KABARBURSA.COM - PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI mengumumkan telah merampungkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan IV Tahap II Tahun 2024 dengan total realisasi dana sebesar Rp2,70 triliun.
Seluruh dana hasil penawaran umum itu digunakan sesuai dengan rencana yang tercantum dalam prospektus, yaitu untuk pembiayaan proyek infrastruktur.
Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) Reynaldi Hermansjah mengatakan, dalam laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum yang dipublikasikan pada 22 Februari 2025.
"Perusahaan mencatat bahwa dari total dana yang dihimpun, biaya penawaran umum mencapai Rp3,24 miliar, sehingga hasil bersih yang diperoleh adalah Rp2,70 triliun," kata Reynaldi dalam laporan keterbukaan informasi pada Selasa, 4 Maret 2025.
Dana itu dialokasikan untuk pembiayaan proyek infrastruktur tanpa menyisakan saldo yang belum digunakan.
Penerbitan obligasi merupakan bagian dari strategi pendanaan jangka panjang perusahaan guna mendukung pembangunan infrastruktur nasional,
Rincian biaya penawaran umum menunjukkan bahwa komponen terbesar berasal dari biaya jasa penjamin emisi obligasi yang mencapai Rp1,89 miliar atau 0,070 persen dari total dana yang dihimpun.
Selain itu, terdapat biaya pemeringkat sebesar Rp599,4 juta (0,022 persen), biaya konsultan hukum sebesar Rp545 juta (0,020 persen), serta berbagai biaya lainnya seperti notaris, wali amanat, dan audit penjatahan.
Dilansir dari laman resminya ptsmi.co.id SMI bersama Bursa Efek Indonesia membuat indeks SMinfra18, yang terdiri dari 18 saham perusahaan infrastruktur dan pendukungnya.
Indeks SMinfra18 dirancang untuk memberikan referensi bagi perusahaan infrastruktur yang berencana mencatatkan sahamnya di pasar modal.
BEI dan PT SMI telah menetapkan sejumlah kriteria dalam pemilihan konstituen Indeks SMinfra18. Sejumlah faktor yang dipertimbangkan meliputi sektor usaha yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, fundamental perusahaan, serta kontribusi terhadap pembangunan infrastruktur nasional.
Selain itu, aspek transaksi saham seperti nilai dan frekuensi transaksi, kapitalisasi pasar, jumlah hari perdagangan, serta rasio free float juga menjadi pertimbangan utama. Indeks ini juga mengedepankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) sebagai dasar pemilihan saham-saham dalam daftar konstituen.
BEI dan PT SMI akan melakukan tinjauan berkala terhadap indeks ini setiap enam bulan, dengan periode evaluasi pada 1 Mei dan 1 November.
Adapun daftar konstituen Indeks SMinfra18 periode 1 November 2023 hingga 30 April 2024 terdiri dari 18 perusahaan berikut:
1. Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI)
2. AKR Corporindo Tbk. (AKRA)
3. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI)
4. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)
5. Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI)
6. XL Axiata Tbk. (EXCL)
7. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP)
8. Indosat Tbk. (ISAT)
9. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. (JKON)
10. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)
11. Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)
12. Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS)
13. Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR)
14. Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG)
15. Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
16. Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR)
17. United Tractors Tbk. (UNTR)
18. Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA)
Indeks SMinfra18 juga diharapkan menjadi landasan mendorong pertumbuhan sektor infrastruktur sebagai tulang punggung pembangunan nasional.
Performas SMinfra 18
Mengutip data Stockbit hari ini, Indeks SMINFRA18, yang mencerminkan kinerja saham infrastruktur unggulan di Indonesia, mengalami pelemahan pada perdagangan terbaru. Indeks ini ditutup di level 229,67, turun 2,88 poin atau 1,24 persen dibandingkan dengan level sebelumnya di 233.
Pada sesi perdagangan hari ini, SMINFRA18 dibuka di 232,52 sebelum mengalami tekanan jual yang membawa indeks menyentuh level terendah di 228,69. Adapun level tertinggi yang sempat dicapai indeks adalah 233,40. Total volume transaksi mencapai 6,62 juta lot dengan nilai perdagangan mencapai Rp2.144,9 miliar.
Pelemahan ini sejalan dengan tekanan yang terjadi di sektor infrastruktur, yang tengah menghadapi tantangan dari sisi likuiditas serta sentimen global yang kurang kondusif.
Penurunan indeks SMINFRA18 juga mencerminkan performa saham-saham infrastruktur yang masih bergerak dalam tren fluktuatif, dengan investor cenderung berhati-hati dalam mengambil posisi di tengah ketidakpastian ekonomi.
Meskipun demikian, sektor infrastruktur tetap menjadi salah satu sektor strategis dengan potensi pemulihan dalam jangka panjang, terutama dengan adanya proyek-proyek pembangunan nasional yang terus berjalan.
Pergerakan indeks dalam beberapa hari ke depan akan sangat bergantung pada sentimen pasar serta kebijakan pemerintah terkait percepatan proyek infrastruktur.
Sementara itu, pergerakan salah satu saham pendukungnya, yaitu Indocement Tunggal Prakarsa Tbk atau INTP, juga tampak merah. Saham INTP mengalami tekanan pada perdagangan terbaru, ditutup di level Rp4.460 per lembar, turun 2,19 persen atau 100 poin dari harga penutupan sebelumnya di Rp4.560.
Tekanan jual terlihat cukup kuat setelah harga saham dibuka pada Rp4.560 dan sempat menyentuh level tertinggi di Rp4.560 sebelum akhirnya melemah.
Pergerakan saham INTP juga menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi, dengan level terendah harian berada di Rp4.410. Dengan total volume perdagangan sebesar 34,01 ribu lot dan nilai transaksi mencapai Rp15,2 miliar, tekanan jual masih membayangi saham ini di tengah sentimen pasar yang kurang kondusif.
Secara teknikal, saham INTP masih berada dalam tren turun dalam jangka pendek. Penurunan ini juga mencerminkan adanya tekanan jual yang kuat setelah sebelumnya saham ini mengalami kenaikan dari titik terendahnya.
Dengan batas atas (ARA) di Rp5.700 dan batas bawah (ARB) di Rp3.420, ruang pergerakan harga masih cukup lebar dalam beberapa waktu ke depan.
Di sisi fundamental, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar yang cukup dominan.
Pergerakan harga sahamnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal seperti kinerja keuangan dan ekspansi perusahaan, tetapi juga kondisi makroekonomi, kebijakan infrastruktur pemerintah, serta tren permintaan semen di dalam negeri.
Investor dan trader yang mengamati saham INTP disarankan untuk mencermati level support dan resistance yang terbentuk dalam beberapa sesi perdagangan ke depan. Jika tekanan jual terus berlanjut dan harga menembus level support terdekat, ada kemungkinan saham ini akan melanjutkan pelemahannya.
Sebaliknya, jika terjadi rebound dari level support, peluang pemulihan harga tetap terbuka, terutama jika ada sentimen positif yang mendukung sektor infrastruktur dan konstruksi.
Dengan kondisi pasar yang masih dinamis, penting bagi investor untuk tetap memperhatikan faktor teknikal maupun fundamental sebelum mengambil keputusan investasi pada saham INTP.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.