KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI, berhasil mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp1,6 triliun pada Januari 2025, meningkat +9,7 persen secara tahunan (YoY) dan +17 persen secara bulanan (MoM).
Kinerja ini relatif sejalan dengan estimasi konsolidasi FY25F dari konsensus yang menargetkan pertumbuhan laba sekitar +9 persen YoY.
Investment Analyst Stockbit Everson Sugianto, menilai capaian ini sebagai performa yang mixed, dengan beberapa faktor utama yang mempengaruhi, seperti credit cost (CoC) yang melandai serta pertumbuhan Net Interest Income (NII) yang rendah akibat tekanan pada Net Interest Margin (NIM).
“Adapun investor perlu memperhatikan kondisi likuiditas perseroan yang semakin mengetat,” ujar Everson dalam keterangan resminya, Selasa, 4 Maret 2025.
Walau begitu, BBNI mencatatkan CoC (bank only) di level 0,82 persen pada Januari 2025, lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang sebesar 1,14 persen dan Desember 2024 yang mencapai 1,82 persen. Tetapi, capaian ini lebih baik dibandingkan target manajemen untuk FY25 yang mengincar CoC di kisaran ±1 persen.
“Hasil ini juga menandai CoC terendah setidaknya sejak Januari 2022, setelah sempat menunjukkan tren peningkatan pada bulan–bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari beban provisi yang turun menjadi Rp514 miliar pada Januari 2025, atau turun -21 persen YoY dan -55 persen MoM,” tambah Everson.
Likuiditas Ketat Menekan NIM
NII BBNI tercatat hanya tumbuh tipis menjadi Rp3,2 triliun pada Januari 2025 (+1,7 persen YoY, -18 persen MoM). Sementara Non-Interest Income tumbuh +9,7 persen YoY, namun turun -40 persen MoM, yang diimbangi oleh peningkatan biaya operasional (+7,4 persen YoY, -30 persen MoM).
Hal ini menyebabkan Pre-Provision Operating Profit (PPOP) hanya tumbuh tipis sebesar +1,4 persen YoY, namun turun -23 persen MoM.
Lemahnya pertumbuhan NII dipengaruhi oleh NIM yang turun ke level 3,71 persen pada Januari 2025, lebih rendah dibandingkan Januari 2024 (3,77 persen) dan Desember 2024 (4,53 persen). Angka ini juga di bawah guidance bank only FY25 yang ditetapkan manajemen di kisaran 4–4,2 persen.
“Manajemen telah memperkirakan bahwa NIM akan cenderung lemah selama semester pertama 2025 karena tekanan likuiditas, sebelum mulai menguat pada semester kedua,” jelas Everson.
Tren DPK Belum Membaik
BBNI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar +10,3 persen YoY pada Januari 2025, lebih tinggi dibandingkan Januari 2024 (+8,1 persen YoY), meskipun sedikit melambat dari Desember 2024 (+10,7 persen YoY).
Namun, pertumbuhan kredit ini tidak diimbangi dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada Januari 2025, DPK justru turun -0,1 persen YoY, lebih rendah dibandingkan Januari 2024 (+12 persen YoY) dan Desember 2024 (-1,1 persen YoY).
Akibatnya, Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BBNI meningkat ke level 96,8 persen, lebih tinggi dibandingkan Desember 2024 (96,1 persen) dan November 2024 (94,4 persen), menandakan tekanan likuiditas yang semakin ketat bagi perseroan.
Prospek Saham BBNI Menguat, JP Morgan Naikkan Rekomendasi ke Overweight
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mendapat sorotan positif setelah JP Morgan meningkatkan rekomendasi saham bank pelat merah ini dari neutral menjadi overweight.
Keputusan tersebut diambil setelah JP Morgan melihat valuasi saham BBNI yang telah mengalami koreksi signifikan, sehingga membuka peluang pemulihan dalam waktu dekat.
JP Morgan mematok target harga saham BBNI di level Rp4.600 per lembar hingga akhir 2025. Dengan target ini, saham BBNI memiliki potensi upside sebesar 7,98 persen dibandingkan harga penutupan perdagangan pada Senin, 3 Maret 2025 yang berada di level Rp4.260 per lembar.
Meskipun demikian, sektor perbankan masih menghadapi tantangan seperti ketatnya likuiditas dan tekanan biaya dana (cost of fund), yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank secara keseluruhan.
Dalam analisanya, JP Morgan menilai bahwa BBNI memiliki prospek cerah seiring dengan strategi perbaikan struktur kredit dan optimalisasi pendapatan berbasis komisi. Faktor ini diharapkan dapat memperkuat fundamental perusahaan serta meningkatkan daya tarik sahamnya di mata investor.
Tidak hanya BBNI, JP Morgan juga menaikkan peringkat saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Analis JP Morgan, Harsh Wardhan Modi, mengungkapkan bahwa peringkat saham BMRI naik dari underweight ke neutral, sedangkan saham BBRI dan BBNI meningkat dari neutral menjadi overweight.
JP Morgan mencatat bahwa sejak awal tahun 2025, saham bank-bank BUMN telah terkoreksi hingga 17 persen, lebih dalam dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami penurunan 13 persen.
Meskipun secara fundamental sektor ini masih menghadapi tantangan, Modi menilai bahwa harga saham perbankan yang berada di bawah target menciptakan peluang untuk technical rebound dalam waktu dekat.
Setelah revisi peringkat oleh JP Morgan, target harga saham BMRI dipatok pada Rp5.100 per lembar, sementara target saham BBRI ditetapkan sebesar Rp4.200 per lembar.
Hingga pukul 11.59 WIB hari ini, harga saham BMRI tercatat menguat 6,09 persen ke level Rp4.880 per lembar, saham BBRI naik 8,04 persen ke Rp3.630 per lembar, dan saham BBNI mengalami kenaikan 5,71 persen ke Rp4.260 per lembar.
Dengan peningkatan rekomendasi dan prospek pemulihan yang lebih baik, saham perbankan pelat merah berpotensi menjadi salah satu sektor yang menarik perhatian investor dalam beberapa bulan ke depan.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.