KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan terkoreksi pada perdagangan awal pekan ini, Senin, 3 Maret 2025. Beberapa saham yang direkomendasikan oleh analis untuk perdagangan pagi ini adalah BRIS, DSNG, ESSA, dan BRMS.
Analis MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG terkoreksi agresif sebesar sebesar 3,31 persen ke level 6.270 disertai tekanan jual.
“Koreksi dari IHSG pun sudah mencapai target koreksi yang kami berikan di area 6,269. Apabila IHSG kembali menembus 6,203 sebagai area support berikutnya, maka arah koreksi IHSG akan mengarah ke 6,122-6,184,” kata Tim Analis MNC Sekuritas, Senin, 3 Maret 2025.
MNC Sekuritas mengungkapkan, level support pada perdagangan pagi ini adalah 6,203 , 6,086. Sedangkan untuk resistance berada di level 6,500 , 7,639.
Adapun beberapa saham yang direkomendasikan oleh tim MNC sekuritas pada perdagangan pagi ini, antara lain: BRIS, DSNG, ESSA, dan BRMS.
BRIS - Spec Buy
BRIS terkoreksi 4,94 persen ke 2,500 dan masih didominasi oleh tekanan jual. Analis memperkirakan, posisi BRIS sedang berada pada bagian dari wave iv dari wave (iii), sehingga penguatannya akan relatif terbatas.
DSNG - Spec Buy
DSNG terkoreksi 6,67 persen ke 910 dan masih didominasi oleh tekanan jual. Analis memperkirakan, posisi DSNG masih berada pada bagian dari wave [b] dari wave 4, sehingga koreksinya diperkirakan akan relatif terbatas.
ESSA - Buy on Weakness
ESSA bergerak flat ke 730 disertai dengan tingginya volume pembelian. Selama masih mampu berada di atas 670 sebagai stoplossnya, maka posisi ESSA diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave (iv) dari wave [i].
BRMS - Sell on Strength
BRMS terkoreksi 7,81 persen ke 354 dan masih didominasi oleh tekanan jual. Analis memperkirakan, posisi BRMS sedang berada pada bagian dari wave [c] dari wave 2, sehingga BRMS masih rawan terkoreksi untuk menguji 272-310.
IHSG Diramalkan Masih Lemah
Sebelumnya, IHSG diproyeksikan masih akan mengalami pelemahan pada pekan depan awal Maret 2025.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana memperkirakan untuk pekan depan IHSG masih berpotensi mengalami pergerakan sideways dengan kecenderungan melemah akibat aksi panic selling. Dia memprediksi indeks akan bergerak dalam tren pelemahan dengan level resistance di 6.400 dan support di 6.162.
"Pasar masih membutuhkan katalis positif yang kuat untuk membalikkan tren ini, baik dari stimulus domestik maupun sentimen global yang lebih kondusif," kata dia dalam risetnya kepada kabarbursa.com dikutip, Sabtu, 1 Maret 2025.
Namun menurutnya, tekanan jual diprediksi mulai mereda di pertengahan pekan seiring dengan rilis data ekonomi penting seperti inflasi Indonesia (diproyeksi turun dari 0,76 persen pada Januari menjadi 0,5 persen di Februari 2025) dan PMI Manufaktur (diperkirakan meningkat dari 51,9 ke 52,3).
Di sisi lain rebalancing MSCI (Morgan Stanley Capital International) yang kini masih berlangsung bisa memberikan tekanan terhadap IHSG, terutama terhadap sektor perbankan yang dalam sesi terakhir melemah hingga 2,77 persen.
Selain faktor domestik, Hendra menjelaskan kebijakan ekonomi global juga menjadi perhatian utama. Sebab, sambungnya, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump baru saja mengumumkan pengenaan tarif impor baru terhadap Kanada, Meksiko, dan China yang akan berlaku mulai 4 Maret 2025.
"Tarif untuk produk China naik menjadi 20 persen, yang berpotensi mengganggu arus perdagangan global dan meningkatkan inflasi di AS," tutur dia.
Dalam kondisi tersebut, Hendra melihat The Fed berpotensi akan menunda pemangkasan suku bunga. Hal ini dinilai dapat memicu penguatan dolar AS dan menekan nilai tukar rupiah.
Jika skenario itu terjadi, dia berharap Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga untuk menstabilkan rupiah, yang dapat semakin membebani sektor riil dan pasar saham domestik.
Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, investor pun disarankan untuk tetap berhati-hati dan mempertahankan posisi cash lebih besar dengan melihat sejumlah saham yang dirasa menarik.
"Beberapa saham yang masih menarik untuk dipantau mencakup PSAB dengan target harga Rp280 dan EMTK dengan target harga Rp580," ujarnya.
IHSG Longsor Hingga 7,83 Persen Selama Sepekan Terakhir
Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan sejumlah data perdagangan saham selama sepekan terakhir atau pada periode 24 - 28 Februari 2025 ditutup bervariasi. Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, mengatakan peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa pekan ini.
"Yaitu sebesar 21,62 persen menjadi 22,36 miliar lembar saham dari 18,38 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2025.
Kautsar mengatakan peningkatan turut dialami oleh rata-rata nilai transaksi harian bursa yang mencapai 16,19 persen sehingga menjadi Rp13,69 triliun dari Rp11,78 triliun pada pekan sebelumnya.
Namun, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa pekan ini mengalami penurunan sebesar 4,52 persen, menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,23 juta kali transaksi pada pekan lalu.
"Kapitalisasi pasar bursa pekan ini mengalami perubahan sebesar 7,68 persen menjadi Rp10.880 dari Rp11.786 triliun pada sepekan sebelumnya," katanya.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pekan ini mengalami penurunan hingga sebesar 7,83 persen ke level 6.270,597 dari 6.803,001 pada pekan lalu.
"Investor asing hari ini (kemarin) mencatatkan nilai jual bersih Rp2,91triliun dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp21,90 triliun," pungkasnya. (*)