Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kinerja Keuangan BYAN Tertekan, tapi Saham Banyak Peminat

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 03 March 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Kinerja Keuangan BYAN Tertekan, tapi Saham Banyak Peminat Tambang batu bara milik BYAN. Foto: Dok Bayan

KABARBURSA.COM - PT Bayan Resources Tbk atau BYAN, salah satu emiten tambang batu bara terbesar di Indonesia, mencatatkan kinerja keuangan yang mengalami tekanan sepanjang 2024. 

Perusahaan yang dikendalikan oleh konglomerat Low Tuck Kwong ini membukukan laba bersih sebesar USD922,64 juta atau setara dengan Rp14,91 triliun (asumsi kurs Jisdor Bank Indonesia per 31 Desember 2024 sebesar Rp16.157 per USD). 

Capaian tersebut menunjukkan penurunan 25,51 persen dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai USD1,24 miliar.

BYAN mencatatkan laba bersih sebesar Rp14,99 triliun sepanjang tahun 2024. Capaian ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 yang mencapai Rp19,09 triliun. Dengan demikian, laba bersih per saham yang dibukukan perseroan turun menjadi Rp450,27 per lembar.

Meskipun laba bersih mengalami penurunan, BYAN tetap mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 1,4 persen menjadi Rp56 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp55,2 triliun. 

Namun, kenaikan pendapatan tersebut tidak mampu mengimbangi lonjakan beban pokok, sehingga berdampak pada penurunan laba kotor dari Rp25,7 triliun di tahun 2023 menjadi Rp21,7 triliun di tahun 2024, atau turun 15,6 persen.

Kinerja operasional perusahaan juga mengalami tekanan, terlihat dari EBITDA yang menurun 16,1 persen dari Rp25,5 triliun menjadi Rp21,4 triliun. Sementara itu, margin EBITDA tercatat sebesar 38,2 persen, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. 

Margin laba bersih juga mengalami penurunan menjadi 26,8 persen dari sebelumnya 34,6 persen, mencerminkan tekanan profitabilitas yang dihadapi perusahaan.

Dari sisi neraca keuangan, total aset BYAN mengalami kenaikan menjadi Rp57,23 triliun dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp55,68 triliun. Peningkatan aset ini didorong oleh posisi kas yang mencapai Rp14,82 triliun.

Sementara itu, total ekuitas meningkat menjadi Rp37,6 triliun, mencerminkan fundamental keuangan yang tetap kuat meskipun laba bersih menurun.

Liabilitas jangka pendek BYAN tercatat sebesar Rp17,49 triliun, sementara liabilitas jangka panjangnya mencapai Rp2,13 triliun. Dengan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) sebesar 0,52 dan rasio utang terhadap total modal sebesar 0,34, perusahaan masih berada dalam posisi keuangan yang relatif sehat.

Dari sisi valuasi, rasio price-to-earnings (PER) BYAN berada di angka 43,81 kali, sementara price-to-book value (PBV) tercatat di 17,49 kali. Return on assets (ROA) perusahaan mencapai 26,2 persen, sedangkan return on equity (ROE) sebesar 39,87 persen. 

Meskipun laba bersih menurun, efisiensi operasional BYAN tetap terlihat dari EBITDA terhadap beban bunga yang mencapai 73,76 kali, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan.

Di pasar modal, saham BYAN ditutup pada harga Rp19.725 per lembar dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp657,5 triliun. Kinerja saham BYAN tetap menarik perhatian investor meskipun profitabilitasnya mengalami penurunan. 

Dengan fundamental keuangan yang masih solid, pergerakan saham emiten ini akan terus menjadi sorotan, terutama di tengah dinamika industri batu bara global.

Target Performa di 2025

Memasuki tahun 2025, BYAN menetapkan target produksi yang lebih agresif dengan estimasi mencapai 69 hingga 72 juta MT. Target ini mencerminkan peningkatan produksi sekitar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Sejalan dengan itu, volume penjualan juga diproyeksikan meningkat signifikan ke kisaran 70 hingga 72 juta MT, menunjukkan optimisme manajemen dalam menangkap peluang pasar yang lebih luas.

Dari sisi harga jual rata-rata (average selling price/ASP), BYAN memperkirakan harga berada di rentang USD58 hingga USD60 per MT. Dengan asumsi tersebut, perseroan memproyeksikan pendapatan pada tahun 2025 bisa mencapai USD4,1 hingga USD4,4 miliar. 

Jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2024, yang tercatat sebesar USD3,45 miliar, maka pertumbuhan pendapatan BYAN berpotensi meningkat sekitar 25,71 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Proyeksi ini menunjukkan strategi ekspansi yang agresif dari BYAN dalam meningkatkan kapasitas produksi dan penetrasi pasar, meskipun tantangan dari volatilitas harga batu bara global masih menjadi faktor yang perlu diantisipasi. 

Dengan efisiensi operasional dan ekspansi produksi yang terukur, BYAN optimistis dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri batu bara Indonesia.

Rekomendasi Saham BYAN

Dalam jangka pendek, saham BYAN menghadapi tekanan dari penurunan laba bersih dan profitabilitas yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun pendapatan meningkat 1,4 persen menjadi Rp56 triliun, kenaikan beban pokok menyebabkan laba kotor turun 15,6 persen, yang berdampak pada penurunan EBITDA dan margin laba bersih.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah valuasi saham BYAN yang cukup tinggi, dengan PER 43,81 kali dan PBV 17,49 kali. Dengan kondisi laba bersih yang turun, valuasi ini bisa dianggap mahal dibandingkan dengan profitabilitas perusahaan saat ini.

Namun, saham BYAN tetap menarik bagi investor karena fundamental keuangannya yang masih kuat, terbukti dari rasio EBITDA terhadap beban bunga sebesar 73,76 kali yang menunjukkan ketahanan dalam memenuhi kewajiban keuangan. 

Selain itu, kas yang mencapai Rp14,82 triliun memberikan fleksibilitas bagi perusahaan dalam menghadapi volatilitas pasar batu bara global.

Dari perspektif teknikal dan sentimen pasar, saham BYAN yang saat ini berada di Rp19.725 per lembar masih berpotensi mengalami volatilitas dalam waktu dekat. Oleh karena itu, rekomendasi jangka pendek cenderung netral hingga hati-hati, terutama bagi trader yang mengincar pergerakan harga dalam waktu cepat.

Untuk jangka panjang, prospek BYAN tetap menarik, terutama dengan strategi ekspansi produksi yang agresif pada tahun 2025. 

Target produksi batu bara yang naik hingga 72 juta MT dan penjualan yang diproyeksikan mencapai 72 juta MT menunjukkan optimisme manajemen dalam menangkap peluang pasar. Dengan asumsi ASP sebesar USD58–60 per MT, pendapatan BYAN diproyeksikan meningkat sekitar 25,71 persen yoy menjadi USD4,1–4,4 miliar.

Dari sisi fundamental, ROA 26,2 persen dan ROE 39,87 persen menunjukkan bahwa BYAN masih mampu menghasilkan keuntungan yang solid dibandingkan modal yang dimilikinya. Selain itu, rasio utang yang relatif rendah (DER 0,52) menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki ruang ekspansi tanpa beban utang berlebih.

Namun, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

  1. Fluktuasi Harga Batu Bara – Harga batu bara sangat bergantung pada permintaan global, kebijakan energi bersih, serta regulasi pemerintah.
  2. Kenaikan Beban Operasional – Jika biaya produksi terus meningkat lebih cepat daripada kenaikan harga jual, maka margin keuntungan bisa tertekan lebih lanjut.
  3. Valuasi yang Sudah Tinggi – Saham BYAN sudah diperdagangkan dengan valuasi premium, sehingga kenaikan lebih lanjut akan bergantung pada realisasi pertumbuhan laba di masa depan.

Secara keseluruhan, rekomendasi jangka panjang cenderung positif, terutama bagi investor yang memiliki horizon investasi 3-5 tahun dan mampu menahan volatilitas. Namun, bagi investor yang mencari valuasi lebih menarik, mungkin bisa menunggu koreksi harga sebelum masuk lebih dalam.(*)