KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, naik 99,49 poin atau 1,59 persen ke level 6.370,08 pada Senin, 3 Maret 2025.
Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.373,69 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.269,53. Total volume transaksi mencapai 4,51 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp438,24 miliar dari 22.780 transaksi.
Pada perdagangan hari ini, sejumlah saham mencatatkan kenaikan signifikan, dengan saham Humpuss Intermoda Transportasi Tbk atau dalam kode saham HITS yang bergerak di sektor transportasi dan logistik memimpin daftar top gainers setelah melonjak 20,33 persen ke level Rp438 per saham.
Di posisi kedua, saham Jaya Agra Wattie Tbk atau dalam kode saham JAWA yang bergerak di sektor barang konsumsi non-siklikal, khususnya perkebunan dan agribisnis, melesat 14,71 persen ke level Rp117 per saham.
Sementara itu, saham Fortune Mate Indonesia Tbk atau dalam kode saham FMII yang beroperasi di sektor properti dan real estat juga mencatatkan penguatan tajam, naik 13,44 persen ke level Rp422 per saham.
Saham Sigma Energy Compressindo Tbk atau dalam kode saham SICO yang bergerak di sektor energi turut mengalami kenaikan kuat, menguat 12,36 persen ke level Rp100 per saham.
Terakhir, saham Salim Ivomas Pratama Tbk atau dalam kode saham SIMP yang beroperasi di sektor barang konsumsi non-siklikal, khususnya industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, juga mencatatkan kenaikan signifikan, naik 11,80 persen ke level Rp398 per saham.
Saham yang Terkoreksi
Di sisi lain, sejumlah saham mengalami pelemahan di tengah tekanan rendahnya IHSG ini. Saham Homeco Victoria Makmur Tbk atau dalam kode saham LIVE yang bergerak di sektor barang konsumsi non-siklikal, khususnya industri rumah tangga dan perabotan, memimpin daftar top losers setelah merosot 18,18 persen ke level Rp270 per saham.
Di posisi kedua, saham Jayamas Medica Industri Tbk atau dalam kode saham OMED yang beroperasi di sektor kesehatan, melemah 12,80 persen ke level Rp143 per saham.
Sementara itu, saham Menn Teknologi Indonesia Tbk atau dalam kode saham MENN yang bergerak di sektor teknologi juga mencatatkan pelemahan cukup dalam, turun 9,76 persen ke level Rp37 per saham.
Saham Hassana Boga Sejahtera Tbk atau dalam kode saham NAYZ yang beroperasi di sektor barang konsumsi non-siklikal, khususnya industri makanan dan minuman, turut mengalami tekanan jual, turun 9,46 persen ke level Rp67 per saham.
Terakhir, saham Kabelindo Murni Tbk atau dalam kode saham KBLM yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia, khususnya manufaktur kabel, terkoreksi 9,29 persen ke level Rp254 per saham.
Penguatan IHSG pada hari ini ditopang oleh sektor keuangan yang naik 1,55 persen, sektor energi yang menguat 1,21 persen, serta sektor infrastruktur yang mencatatkan kenaikan 1,33 persen. Di sisi lain, sektor industri menjadi satu-satunya yang mengalami pelemahan tipis sebesar 0,04 persen.
IHSG Diproyeksikan Melemah
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih akan mengalami pelemahan pada pekan depan awal Maret 2025.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana memperkirakan untuk pekan depan IHSG masih berpotensi mengalami pergerakan sideways dengan kecenderungan melemah akibat aksi panic selling. Dia memprediksi indeks akan bergerak dalam tren pelemahan dengan level resistance di 6.400 dan support di 6.162.
"Pasar masih membutuhkan katalis positif yang kuat untuk membalikkan tren ini, baik dari stimulus domestik maupun sentimen global yang lebih kondusif," kata dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, dikutip, Sabtu, 1 Maret 2025.
Namun menurutnya, tekanan jual diprediksi mulai mereda di pertengahan pekan seiring dengan rilis data ekonomi penting seperti inflasi Indonesia (diproyeksi turun dari 0,76 persen pada Januari menjadi 0,5 persen di Februari 2025) dan PMI Manufaktur (diperkirakan meningkat dari 51,9 ke 52,3).
Di sisi lain rebalancing MSCI (Morgan Stanley Capital International) yang kini masih berlangsung bisa memberikan tekanan terhadap IHSG, terutama terhadap sektor perbankan yang dalam sesi terakhir melemah hingga 2,77 persen.
Selain faktor domestik, Hendra menjelaskan kebijakan ekonomi global juga menjadi perhatian utama. Sebab, sambungnya, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump baru saja mengumumkan pengenaan tarif impor baru terhadap Kanada, Meksiko, dan China yang akan berlaku mulai 4 Maret 2025.
"Tarif untuk produk China naik menjadi 20 persen, yang berpotensi mengganggu arus perdagangan global dan meningkatkan inflasi di AS," tutur dia.
Dalam kondisi tersebut, Hendra melihat The Fed berpotensi akan menunda pemangkasan suku bunga. Hal ini dinilai dapat memicu penguatan dolar AS dan menekan nilai tukar rupiah.
Jika skenario itu terjadi, dia berharap Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga untuk menstabilkan rupiah, yang dapat semakin membebani sektor riil dan pasar saham domestik.
Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, investor pun disarankan untuk tetap berhati-hati dan mempertahankan posisi cash lebih besar dengan melihat sejumlah saham yang dirasa menarik.
"Beberapa saham yang masih menarik untuk dipantau mencakup PSAB dengan target harga Rp280 dan EMTK dengan target harga Rp580," ujarnya. (*)