KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis pada perdagangan hari ini, Selasa, 4 Maret 2025, dengan kenaikan 1,68 poin atau 0,03 persen ke level 6.521,34.
Setelah mencatatkan lonjakan signifikan pada Senin, 3 Maret 2025, dengan kenaikan 3,97 persen ke level 6.519, investor mulai mencermati apakah penguatan ini dapat berlanjut atau justru akan terkoreksi dalam beberapa hari ke depan.
Sepanjang sesi awal perdagangan, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.528,97 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.515,05. Total volume transaksi mencapai 2,37 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp321,64 miliar dari 17.110 transaksi.
Menurut Muhammad Wafi, Technical Analyzer dari RHB Sekuritas Indonesia, pergerakan IHSG saat ini masih dalam fase konsolidasi dan berpotensi menguji level yang lebih tinggi. "IHSG mengalami rebound signifikan hari ini, dengan dukungan volume yang cukup kuat. Jika mampu menembus garis Moving Average 5 (MA5), indeks berpotensi melanjutkan kenaikan menuju MA20 dan bahkan menguji resistance bearish channel. Namun, jika gagal breakout, ada potensi koreksi lebih dalam," ujarnya, dalam riset hariannya, Selasa, 4 Maret 2025.
Level yang perlu diperhatikan saat ini berada di rentang 6.450 hingga 6.650, dengan target berikutnya di kisaran 6.590 hingga 6.660 jika momentum penguatan dapat dipertahankan. Sebaliknya, jika tekanan jual meningkat, indeks bisa kembali melemah hingga ke level 6.380.
Sementara itu, saham-saham tertentu turut menjadi pendorong pergerakan indeks di awal perdagangan. Saham Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) melonjak 16,80 persen ke level Rp730 per saham, diikuti oleh saham Aesler Grup Internasional Tbk (RONY) yang naik 15,56 persen ke level Rp1.745 per saham.
Geoprima Solusi Tbk (GPSO) juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 10,90 persen ke level Rp468 per saham. Saham Mandala Multifinance Tbk (MFIN) yang bergerak di sektor keuangan turut mengalami kenaikan kuat, menguat 9,20 persen ke level Rp3.680 per saham, sementara saham Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL) yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia, khususnya distribusi air minum, naik 8,33 persen ke level Rp39 per saham.
Namun, tidak semua saham mengalami tren positif. Saham Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) justru memimpin daftar top losers dengan penurunan 12,93 persen ke level Rp404 per saham, disusul oleh saham Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS) dan Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) yang masing-masing turun 9,68 persen dan 9,21 persen.
Saham Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN) yang beroperasi di sektor teknologi turut mengalami penurunan 8,11 persen ke level Rp34 per saham. Terakhir, saham Imago Mulia Persada Tbk (LFLO) yang bergerak di sektor properti dan real estat terkoreksi 8,00 persen ke level Rp115 per saham.
Di sisi lain, investor turut mencermati perkembangan global yang bisa memberikan dampak terhadap pergerakan IHSG. Analis dari CGS International Sekuritas Indonesia menyoroti kebijakan tarif impor sebesar 25 persen yang akan diberlakukan terhadap Meksiko dan Kanada, yang dikhawatirkan dapat mendorong lonjakan inflasi di AS.
"Tarif impor ini menimbulkan kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi di AS, yang bisa memberikan tekanan tambahan pada pasar saham global," ujar analis tersebut.
Sentimen negatif dari Wall Street ini dapat berimbas pada pasar Asia, termasuk Indonesia, sehingga pelaku pasar harus tetap waspada terhadap potensi volatilitas dalam beberapa waktu ke depan.
Namun, di tengah berbagai tantangan global, optimisme masih bertahan berkat aksi beli investor asing serta kenaikan harga beberapa komoditas utama. "Kenaikan harga emas, timah, nikel, tembaga, dan gas bisa menjadi katalis positif bagi IHSG, terutama untuk saham-saham berbasis komoditas," jelas seorang analis pasar.
Hal ini didukung oleh data perdagangan yang menunjukkan peningkatan minat investor terhadap saham-saham berbasis sumber daya alam. Selain itu, sektor keuangan yang sempat mengalami tekanan turut mendapat sentimen positif dari potensi kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif dalam beberapa bulan ke depan.
Tidak hanya dari faktor teknikal dan makroekonomi, pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh sikap investor yang mulai selektif dalam memilih saham. Saham-saham di sektor teknologi, yang sebelumnya mengalami tekanan, mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seiring dengan optimisme terhadap pertumbuhan industri digital di Indonesia.
"Investor saat ini lebih selektif dalam menempatkan dana mereka, memilih saham-saham dengan fundamental yang lebih kuat dan valuasi yang lebih menarik," tambah Wafi.
Dengan adanya faktor-faktor ini, investor disarankan untuk tetap mencermati pergerakan IHSG dan memperhatikan level resistance maupun support yang telah disebutkan. "Investor perlu berhati-hati terhadap potensi koreksi, namun jika level resistance dapat ditembus, kita bisa melihat pergerakan yang lebih optimis," tutup Wafi.
Dengan dinamika pasar yang terus berkembang, para pelaku pasar diharapkan dapat mengambil keputusan investasi yang lebih bijak dengan mempertimbangkan berbagai aspek teknikal maupun fundamental yang sedang berkembang. (