Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Menguat di Level 6.519, MPIX dan INRU Masuk Top Gainers

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG naik ke level 6.519. Angka ini masih rendah meski sebelumnya IHSG sempat anjlok di kisaran Rp6.200.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 03 March 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Yunila Wati
IHSG Menguat di Level 6.519, MPIX dan INRU Masuk Top Gainers Aktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan hari ini Senin, 3 Maret 2025. IHSG tercatat naik 249,06 poin atau 3,97 persen ke level 6.519,66.

Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.500 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.300. Total volume transaksi mencapai 206,13 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp14,60 triliun dari 1,30 juta transaksi.  

Meski mengalami kenaian angka IHSG itu masig tergolong cukup rendah. Nilai IHSG masih cenderung remuk setelah mendapat tekanan dari berbagai hal terutama tarikan investasi yang dilakukan investor asing secara besar-besaran.

Sejumlah saham mengalami kenaikan di tengah lemahnya IHSG dalam perdagangan hari ini. Top gainers pada perdagangan hari ini meliputi PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk dengan kode saham MPIX dari sektor perdagangan yang naik 26,32 persen ke harga Rp96 per saham.

PT Toba Pulp Lestari Tbk dengan kode saham INRU dari sektor industri dasar dan kimia melonjak 25,00 persen ke harga Rp450 per saham. Kemudian ada PT Pradiksi Gunatama Tbk dengan kode saham PGUN dari sektor perkebunan menguat 25,00 persen ke harga Rp625 per saham. 

PT Geoprima Solusi Tbk dengan kode saham GPSO dari sektor teknologi dan layanan geospasial naik 24,85 persen ke harga Rp422 per saham. 

PT Aesler Grup Internasional Tbk dengan kode saham RONY dari sektor konstruksi dan arsitektur penjualan sahamnya juga meningkat 24,79 persen ke harga Rp1.510 per saham. 

Sementara itu, sejumlah saham mengalami tekanan jual cukup besar mereka masuk ke jajaran top losers

PT Homeco Victoria Makmur Tbk dengan kode saham LIVE dari sektor barang konsumen turun 24,85 persen ke harga Rp248 per saham. Kemudian ada PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk dengan kode saham SRAJ dari sektor layanan kesehatan melemah 11,97 persen ke harga Rp2.500 per saham.

Ada juga PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk dengan kode saham HITS dari sektor transportasi dan logistik turun 10,99 persen ke harga Rp324 per saham. PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk dengan kode saham LIFE dari sektor keuangan turut melemah 10,34 persen ke harga Rp6.500 per saham. 

Kemudian PT Lima Dua Lima Tiga Tbk dengan kode saham LUCY dari sektor jasa makanan dan minuman turun 9,91 persen ke harga Rp100 per saham.

Tunda Short Selling

Sementara itu, kabar terbaru datang dari Otoritas Jasa Keuangan atau OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Rencananya, baik OJK dan BEI telah sepakat menunda implementasi short selling dan mengkaji kebijakan emiten melakukan buyback tanpa persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Hal ini disampaikan Deputi Komisioner Pengawasan Pengelola Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Aditya Jayaantara, Senin, 3 Maret 2025.

Adapun alasan pengkajian buyback dan penundaan implementasi short selling ini untuk mengurangi tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Apalagi, sepanjang pekan kemarin jatuhnya IHSG memperpanjang penurunan yang tercatat telah mencapai 11,43 persen sepanjang tahun 2025.

Diketahui, IHSG pada Jumat, 28 Februari 2025, ditutup anjlok 3,31 persen dan berada di level 6.270,60. Posisi ini adalah yang terendah sejak September 2021.

Saham Asia Bervariasi

Pasar saham Asia mengalami pergerakan variatif pada perdagangan hari Senin, 3 Maret, seiring dengan meningkatnya kewaspadaan investor terhadap kebijakan tarif Amerika Serikat yang akan segera diberlakukan. 

Para pelaku pasar menunggu kepastian mengenai apakah tarif tersebut benar-benar akan diimplementasikan atau hanya menjadi bagian dari strategi negosiasi perdagangan Presiden AS Donald Trump.

Sementara itu, sentimen pasar mendapatkan dorongan positif dari keputusan para pemimpin Eropa yang sepakat untuk menyusun rencana perdamaian bagi Ukraina. Kesepakatan ini datang setelah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan mantan Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval Gedung Putih. 

Meski demikian, ketidakpastian masih menyelimuti hubungan dagang global, terutama setelah pernyataan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick yang mengonfirmasi bahwa tarif baru terhadap Kanada dan Meksiko akan mulai berlaku pada Selasa esok. 

Namun, masih ada kemungkinan perubahan keputusan dari Trump mengenai besaran tarif, apakah akan tetap pada tingkat 25% yang telah direncanakan atau mengalami penyesuaian.

Dalam perkembangan lainnya, pajak tambahan sebesar 10 persen terhadap impor barang dari Tiongkok juga diperkirakan mulai berlaku pekan ini. Pengenaan tarif ini bertepatan dengan pembukaan sesi tahunan Kongres Rakyat Nasional Tiongkok pada hari Rabu. 

Pada pertemuan tersebut, para pejabat diperkirakan akan mengumumkan langkah-langkah stimulus baru serta strategi potensial dalam merespons kebijakan tarif AS. Pasar akan mencermati setiap langkah yang diambil oleh Beijing, karena dapat berdampak pada dinamika perdagangan global dan keseimbangan pasar keuangan.

Para ekonom menilai bahwa langkah tarif ini masih sulit diprediksi, mengingat pendekatan kebijakan perdagangan Trump yang sering kali bersifat tak terduga. Menurut Michael Feroli, ekonom dari JPMorgan, penerapan tarif secara penuh akan memberikan hambatan signifikan terhadap aktivitas ekonomi global, sekaligus mendorong kenaikan harga konsumen di AS. 

Investor global juga tengah mengantisipasi laporan ketenagakerjaan AS bulan Januari yang akan dirilis pada hari Jumat. Jika hasil laporan menunjukkan pelemahan, pasar akan semakin memperhitungkan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga hingga tiga kali dalam tahun ini untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan memberikan pandangan mengenai prospek ekonomi pada hari Jumat, hanya beberapa jam setelah laporan ketenagakerjaan dirilis. 

Selain itu, setidaknya tujuh pejabat Fed lainnya juga akan memberikan pernyataan minggu ini, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter AS dalam waktu dekat.

Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 2,50 persen pada hari Kamis, setelah serangkaian data ekonomi yang menunjukkan pelemahan. 

Analis memperkirakan bahwa suku bunga dapat turun lebih lanjut hingga di bawah 2 persen pada akhir tahun ini jika kondisi ekonomi tidak membaik. Langkah ECB ini diharapkan dapat mendukung pemulihan ekonomi zona euro yang saat ini masih tertekan oleh ketidakpastian global.

Dari sisi ekonomi Tiongkok, data terbaru menunjukkan bahwa indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur global Caixin/S&P untuk bulan Februari mencapai 50,8, lebih tinggi dari perkiraan 50,3 oleh Reuters dan meningkat dari 50,1 pada Januari. 

Angka ini menunjukkan ekspansi moderat dalam sektor manufaktur Tiongkok dan memberikan sedikit optimisme bagi investor yang khawatir terhadap perlambatan ekonomi negara tersebut.

Secara keseluruhan, pasar global masih dibayangi oleh ketidakpastian terkait kebijakan tarif AS, perkembangan ekonomi Tiongkok, serta langkah-langkah moneter yang diambil oleh bank sentral utama dunia. 

Investor akan terus mencermati kebijakan perdagangan dan sinyal kebijakan moneter untuk menavigasi risiko dan peluang di tengah kondisi ekonomi yang terus berkembang.(*)