaha tersebut memenuhi undangan Presiden Prabowo di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis, 6 Maret 2025.
Direktur Utama BEI Iman Rachman, kepada media di Gedung BEI Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025, mengapresiasi acara penting tersebut. Dirinya menyampaikan bahwa agenda itu menjadi bentuk dukungan pemerintah terhadap pasar modal Indonesia.
"Positifnya (pertemuan pengusaha di Istana) pasti ada. Hari ini terbukti indeks (IHSG) positif. Ini support yang bagus dari pemerintah dan pengusaha kepada industri pasar modal kita. Jadi, bisa dilihat indeksnya hari ini kan positif," kata Iman.
Diketahui, pada hari ini IHSG ditutup menguat sebesar 0,27 persen atau naik 18 poin ke level 6.636 pada perdagangan Jumat, 7 Maret 2025. Menguatnya IHSG membuat 319 saham berada di zona hijau, 242 saham melemah, dan 233 saham mengalami stagnan.
Bahas Ekonomi-Investasi Nasional
Pada Kamis kemarin, delapan pengusaha hadir dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto. Mereka adalah Anthony Salim, Sugianto Kusuma, Prajogo Pangestu, Boy Thohir, Franky Widjaja, Dato Sri Tahir, James Riady, dan Tomy Winata.
Masing-masing memiliki latar belakang bisnis yang berbeda, mulai dari sektor pangan, properti, energi, keuangan, hingga manufaktur.
Pertemuan tersebut menjadi ajang diskusi strategis antara pemerintah dan dunia usaha mengenai perkembangan ekonomi nasional serta program-program utama yang tengah dijalankan.
Presiden Prabowo membahas sejumlah isu strategis, termasuk program makan bergizi gratis yang menjadi salah satu kebijakan unggulan pemerintah, pembangunan infrastruktur, penguatan industri tekstil, hingga upaya swasembada pangan dan energi.
Selain itu, industrialisasi dan pengelolaan investasi melalui Badan Pengelola Investasi Danantara juga menjadi topik utama dalam perbincangan.
"Kepala Negara mengapresiasi peran serta para pengusaha dalam mendukung berbagai kebijakan pemerintah, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat," ujar Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, melalui keterangan tertulis yang dikutip Jumat, 7 Maret 2025.
Pertemuan ini mencerminkan upaya pemerintah dalam membangun komunikasi yang erat dengan dunia usaha, guna memastikan stabilitas ekonomi nasional serta menarik investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri.
Ke depan, sinergi antara pemerintah dan sektor swasta diharapkan semakin kuat dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju dengan ekonomi yang mandiri dan berdaya saing tinggi sesuai asta cita Presiden Prabowo.
Sebelumnya bertemu di Istana Negara, para pengusaha lebih dulu diundang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam acara dialog bersama pelaku pasar modal dengan tema "Soliditas dan Sinergi Pemangku Kepentingan Pasar Modal" di Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.
Dalam acara tersebut, OJK dan BEI mengundang sejumlah tokoh seperti Direktur Utama PT Indika Energy Tbk (INDY) Arsjad Rasjid, Presiden Direktur Alamtri Resource Indonesia Tbk (ADRO) Garibaldi Thohir, hingga Bos Grup Sinar Mas Franky Widjaja.
Adapun agenda dialog diselenggarakan guna menemukan solusi di tengah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang mengalami tekanan selama pekan lalu.
Arsjad Rasjid menyambut baik inisiatif OJK dan BEI menggelar acara yang mengundang para pelaku pasar modal. Menurutnya, agenda ini membuat para tamu undangan bisa memberikan masukan atau ide di tengah situasi pasar yang tak menentu.
"Teman-teman semua memberikan masukan yang diterima oleh OJK dan Bursa (BEI) dengan harapan ini menjadi ide-ide awal," ujarnya usai acara dialog.
Arsjad mengatakan pengusaha di Indonesia saat ini juga tengah berupaya maksimal guna memastikan pasar domestik tetap aman. Dia menegaskan semua stakeholder harus terlibat demi keberlangsungan ekonomi Indonesia.
Sementara itu Garibaldi Thohir melihat terdapat dua kondisi pasar di Indonesia, yakni mayoritas perusahaan di Indonesia memiliki fundamental yang bagus. "Saya melihat dari sisi value-nya itu murah, jadi it's time to buy menurut saya," ujarnya.
Pria yang biasa disapa Boy Thohir itu memaparkan kondisi pasar modal Indonesia kini masih dipengaruhi eksternal, seperti kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Bos Sinar Mas Group, Franky Widjaja berharap acara dialog ini bisa sering digelar oleh OJK dan BEI guna bisa memberikan masukan memgenai kondisi pasar modal Indonesia.
"Jangan hanya sekali Pak kita diundang, mungkin berkali-kali ya, jadi bisa improve semua masukan-masukan ini supaya para masyarakat kita ini lebih mengerti soal bermain saham," serunya.(*)