KABARBURSA.COM – UBS Sekuritas Indonesia tercatat melakukan penjualan besar-besaran terhadap saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan data aktivitas broker di Stockbit, UBS Sekuritas menjual saham BBRI senilai Rp85,9 miliar dengan volume 224.551 lot dan harga rata-rata Rp3.836 per lembar saham. Angka ini menjadikannya sebagai saham dengan nilai jual tertinggi oleh broker tersebut pada hari ini.
Sejumlah analis menduga langkah UBS Sekuritas dalam melepas saham BBRI ini dapat dipicu oleh beberapa faktor. Salah satu kemungkinan adalah aksi ambil untung (profit taking) oleh investor institusi yang sebelumnya telah mengakumulasi saham bank pelat merah ini.
Selain itu, terdapat sentimen pelemahan sektor perbankan yang membuat investor cenderung melakukan reposisi portofolio mereka. Beberapa analis juga mencermati adanya rotasi dana dari saham perbankan ke sektor lain, seperti telekomunikasi dan infrastruktur, yang menawarkan potensi pertumbuhan lebih menarik dalam jangka pendek.
Saham BBRI dalam beberapa pekan terakhir mengalami volatilitas tinggi, seiring dengan berbagai sentimen yang mempengaruhi pasar. Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain adalah laporan kinerja keuangan kuartalan serta kebijakan makroekonomi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Pada perdagangan hari ini, harga saham BBRI masih bertahan di kisaran Rp3.836, meskipun tekanan jual cukup tinggi dari UBS Sekuritas. Pelaku pasar kini tengah menunggu apakah aksi jual ini akan berlanjut atau justru menjadi peluang akumulasi bagi investor lain yang melihat harga saham BBRI sebagai valuasi menarik.
Di sisi lain, UBS Sekuritas juga mencatatkan pembelian saham terbesar pada PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan nilai Rp53,5 miliar. Hal ini menunjukkan adanya strategi rotasi aset yang dilakukan oleh broker tersebut.
Dengan dinamika pasar yang masih bergerak cepat, investor disarankan untuk mencermati pergerakan saham BBRI dan sektor perbankan lainnya dalam beberapa hari ke depan. Apakah penjualan besar UBS Sekuritas ini menjadi awal dari tren penurunan atau justru kesempatan bagi investor lain untuk masuk, masih perlu diamati lebih lanjut.
Saham BBRI Menguat 4,63 Persen
Saham BBRI mencatatkan kenaikan signifikan dalam perdagangan hari ini, menguat 4,63 persen atau naik 170 poin ke level Rp3.840 per lembar saham. Penguatan ini terjadi di tengah tingginya minat beli dari investor, terutama investor asing yang mencatatkan net buy sebesar Rp147,5 miliar.
Saham BBRI dibuka pada harga Rp3.710 dan sempat menyentuh level tertinggi Rp3.900, sebelum akhirnya ditutup di Rp3.840. Sementara itu, harga terendah yang tercatat sepanjang sesi perdagangan adalah Rp3.710. Adapun nilai transaksi saham BBRI hari ini mencapai Rp1,69 triliun, dengan total volume perdagangan mencapai 4,41 juta lot dan frekuensi transaksi sebanyak 60.970 kali.
Data perdagangan menunjukkan bahwa investor asing melakukan pembelian saham BBRI senilai Rp992,05 miliar, sementara nilai penjualan asing tercatat sebesar Rp844,55 miliar. Hal ini menghasilkan net buy asing sebesar Rp147,5 miliar, menandakan optimisme terhadap prospek BBRI.
Dengan tren penguatan ini, analis menyarankan investor untuk tetap mencermati perkembangan sektor perbankan dan pergerakan harga saham BBRI dalam beberapa hari ke depan. Jika momentum positif berlanjut, saham BBRI berpotensi menguji level psikologis berikutnya di Rp3.900 – Rp4.000. Namun, investor juga perlu mewaspadai potensi aksi ambil untung setelah kenaikan signifikan hari ini.
BRI Ungkap Strategi Pascapenurunan Laba
BBRI mengumumkan serangkaian strategi setelah mengalami penurunan laba pada 31 Januari 2025. Langkah-langkah ini diambil menyusul permintaan penjelasan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait meningkatnya kerugian dan penurunan nilai aset keuangan perusahaan pada periode tersebut.
Dalam keterbukaan informasi, BRI melaporkan bahwa kerugian serta penurunan nilai aset keuangan mengalami lonjakan sebesar 188 persen menjadi Rp5,65 triliun, dibandingkan dengan Rp1,95 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi ini berdampak pada penurunan laba operasional perusahaan menjadi Rp2,62 triliun, dibandingkan dengan Rp6,48 triliun pada 31 Januari 2024.
Menanggapi kondisi tersebut, BRI telah menerapkan sejumlah langkah strategis untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan profitabilitas yang optimal. Strategi utama yang diterapkan mencakup peningkatan dalam loan underwriting, indikator kinerja utama (KPI), serta manajemen portofolio.
Sebagai bagian dari perbaikan ini, BRI menerapkan sistem credit scoring yang lebih rinci sesuai dengan profil risiko nasabah.
"Kami memperkuat digitalisasi dalam proses bisnis dan sistem kredit untuk meningkatkan pemantauan risiko serta memanfaatkan basis data yang lebih terintegrasi guna meningkatkan manajemen risiko," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi yang dikutip pada Rabu, 5 Maret 2025.
Selain itu, BRI juga menerapkan restrukturisasi kredit secara selektif untuk membantu nasabah yang terdampak kondisi makroekonomi, tetapi masih memiliki potensi bisnis, arus kas yang baik, serta karakter kredit yang positif. Penguatan manajemen risiko di setiap unit kerja juga menjadi fokus utama, termasuk melalui penyesuaian KPI dalam pengelolaan kualitas kredit.
Meskipun laba mengalami penurunan, manajemen BRI menegaskan bahwa rasio kecukupan modal (CAR) perusahaan per Januari 2025 tetap kuat di level 24,45 persen, jauh di atas minimum 14,63 persen yang dipersyaratkan regulator dan termasuk yang tertinggi di industri perbankan Indonesia.
Dari sisi kualitas aset, rasio NPL Gross BRI berada di level 3,13 persen, dengan NPL Nett sebesar 0,83 persen. Sementara itu, Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat 88,92 persen, mencerminkan strategi optimalisasi pengelolaan neraca keuangan.
Rasio likuiditas lainnya juga menunjukkan posisi yang kuat, dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 155 persen dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebesar 125,17 persen per Januari 2025. Kedua rasio ini berada jauh di atas batas minimum 100 persen yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.