KABARBURSA.COM – PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mencatatkan lonjakan laba bersih signifikan pada 2024, mencapai Rp3 triliun atau meningkat 225 persen secara tahunan (yoy). Hasil ini melampaui ekspektasi pasar, setara dengan 111 persen dan 108 persen dari estimasi tahun 2024 Stockbit Sekuritas dan konsensus.
Pada kuartal keempat 2024, laba bersih JPFA mencapai Rp923 miliar, meningkat 50 persen secara kuartalan (qoq) dan berhasil membalikkan kondisi rugi pada kuartal IV 2023. Investment Analyst Stockbit, Reynaldo Mulya, mengatakan bahwa kinerja ini lebih baik dari perkiraan. "Kami menilai hasil kuartal IV 2024 sebagai kinerja yang baik, ditopang masih kuatnya segmen broiler dan DOC," ujarnya, dalam riset yang diterbitkan, Senin, 3 Maret 2025.
Segmen broiler menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan laba JPFA, mencatatkan laba usaha sebesar Rp916 miliar pada kuartal IV 2024. Angka ini merupakan laba usaha kuartalan tertinggi sepanjang sejarah segmen tersebut, setelah sebelumnya mengalami kerugian pada kuartal III 2024 dan kuartal IV 2023. Dengan hasil ini, laba usaha segmen broiler selama tahun 2024 mencapai Rp1,6 triliun, berbalik untung setelah mengalami kerugian sejak 2019 hingga 2023.
Menurut Reynaldo Mulya, kenaikan harga broiler menjadi salah satu faktor utama di balik pemulihan segmen ini. “Harga rata-rata broiler pada kuartal IV 2024 meningkat menjadi Rp20.200 per kg, naik 10 persen baik secara qoq maupun yoy. Kenaikan harga ini membantu meningkatkan profitabilitas dan mendorong pemulihan segmen broiler,” jelasnya.
Sementara itu, segmen DOC mencatatkan penurunan laba usaha menjadi Rp305 miliar (19 persen qoq), meskipun harga rata-rata DOC meningkat 14 persen qoq menjadi Rp6.144 per ekor. Secara keseluruhan, laba usaha segmen DOC tumbuh signifikan sebesar 482 persen yoy selama 2024, mencapai Rp1,4 triliun.
Berbeda dengan broiler dan DOC, segmen feed mengalami tekanan. Laba usaha segmen ini turun menjadi Rp300 miliar pada kuartal IV 2024, atau turun 54 persen qoq dan 52 persen yoy. Penyebab utama penurunan ini adalah melemahnya margin segmen feed ke level 3,7 persen pada kuartal IV 2024, lebih rendah dibandingkan 7,9 persen pada kuartal III 2024 dan 7,1 persen pada kuartal IV 2023.
Naiknya harga rata-rata jagung sebesar 5 persen qoq menjadi Rp4.762 per kg menjadi salah satu faktor utama yang membebani profitabilitas segmen feed. “Meski harga bungkil kedelai relatif stabil, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS sebesar 2 persen qoq ke level Rp15.873 turut meningkatkan biaya bahan baku yang harus dikeluarkan perseroan,” kata Reynaldo.
Meski mengalami penurunan laba usaha 13 persen yoy selama 2024, segmen feed tetap menjadi penyumbang terbesar dengan total laba usaha Rp2,4 triliun.
Dengan hasil yang melampaui ekspektasi, kinerja JPFA sepanjang 2024 menunjukkan pemulihan yang kuat, terutama dari segmen broiler dan DOC yang berhasil mencatatkan pertumbuhan signifikan. Pasar kini menantikan strategi perseroan untuk menjaga momentum positif ini dalam menghadapi tantangan harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar.
Performa Harga Saham JPFA
Harga saham JPFA mencatatkan lonjakan signifikan pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025, naik 7,24 persen atau 135 poin ke level Rp2.000 per lembar saham. Kenaikan ini terjadi setelah perusahaan merilis laporan keuangan tahun 2024 yang menunjukkan pertumbuhan laba bersih sebesar 225 persen yoy.
Pada perdagangan hari ini, saham JPFA dibuka di level Rp1.940 dan sempat menyentuh level tertinggi Rp2.020 sebelum akhirnya ditutup di Rp2.000. Volume transaksi mencapai 41,05 juta lembar saham, jauh di atas rata-rata volume harian sebesar 18,34 juta lembar saham. Total nilai transaksi tercatat sebesar Rp81,4 miliar.
Analis menilai kenaikan harga saham JPFA didorong oleh optimisme investor terhadap kinerja keuangan perusahaan. Investment Analyst Stockbit, Reynaldo Mulya, menyebutkan bahwa pemulihan segmen broiler dan DOC menjadi katalis utama bagi pertumbuhan laba perseroan. "Kami melihat lonjakan laba bersih JPFA yang mencapai Rp3 triliun pada FY24 memberikan keyakinan bagi investor bahwa perusahaan telah melewati periode sulit dan kembali mencatatkan kinerja yang solid," ujarnya.
Dengan kenaikan ini, saham JPFA kini bergerak mendekati level tertinggi hariannya di Rp2.020. Jika tren positif ini berlanjut, saham JPFA berpotensi menguji level resistance di Rp2.330, yang merupakan batas atas kenaikan harga harian (auto rejection atas/ARA). Sebaliknya, jika mengalami koreksi, level support terdekat berada di Rp1.930.
Investor kini menantikan langkah strategis JPFA dalam mempertahankan momentum pertumbuhan, khususnya dalam menghadapi tantangan harga bahan baku dan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Harga Broiler dan DOC Berfluktuasi
Harga rata-rata ayam broiler di pasar domestik mengalami sedikit penurunan pada 6-7 Februari 2025, tercatat di Rp18.419 per kilogram. Sementara itu, harga Day Old Chick (DOC) juga turun menjadi Rp6.750 per ekor. Meskipun harga DOC mengalami koreksi dalam beberapa hari terakhir, rata-rata sejak awal tahun justru mengalami kenaikan dibanding periode sebelumnya, dari Rp5.986 per ekor.
Analis dari Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan bahwa meskipun harga broiler saat ini sedikit melemah, ada potensi kenaikan menjelang bulan Ramadan, mengingat permintaan biasanya meningkat pada periode tersebut. "Kondisi pasar menunjukkan adanya peluang pergerakan harga yang lebih baik dalam beberapa pekan ke depan," ujar analis tersebut.
Di sisi bahan baku, harga jagung lokal mengalami peningkatan menjadi Rp4.707 per kilogram, naik 2,6 persen sejak awal tahun. Sementara itu, harga Soybean Meal (SBM) juga naik tipis 1 persen dalam seminggu terakhir menjadi USD307 per ton, yang mendekati rata-rata sejak awal tahun di USD305 per ton. Peningkatan panen kedelai di Brasil, yang diperkirakan mencapai 24,5 juta ton atau naik 8,2 persen dibanding tahun sebelumnya, menjadi salah satu faktor utama yang menekan harga SBM secara global.
Dengan kondisi ini, ada potensi kenaikan harga produk turunan kedelai yang dapat membantu meningkatkan margin keuntungan perusahaan-perusahaan peternakan ayam. Namun, para pelaku industri juga tetap mencermati pergerakan harga bahan baku agar tidak berdampak negatif pada biaya produksi.
Di tengah prospek positif pasar ayam broiler dan DOC, ada kekhawatiran terkait potensi penyebaran flu burung di wilayah Indonesia yang bisa berdampak negatif terhadap industri ini. Jika wabah ini meluas, maka permintaan dan harga ayam dapat terdampak signifikan.
Untuk saat ini, emiten seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) dianggap memiliki valuasi yang menarik, didukung oleh kebijakan pengurangan populasi ayam secara sukarela. Selain itu, regulasi pemerintah yang lebih menguntungkan, seperti program pakan gratis dan pelonggaran kuota impor Grand Parent Stock (GPS) dibanding tahun sebelumnya, turut memberikan sentimen positif bagi industri perunggasan di Indonesia. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.