KABARBURSA.COM - Momen Ramadan 2025 dinilai belum bisa mendongkrak performa Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang kini tengah mengalami tekanan.
Diketahui, pada pekan lalu Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan jika IHSG mengalami penurunan sebesar 7,83 persen ke level 6.270,597 dari 6.803,001 pada pekan sebelumnya.
Founder WH-Project, William Hartanto mengatakan secara historis, bulan Ramadan tidak memiliki efek siginifikan terhadap pergerakan IHSG. Menurutnya, kondisi tersebut terjadi lantaran hanya ada beberapa emiten yang terkena dampak positif pada momen bulan Ramadan.
"Misalnya consumer goods, jalan tol atau transportasi, karena nanti setelah selesai ramadhan pas libur lebaran banyak aksi mudik. Tapi sektor-sektor tersebut perannya terhadap IHSG itu tidak signifikan," ujar dia dalam acara diskusi Bursa Pagi-pagi, Senin, Maret 2025.
William juga menuturkan IHSG saat ini masih dikelilingi banyak sentimen negatif, di antaranya ialah kejadian PHK masal hingga kasus korupsi yang baru-baru ini terjadi.
Dia menyatakan dua kejadian tersebut bisa membuat respons negatif investor asing terhadap kondisi perekonomian di tanah asing. Hal ini pun bisa mempengaruhi performa IHSG.
"Dalam jangka pendek khususnya pada investor asing, responnya pasti negatif. Karena menganggap negara ini banyak sekali masalah, itulah yang memicu net sell yang terjadi sejak awal tahun sampai sekarang," jelasnya.
Walaupun begitu, William memproyeksikan IHSG akan bergerak mixed dengan potensi rebound pada hari ini hingga besok. Dia menjelaskan IHSG beroptensi rebound dikarenakan saat ini sudah ada fase jenuh jual.
"Jadi teknikal rebound akan selalu terjadi setiap dalam trend melemah, itu selalu ada momentum reboundnya," pungkas dia.
IHSG Pekan Ini Diproyeksikan Melemah
Founder Stocknow.id Hendra Wardana memperkirakan untuk pekan ini IHSG masih berpotensi mengalami pergerakan sideways dengan kecenderungan melemah akibat aksi panic selling. Dia memprediksi indeks akan bergerak dalam tren pelemahan dengan level resistance di 6.400 dan support di 6.162.
"Pasar masih membutuhkan katalis positif yang kuat untuk membalikkan tren ini, baik dari stimulus domestik maupun sentimen global yang lebih kondusif," kata dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, dikutip, Sabtu, 1 Maret 2025.
Namun menurutnya, tekanan jual diprediksi mulai mereda di pertengahan pekan seiring dengan rilis data ekonomi penting seperti inflasi Indonesia (diproyeksi turun dari 0,76 persen pada Januari menjadi 0,5 persen di Februari 2025) dan PMI Manufaktur (diperkirakan meningkat dari 51,9 ke 52,3).
Di sisi lain rebalancing MSCI (Morgan Stanley Capital International) yang kini masih berlangsung bisa memberikan tekanan terhadap IHSG, terutama terhadap sektor perbankan yang dalam sesi terakhir melemah hingga 2,77 persen.
Selain faktor domestik, Hendra menjelaskan kebijakan ekonomi global juga menjadi perhatian utama. Sebab, sambungnya, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump baru saja mengumumkan pengenaan tarif impor baru terhadap Kanada, Meksiko, dan China yang akan berlaku mulai 4 Maret 2025.
"Tarif untuk produk China naik menjadi 20 persen, yang berpotensi mengganggu arus perdagangan global dan meningkatkan inflasi di AS," tutur dia.
Dalam kondisi tersebut, Hendra melihat The Fed berpotensi akan menunda pemangkasan suku bunga. Hal ini dinilai dapat memicu penguatan dolar AS dan menekan nilai tukar rupiah.
Jika skenario itu terjadi, dia berharap Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga untuk menstabilkan rupiah, yang dapat semakin membebani sektor riil dan pasar saham domestik.
Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, investor pun disarankan untuk tetap berhati-hati dan mempertahankan posisi cash lebih besar dengan melihat sejumlah saham yang dirasa menarik.
"Beberapa saham yang masih menarik untuk dipantau mencakup PSAB dengan target harga Rp280 dan EMTK dengan target harga Rp580," ujarnya.
Adapun IHSG dibuka menguat pada perdagangan hari ini, naik 99,49 poin atau 1,59 persen ke level 6.370,08 pada Senin, 3 Maret 2025.
Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.373,69 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.269,53. Total volume transaksi mencapai 4,51 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp438,24 miliar dari 22.780 transaksi.
Dibuka Level Terkoreksi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, naik 99,49 poin atau 1,59 persen ke level 6.370,08 pada Senin, 3 Maret 2025.
Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.373,69 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.269,53. Total volume transaksi mencapai 4,51 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp438,24 miliar dari 22.780 transaksi.
Pada perdagangan hari ini, sejumlah saham mencatatkan kenaikan signifikan, dengan saham Humpuss Intermoda Transportasi Tbk atau dalam kode saham HITS yang bergerak di sektor transportasi dan logistik memimpin daftar top gainers setelah melonjak 20,33 persen ke level Rp438 per saham.
Di posisi kedua, saham Jaya Agra Wattie Tbk atau dalam kode saham JAWA yang bergerak di sektor barang konsumsi non-siklikal, khususnya perkebunan dan agribisnis, melesat 14,71 persen ke level Rp117 per saham.
Sementara itu, saham Fortune Mate Indonesia Tbk atau dalam kode saham FMII yang beroperasi di sektor properti dan real estat juga mencatatkan penguatan tajam, naik 13,44 persen ke level Rp422 per saham.
Saham Sigma Energy Compressindo Tbk atau dalam kode saham SICO yang bergerak di sektor energi turut mengalami kenaikan kuat, menguat 12,36 persen ke level Rp100 per saham.
Terakhir, saham Salim Ivomas Pratama Tbk atau dalam kode saham SIMP yang beroperasi di sektor barang konsumsi non-siklikal, khususnya industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, juga mencatatkan kenaikan signifikan, naik 11,80 persen ke level Rp398 per saham.(*)