KABARBURSA.COM - PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) sedang diselimuti angin segar di tengah kasus yang menimpa PT Pertamina terkait dugaan korupsi minyak mentah.
Seperti diketahui, AKR Corporindo saat ini memiliki SPBU bernama BP-AKR yang telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Analis Stocknow.id Abdul Haq Al Faruqy mengatakan, kasus yang dialami Pertamina bisa membuat masyarakat berpaling ke SPBU swasta.
"Badan usaha di industri yang sama seperti Vivo, Shell, hingga AKR berpotensi diuntungkan karena mendapatkan kepercayaan dari konsumen yang berpaling dari Pertamina," ujarnya saat dihubungi Kabarbursa.com, Selasa, 4 Maret 2025.
Abdul memandang kondisi ini merupakan sentimen bagus bagi saham AKRA yang bisa bisa menjadi pilihan investor di industri SPBU. Mengingat, kompetitor mereka yakni Pertamina, Vivo, dan Shell belum tercatat di Bursa Efek Indonesia.
"Sehingga, dalam jangka pendek, sentimen positif bagi kompetitor Pertamina, yaitu AKR dapat dimanfaatkan oleh investor," katanya.
Adapun Abdul mengimbau agar Investor dapat mencermati pergerakan saham AKRA yang berada pada area Support 1220 – 1240. Menurutnya, area ini dapat menjadi titik entry bertahap untuk investor yang ingin membeli AKRA.
"Sehingga, melihat kondisi Market yang rebound di awal pekan ini, dapat menjadi momentum Buy bagi investor untuk saham AKRA" tuturnya.
Namun begitu, Abdul menyebut Pertamina sebagai pemain utama di industri SPBU masih memiliki market share yang tinggi di Indonesia. Sehingga, dia bilang, kompetitor Pertamina saat ini masih belum bisa memaksimalkan keuntungan dari sentimen negatif yang menerpa Pertamina.
Sementara itu mengutip Stockbit, saham AKRA mengalami penurunan signifikan pada penutupan sesi I perdagangan hari ini di 1.180 per saham atau turun 55 poin (-4,45 persen).
Harga saham AKRA sempat menyentuh level terendah 1.160 sebelum akhirnya kembali naik ke kisaran 1.180.
Pengendali dan Direksi Gencar Belanja Saham AKRA
Beberapa waktu lalu diberitakan, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) melaporkan adanya transaksi saham yang dilakukan oleh pemegang saham tertentu, termasuk pengendali utama perusahaan.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan, Direktur & Corporate Secretary AKR Corporindo Suresh Vembu perusahaan mengungkapkan bahwa PT Arthakencana Rayatama, pemegang saham pengendali yang memiliki 63,611 persen saham sebelum transaksi, melakukan pembelian saham tambahan.
Suresh merinci, pada Selasa, 7 Januari 2025, mereka membeli sebanyak 1.228.200 saham dengan harga transaksi per saham Rp1.041,4, yang membawa jumlah saham yang dimiliki menjadi 12.770.472.000 atau setara dengan 63,619 persen. Pada, Kamis, 9 Januari 2025, mereka kembali membeli 282.500 saham dengan harga Rp1.170 per saham.
"Pembelian saham ini dilakukan dengan tujuan investasi," tegas Suresh dalam keterangannya, Senin, 13 Januari 2025.
Sementara itu, laporan kedua mengungkapkan transaksi saham oleh Nery Polim, seorang anggota direksi perusahaan. Menurut Suresh, sebelum transaksi, Nery Polim memiliki 1.050.000 saham, atau 0,005 persen dari total saham perusahaan. Pada Selasa, 7 Januari 2025, ia membeli 630.000 saham dengan harga Rp1.045 per saham.
"Setelah transaksi, Nery Polim meningkatkan kepemilikannya menjadi 1.680.000 saham, atau 0,008 persen dari total saham perusahaan," ungkap Suresh.
Adapun AKR Corporindo terus memantau perkembangan kepemilikan saham perusahaan, dengan kedua transaksi ini menandakan adanya langkah investasi oleh pemegang saham tertentu dalam rangka mendukung strategi pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Transaksi-transaksi ini mencerminkan optimisme para pemegang saham terhadap prospek AKRA di masa depan, sekaligus menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap pengelolaan perusahaan.
Kinerja Keuangan AKRA
Hingga kuartal ketiga tahun 2024, AKR Corporindo mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,47 triliun, meskipun angka ini menunjukkan penurunan sebesar 14,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023 yang tercatat sebesar Rp 1,71 triliun. Dengan demikian, laba bersih per saham untuk periode tersebut mencapai Rp 73,11 per lembar.
AKRA mencatatkan total pendapatan (revenue) sebesar Rp28,6 triliun untuk sembilan bulan pertama tahun 2024 (9M24), mengalami penurunan tipis sebesar 4,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp30 triliun (9M23).
Pada sisi laba, meskipun pendapatan menurun, AKRA berhasil mempertahankan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar Rp2 triliun untuk 9M24, meskipun ada penurunan 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp2,5 triliun. Sementara itu, laba kotor perusahaan tercatat sebesar Rp2,4 triliun dengan margin kotor (gross margin) sebesar 8,4 persen, turun 17,2 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.
Laba bersih AKRA untuk kuartal III 2024 tercatat mengalami kenaikan 23,6 persen secara kuartalan (qoq) dibandingkan Kuartal 2 2024 yang tercatat sebesar Rp1 triliun, meskipun tetap mengalami penurunan 11,8 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Meskipun menghadapi tantangan dalam hal penurunan pendapatan dan laba, PT AKR Corporindo Tbk. berhasil mencatatkan angka margin yang solid, dengan margin EBITDA sebesar 7,0 persen dan margin bersih (net margin) sebesar 5,2 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tetap mampu mengelola efisiensi biaya dan menjaga keberlanjutan operasionalnya meskipun mengalami penurunan kinerja di beberapa sektor.
Performa AKRA Hari ini
Saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami koreksi dalam perdagangan terbaru dengan harga turun 2,43 persen ke level Rp1.205 per lembar pada perdagangan bursa Selasa, 4 Maret 2025.
Penurunan ini terjadi setelah saham dibuka di Rp1.245 dan sempat menyentuh level tertinggi harian di Rp1.250 sebelum melemah ke titik terendahnya di Rp1.160. Total nilai transaksi tercatat sebesar Rp15,4 miliar dengan volume perdagangan mencapai 128,2 ribu lot.
Secara jangka pendek, pergerakan harga saham AKRA masih mengalami volatilitas. Dalam sepekan terakhir, saham ini mencatat kenaikan tipis 0,42 persen. Namun, dalam rentang tiga bulan, harga sahamnya terkoreksi sebesar 5,12 persen.
Meski begitu, performa dalam satu bulan terakhir cukup positif dengan kenaikan sebesar 9,05 persen, menunjukkan adanya dorongan pemulihan setelah mengalami tekanan.
Jika melihat kinerja dalam enam bulan terakhir, AKRA mengalami penurunan sebesar 16,03 persen, sementara dalam satu tahun terakhir, saham ini telah terdepresiasi hingga 31,14 persen.
Meskipun demikian, dalam jangka panjang, saham AKRA masih menunjukkan pertumbuhan yang solid. Dalam tiga tahun terakhir, saham ini mencatat kenaikan sebesar 59,60 persen, sementara dalam lima tahun terakhir, pertumbuhannya mencapai 137,20 persen.
Secara historis, AKRA pernah mencapai harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir di level Rp1.865, sedangkan level terendahnya berada di Rp1.030. Dengan harga saat ini, saham AKRA masih berada di bawah titik tertingginya dalam setahun terakhir. Namun, tren harga dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan adanya potensi pemulihan.
Kinerja tahun berjalan (year-to-date) menunjukkan kenaikan sebesar 7,59 persen, yang mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek bisnis AKRA ke depan.
Meskipun menghadapi tantangan di tengah fluktuasi harga komoditas dan kondisi ekonomi global, fundamental jangka panjang perusahaan ini tetap kuat, seiring dengan strategi ekspansi dan optimalisasi bisnis distribusi energi serta bahan kimia industri.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.