Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Cadangan Kripto Strategis ala Trump bikin Bitcoin Terbang

Pasar mata uang kripto mengalami lonjakan besar setelah pengumuman mengejutkan dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 March 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Cadangan Kripto Strategis ala Trump bikin Bitcoin Terbang Ilustrasi koin-koin mata uang kripto, antara lain Bitcoin dan Ethereum. (Foto: Unsplash/Art Rachen)

KABARBURSA.COM - Pasar mata uang kripto mengalami lonjakan besar setelah pengumuman mengejutkan dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang mengumumkan rencana pembentukan cadangan kripto strategis bagi Amerika Serikat. Bitcoin, sebagai mata uang kripto terbesar di dunia, langsung melonjak hingga 9,3 persen dan diperdagangkan di angka USD92.090, menurut data LSEG.

Lonjakan ini terjadi setelah Bitcoin sempat merosot ke level terendah tiga setengah bulan di USD78.273 pada hari Jumat. Sentimen pasar kini kembali optimis, dengan banyak investor berspekulasi bahwa kebijakan baru Trump bisa mendorong Bitcoin menembus level psikologis USD100.000 dalam beberapa bulan mendatang.

Kathleen Brooks dari XTB menyoroti ironi di balik fenomena ini. "Mata uang kripto pada awalnya dirancang untuk menghindari campur tangan pemerintah dan beroperasi secara desentralisasi. Namun, kini nasib Bitcoin justru sangat bergantung pada kebijakan pemerintah AS," ujarnya.

Trump mengungkapkan di platform Truth Social bahwa cadangan kripto strategis AS tidak hanya mencakup Bitcoin, tetapi juga beberapa mata uang kripto besar lainnya seperti Ether (ETH), XRP, SOL (Solana), dan ADA (Cardano). Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Trump melihat kripto sebagai aset yang bernilai strategis.

Di pasar opsi, investor mulai bertaruh pada kelanjutan reli Bitcoin. Permintaan opsi beli (call options) meningkat tajam, menunjukkan bahwa banyak pelaku pasar memperkirakan Bitcoin masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi. Beberapa analis bahkan menyebutkan bahwa momentum ini bisa membawa Bitcoin melewati batas USD100.000 lebih cepat dari perkiraan awal.

Namun, tidak semua pihak setuju dengan pandangan bullish ini. Beberapa analis memperingatkan bahwa volatilitas yang tinggi tetap menjadi risiko utama dalam pasar kripto. Jika kebijakan Trump menghadapi hambatan politik atau ekonomi, harga Bitcoin bisa kembali mengalami tekanan.

Efek Bitcoin: ke Makroekonomi dan Pasar Modal

Penguatan Bitcoin juga terjadi di tengah dinamika ekonomi global yang menarik. Di Thailand, indeks harga konsumen (IHK) diperkirakan naik 1,1 persen secara tahunan pada bulan Februari, turun dari 1,32 persen di Januari. Sementara itu, inflasi inti masih berada di level 0,8 persen, menunjukkan tekanan inflasi yang masih lemah. Bank of Thailand telah mengambil langkah pemangkasan suku bunga di tengah ketidakpastian global, yang bisa memberikan dorongan tambahan bagi investasi spekulatif seperti Bitcoin.

Di Filipina, inflasi juga diperkirakan menurun menjadi 2,75 persen pada Februari, dari 2,9 persen di Januari. Harga beras yang terus turun disebut menjadi faktor utama dalam perlambatan inflasi di negara tersebut. Jika tren ini berlanjut, bank sentral Filipina mungkin akan mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih longgar, yang berpotensi menguntungkan pasar aset digital.

Sementara itu, investor global masih mencermati kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed). Koreksi pasar terhadap suku bunga terminal The Fed masih berlangsung, dengan pasar memperkirakan suku bunga akan mencapai sekitar 3,50 persen pada kuartal kedua tahun 2026. Imbal hasil Treasury AS 10 tahun, yang sebelumnya turun 6 basis poin menjadi 4,229 persen, kini sedikit naik ke 4,235 persen.

Menurut Asger Wilhelm Dalsjoe dari Danske Bank Research, koreksi ini masih bisa berlangsung lebih lama. "Kami menargetkan suku bunga terminal di kisaran 3-3,25 persen, yang berarti pasar mungkin masih terlalu optimis terhadap pelonggaran kebijakan The Fed," katanya dalam sebuah catatan.

Saham Jepang juga mengalami kenaikan setelah aksi jual besar pada hari Jumat. Indeks Nikkei 225 naik 1,7 persen ke 37.785,47, didorong oleh saham industri berat dan otomotif seperti IHI yang melonjak 7,8 persen dan Toyota Motor yang naik 3,9 persen. Investor tetap fokus pada kebijakan perdagangan AS dan implikasinya bagi ekonomi Jepang.

Di sisi lain, yuan China sedikit melemah terhadap dolar menjelang pertemuan Kongres Rakyat Nasional China. Perdana Menteri China, Li Qiang, diperkirakan akan mengungkapkan berbagai target ekonomi dan pembangunan, termasuk target pertumbuhan tahunan sekitar 5 persen untuk 2025 dengan defisit anggaran yang lebih tinggi di kisaran 4 persen dari PDB.

Salah satu kebijakan yang paling dinantikan pasar adalah kebijakan perdagangan Trump terhadap China. Analis dari Nomura menilai tarif yang diumumkan Trump tampak "lunak," namun sebenarnya memiliki tujuan strategis. Dengan kebijakan perdagangannya yang agresif, Trump berusaha menekan dominasi ekonomi China di pasar global.

Para analis Nomura memperkirakan bahwa tarif rata-rata AS terhadap China bisa naik hingga 33 persen, menyusul pengumuman tarif tambahan sebesar 10 persen. Jika ini terjadi, dampaknya bisa signifikan bagi pasar global, termasuk Bitcoin, yang sering dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi.

Ke Mana Arah Bitcoin Selanjutnya?

Dengan berbagai faktor yang mendukung, Bitcoin tampaknya memiliki potensi besar untuk melanjutkan tren kenaikannya. Dukungan dari kebijakan Trump, spekulasi investor di pasar opsi, serta ketidakpastian ekonomi global menjadi faktor pendorong utama. Namun, volatilitas tetap menjadi faktor yang harus diperhitungkan oleh para investor.

Jika momentum ini terus berlanjut, Bitcoin bisa saja menembus USD100.000 dalam waktu dekat. Namun, seperti biasa di pasar kripto, ketidakpastian adalah satu-satunya kepastian. Para investor harus tetap waspada dan mempertimbangkan berbagai risiko sebelum mengambil keputusan investasi. (*)