Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Rebound ke USD2.890,57, Didorong Pelemahan Dolar

Kenaikan ini didorong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan aksi beli aset safe haven di tengah kekhawatiran pasar

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 March 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Harga Emas Rebound ke USD2.890,57, Didorong Pelemahan Dolar Ilustrasi sebongkah emas batangan (Foto: Pexels/Michael Steinberg)

KABARBURSA.COM – Harga emas melonjak lebih dari 1 persen pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025 setelah sempat menyentuh level terendah dalam tiga pekan pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan aksi beli aset safe haven di tengah kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump.

Seperti dikutip dari Reuters, harga emas spot naik 1,1 persen menjadi USD2.890,57 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS ditutup naik 1,8 persen di USD2.901,10 per ons.

“Saya rasa kita masih berada di pasar bullish yang kuat, dan harga emas bisa menembus USD 3.000 dalam waktu dekat. Dengan kebijakan tarif dan kemungkinan aksi balasan, bank sentral tampaknya terus masuk ke pasar dan melakukan pembelian,” ujar Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures.

Indeks dolar AS (.DXY) merosot lebih dari 1 persen, menjauhi level tertinggi dalam dua pekan terakhir yang dicapai pada sesi sebelumnya. Pelemahan dolar ini membuat emas yang dihargai dalam mata uang AS menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga meningkatkan permintaan.

Sementara itu, Presiden Trump diperkirakan akan mengambil keputusan terkait tarif impor dari Kanada dan Meksiko pada Senin, dengan pemberlakuan efektif mulai Selasa. Pekan lalu, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap impor dari China, yang akan meningkatkan beban tarif menjadi total 20 persen.

Para investor kini mengalihkan perhatian mereka ke laporan ketenagakerjaan AS yang dijadwalkan rilis pada Rabu (6/3/2025) dan laporan non-farm payrolls pada Jumat (8/3/2025). Data ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).

Sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, emas cenderung mendapat dorongan ketika terjadi kekhawatiran pasar. Namun, kenaikan suku bunga dapat mengurangi daya tarik emas karena aset ini tidak memberikan imbal hasil.

Selain emas, harga perak juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 2 persen ke level USD 31,77 per ons. Platinum naik 0,9 persen menjadi USD 956,50, sementara palladium bertambah 2 persen ke USD 937,10 per ons.

“Kami melihat potensi kenaikan lebih lanjut untuk harga perak, terutama karena reli emas masih berlangsung dan produksi industri global mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan,” tulis para analis UBS dalam catatan riset mereka.

Dampak Tarif Trump ke Wall Street

Kebijakan tarif Trump berdampak negatif pada bursa saham AS. Indeks utama Wall Street tergelincir tajam pada Senin, 3 Maret 2025. Indeks S&P 500 turun 1,75 persen menjadi 5.850,31, Nasdaq Composite anjlok 2,64 persen ke 18.350,19, sementara Dow Jones Industrial Average melemah 1,47 persen ke level 43.197,30.

Survei Institute of Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS mengalami kontraksi. Indeks manufaktur PMI turun ke 50,3 pada Februari dari 50,9 di Januari, sementara indeks pesanan baru turun tajam ke 48,6 dari 55,1, mencerminkan melemahnya prospek ekonomi.

Wall Street semakin tertekan setelah Trump menegaskan bahwa tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko akan mulai berlaku pada Selasa, 4 Maret 2025. Sementara itu, Kanada dan Meksiko juga telah menyiapkan tarif balasan yang akan diterapkan pada 2 April.

Di tengah ketidakpastian pasar, hedge fund global mencatat penjualan saham bersih terbesar dalam satu tahun terakhir. Laporan Goldman Sachs menunjukkan bahwa antara 21-27 Februari, hedge fund melakukan aksi jual di hampir semua sektor, kecuali layanan komunikasi.

Di sektor kesehatan, aksi jual didominasi oleh posisi short selling yang mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir. Hedge fund juga meningkatkan taruhan terhadap penurunan ETF berbasis saham AS, seiring dengan pelemahan indeks MSCI global yang turun sekitar 3 persen dalam sepekan terakhir.

“Kecepatan pengambilan risiko melambat dibandingkan beberapa bulan terakhir,” kata Goldman Sachs dalam laporannya. Hedge fund juga dilaporkan mulai mengurangi eksposur terhadap saham AS dan beralih ke saham Asia.

Fokus Pasar Beralih ke Data Ketenagakerjaan

Investor kini menantikan data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada 7 Maret 2025. Data ini dipandang sebagai indikator utama kesehatan ekonomi AS di tengah berbagai laporan ekonomi yang mengecewakan.

Reuters memperkirakan bahwa lapangan kerja AS bertambah 133.000 pada Februari, lebih rendah dari 143.000 pada Januari, sementara tingkat pengangguran diperkirakan naik menjadi 4,0 persen. Hasil laporan ini dapat menjadi faktor kunci dalam menentukan arah kebijakan The Fed ke depan.

“Jika data ketenagakerjaan menunjukkan pelemahan, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi bisa semakin meluas,” ujar Michael Arone, Chief Investment Strategist di State Street Global Advisors.

Dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan kebijakan tarif yang lebih ketat, pasar keuangan global diperkirakan akan tetap volatile dalam beberapa pekan mendatang. (*)