KABARBURSA.COM - Saham PT PP (Persero) Tbk atau PTPP naik signifikan usai keberhasilannya menghidupkan kembali Pabrik Gula Colomadu di Karanganyar, Jawa Tengah. Hingga pukul 15.00 WIB, Senin, 3 Maret 2025, saham tercatat berada di level Rp248 per lembar.
PTPP kembali membuktikan kepiawaiannya dalam bidang konstruksi dan revitalisasi. Bersama PT Sinergi Colomadu, PTPP mengubah pabrik bersejarah yang didirikan pada tahun 1861 oleh Sultan Mangkunegara IV menjadi ikon wisata heritage berkelas internasional.
Proyek revitalisasi ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan warisan budaya, tetapi juga memberikan fungsi baru sebagai pusat wisata, seni, bisnis, dan hiburan yang mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dengan investasi sekitar Rp176 miliar, PTPP menerapkan pendekatan konservasi yang cermat serta inovasi arsitektural yang memungkinkan struktur asli bangunan tetap dipertahankan tanpa menghilangkan identitas sejarahnya.
Revitalisasi De Tjolomadoe bukan sekadar proyek restorasi biasa, melainkan sebuah rebranding total yang memberikan kehidupan baru bagi bangunan bersejarah ini. Dengan tetap menjaga estetika khas era kolonial, proyek ini memadukan elemen-elemen modern agar sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Salah satu inovasi utama dalam proyek ini adalah penerapan teknik konservasi arsitektural yang mengutamakan penguatan struktur bangunan dengan teknologi transfer beam. Teknologi ini memungkinkan bangunan tetap kokoh tanpa mengubah bentuk aslinya, sehingga nuansa sejarah tetap terasa kuat.
Selain itu, mesin-mesin tua yang sebelumnya digunakan dalam proses produksi gula kini dipertahankan dan dimanfaatkan sebagai elemen desain interior museum. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan nilai estetika, tetapi juga memperkuat identitas heritage yang menjadi daya tarik utama De Tjolomadoe.
Tak hanya berfungsi sebagai museum dan destinasi wisata budaya, De Tjolomadoe kini juga dikembangkan sebagai ruang multifungsi yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan Meetings, Incentives, Conventions, Exhibitions (MICE), serta area komersial lainnya.
Dengan kapasitas yang mampu menampung berbagai acara berskala nasional maupun internasional, tempat ini berpotensi menjadi pusat kegiatan seni dan bisnis di Jawa Tengah.
Sekretaris Perusahaan PTPP, Joko Raharjo, dalam keterangannya menegaskan bahwa keberhasilan proyek ini merupakan hasil dari inovasi desain dan konstruksi yang menyeimbangkan pelestarian dan modernisasi.
Dengan hadirnya De Tjolomadoe sebagai destinasi wisata heritage, PTPP tidak hanya berkontribusi dalam pelestarian warisan budaya, tetapi juga dalam mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Revitalisasi ini menjadi bukti bahwa bangunan tua tidak harus ditinggalkan, melainkan dapat dihidupkan kembali dengan cara yang inovatif dan berkelanjutan. Keberhasilan De Tjolomadoe dapat menjadi inspirasi bagi proyek-proyek serupa di masa depan, di mana nilai sejarah dan modernitas dapat berpadu dalam harmoni yang memikat.
Buffett: Hold Saham PTPP
Pergerakan PTPP memang menarik untuk diperhatikan. Karenanya, Warren Buffett merekomendasikan saham ini untuk di-hold terlebih dulu. Adapun pertimbangannya sebagau berikut:
Saham PTPP saat ini memiliki rasio Price to Earnings (P/E) TTM sebesar 3,00, yang jauh lebih rendah dibandingkan median P/E IHSG sebesar 7,42. Forward P/E-nya berada di angka 5,56, menunjukkan bahwa pasar masih memberikan ekspektasi keuntungan di masa depan.
Sedangkan Price to Book Value (P/B) hanya 0,13, yang berarti saham ini dihargai jauh di bawah nilai bukunya. Price to Sales (P/S) yang sangat rendah, yaitu 0,07, mengindikasikan bahwa valuasi PTPP relatif murah dibandingkan dengan pendapatannya.
Namun, indikator lain menunjukkan beberapa risiko. PEG Ratio sebesar 0,04 menunjukkan pertumbuhan laba yang cukup tinggi dibandingkan valuasi saat ini, tetapi PEG Forward yang negatif (-0,14) bisa menjadi sinyal bahwa pasar tidak mengantisipasi pertumbuhan yang stabil ke depan.
Sementara itu, PTPP mencatatkan Net Profit Margin (Quarter) sebesar 2,31%, yang cukup rendah untuk sektor konstruksi. Return on Equity (ROE) hanya 4,25 persen, dan Return on Assets (ROA) sebesar 0,88 persen, yang mengindikasikan efisiensi modal yang kurang optimal.
Dengan Interest Coverage Ratio sebesar 1,03, PTPP memiliki tantangan dalam membayar bunga utangnya, yang bisa menjadi risiko finansial jika arus kas tidak membaik.
Rasio utang perusahaan cukup tinggi dengan Debt to Equity Ratio sebesar 1,67 dan Total Liabilities to Equity mencapai 3,56. Hal ini menandakan bahwa PTPP memiliki beban utang yang signifikan dibandingkan dengan ekuitasnya.
Dengan Free Cash Flow (TTM) negatif sebesar -21 miliar dan Free Cash Flow Per Share sebesar -3,41, perusahaan menghadapi tekanan arus kas yang serius, sehingga bisa berisiko dalam membayar kewajiban dan mendanai pertumbuhan tanpa tambahan utang baru.
Dari sisi harga saham, PTPP mengalami penurunan tajam dalam beberapa periode. Dalam setahun terakhir, harga sahamnya turun 48,54 persen, dengan penurunan selama tiga tahun mencapai 74,11 persen dan dalam lima tahun sebesar 79,59 persen.
Secara historis, harga saham telah mengalami koreksi besar, dengan harga saat ini berada di dekat level terendah dalam 52 minggu, yaitu 230 dari 575.
Jadi, dari perspektif Warren Buffett, saham ideal adalah saham dengan bisnis yang stabil, memiliki moat ekonomi (keunggulan kompetitif), manajemen yang solid, dan valuasi yang menarik.
PTPP memang memiliki valuasi yang murah, namun ada beberapa kekhawatiran besar, seperti utang yang tinggi, margin keuntungan yang rendah, serta tekanan arus kas yang berkelanjutan.
Selain itu, kinerja sahamnya menunjukkan tren penurunan jangka panjang, yang mengindikasikan kurangnya kepercayaan pasar terhadap prospek bisnisnya.
Jika investor memiliki saham ini, strategi terbaik saat ini adalah menahan saham dan menunggu perkembangan lebih lanjut. Namun, bagi investor baru yang mencari saham dengan fundamental kuat dan prospek jangka panjang yang lebih menjanjikan, PTPP saat ini belum cukup menarik untuk dikoleksi.
Jika dalam beberapa kuartal ke depan arus kas membaik, utang berkurang, dan margin keuntungan meningkat, barulah saham ini bisa menjadi pilihan menarik untuk investasi jangka panjang.
Sebaliknya, jika kondisi keuangan terus memburuk dan manajemen tidak menunjukkan strategi yang jelas dalam memperbaiki kondisi perusahaan, maka menjual saham ini bisa menjadi keputusan yang lebih bijak sebelum mengalami penurunan lebih lanjut.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.