KABARBURSA.COM - Di tengah tantangan tekanan ekonomi global yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik, serta tantangan likuiditas bagi industri perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan kinerja keuangan yang stabil dengan fundamental yang solid.
Resiliensi kinerja BRI tersebut didorong oleh seluruh layanan operasional perbankan yang berjalan dengan lancar dan aman, sehingga nasabah mendapatkan akses layanan optimal terhadap berbagai produk dan layanan transaksi perbankan BRI. Kinerja positif BRI juga didukung oleh penerapan tata kelola yang baik atau Good Corporate Governance (GCG). Hal tersebut disampaikan oleh Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi.
Hendy menambahkan bahwa BRI seperti layaknya bank swasta, juga turut serta dalam program penjaminan simpanan yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). “Di samping itu, BRI juga menjadi bank yang terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Indonesia. Partisipasi dan tata Kelola tersebut memberikan jaminan kepada nasabah bahwa dana mereka dijamin keamanannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku”, jelasnya dalam keterangannya di Jakarta, Senin 3 Maret 2025.
Seperti diketahui pada 12 Februari 2025 lalu BRI telah mengumumkan capaian kinerja keuangannya. Dimana sepanjang tahun 2024 BRI berhasil mencetak laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp60,64 triliun.
Sementara itu, total aset BRI hingga akhir Desember 2024 mencapai Rp1.992,98 triliun atau tumbuh 1,42 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan ini didorong penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas dengan tetap berfokus pada UMKM.
Dari sisi penyaluran kredit, BRI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp1.354,64 triliun atau tumbuh 6,97 persen yoy dan seluruh segmen pinjaman tercatat tumbuh positif. Penyaluran kredit BRI tersebut didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 81,97 persen dibandingkan dengan total kredit BRI, atau dengan nominal sebesar Rp1.110,37 triliun.
Pertumbuhan penyaluran kredit tersebut juga diikuti dengan perbaikan kualitas kredit. Hal ini ditunjukkan dengan membaiknya rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dari semula 2,95 persen pada akhir Desember 2023 membaik menjadi 2,78 persen pada akhir Desember 2024. Di samping itu, BRI juga mempersiapkan pencadangan yang mencukupi dengan NPL Coverage sebesar 215,01 persen.
Dari sisi simpanan atau Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI berhasil menghimpun simpanan sebesar Rp1.365,45 triliun. Dana murah (CASA) mendominasi penghimpunan simpanan BRI dengan proporsi mencapai 67,30% atau setara dengan Rp918,98 triliun.
Capaian kinerja positif BRI tersebut juga didukung kondisi likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Dimana rasio Loan Deposit Ratio (LDR) BRI berada di level 88,85 persen dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,63 persen.
Hendy mengungkapkan bahwa capaian tersebut menjadi bukti nyata bahwa dengan tata kelola dan fundamental bisnis yang kuat, BRI mampu mencatatkan kinerja yang stabil ditengah dinamika tantangan ekonomi global. “Kinerja positif BRI tersebut juga mampu menjadi salah satu penentu terjaganya stabilitas industri perbankan yang berdampak positif bagi perekonomian nasional”, ungkapnya.
Laba Konsolidasi Terbesar
Empat bank berkapitalisasi jumbo telah melaporkan kinerjanya sepanjang 2024. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menempati posisi pertama sebagai bank dengan laba konsolidasi terbesar di 2024, yang mencapai 60,1 triliun rupiah.
Petrosea mencetak rekor nilai perolehan kontrak tertinggi dalam kurun waktu lima dekade terakhir. Hashim Joyohadikusumo kembali borong saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk. Sementara itu, RUPS BBCA mendatang akan menetapkan Gregory Hendra Lembong sebagai presiden direktur BCA, menggantikan Yahya Setiaatmaja.
Indeks harga konsumen inti Amerika untuk periode Januari 2025 naik 3,3 persen, jauh di atas ekspektasi, yang ikut terangkat oleh meningkatnya harga hunian sebesar 4,4 persen year on year.
Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 32,21 poin, atau turun 0,48 persen, ke 6.613,56 pada akhir perdagangan hari ini, 13 Februari 2025. Emiten Prayogo Pangestu, BREN, dan CUAN lanjut terkoreksi, sementara Petrosea berhasil rebound.
PT Freeport Indonesia telah memulai pengiriman perdana emas batangan dengan kadar kemurnian 99,99 persen sebanyak 125 kilogram ke PT Aneka Tambang. Penjualan perdana emas batangan ini merupakan tindak lanjut dari komitmen sinergi emas antar anggota holding BUMN sektor pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID.
OJK memproyeksikan kredit perbankan tumbuh sebesar 9 hingga 11 persen pada 2025. Optimisme tersebut didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga.
Komisaris Utama Asuransi Sinarmas, Indra Wijaya, kembali mangkir dari panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi terkait penyelidikan kasus dugaan korupsi kegiatan investasi PT Taspen (Persero) tahun anggaran 2019.
Ketahanan Dan Pertumbuhan
Ketidakpastian ekonomi global masih menjadi tantangan besar bagi sektor perbankan. Fluktuasi pasar, isu geopolitik, dan dinamika domestik menuntut respons strategis yang fleksibel dan terukur. Di tengah kondisi tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) terus menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Direktur Utama BRI Sunarso, mengatakan bahwa perseroan tetap berkomitmen untuk mendukung perekonomian nasional, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan eksternal. Dengan prinsip kehati-hatian, BRI menerapkan strategi “wait and see” untuk merespons dinamika pasar, sembari menyiapkan langkah-langkah mitigasi risiko.
“Jika tantangannya tidak lebih buruk dari sekarang, kita masih bisa bertahan. Namun, jika tantangannya memburuk, kita harus punya plan B. Apa yang harus kita perketat, mana yang harus kita jaga, kita sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi kondisi yang lebih buruk,” ujar Sunarso dalam siaran persnya, Rabu, 19 Februari 2025.
Lebih lanjut, Sunarso mengibaratkan strategi BRI seperti pertandingan sepak bola. Dalam situasi normal, BRI bisa menang 3-0. Artinya likuiditas, kualitas, dan profitabilitas berada dalam kondisi optimal.
Namun, dalam situasi penuh ketidakpastian, kemenangan 2-1 sudah cukup, dengan fokus utama menjaga likuiditas dan kualitas kredit agar tetap stabil.
“Meskipun profitabilitas bisa sedikit menurun, yang penting adalah kita tetap bertahan,” tambahnya.
Untuk memastikan keberlanjutan operasional, Sunarso menekankan pentingnya kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR). Saat ini, CAR BRI tercatat lebih dari 26 persen, jauh di atas standar Basel III, sementara kebutuhan CAR untuk meng-cover risiko hanya sekitar 17,5 persen.
“Dengan CAR 26 persen, itu berarti kami memiliki ruang lebih dari 7 persen untuk penggunaan modal. Ini menunjukkan bahwa selama lima tahun ke depan, berapa pun laba yang dihasilkan, BRI tidak perlu menahan laba untuk memperkuat modal dan berapapun laba BRI memang harus dibagi,” jelasnya.(info-bks/*)