KABARBURSA.COM - Rebalancing indeks MSCI akan efektif berlangsung pada Senin, 3 Maret 2025. Sejumlah saham seperti BBCA, BMRI, dan TLKM menarik untuk diperhatikan.
Pada 11 Februari 2025, MSCI mengumumkan hasil rebalancing indeksnya. Perubahan ini mencerminkan upaya MSCI untuk menjaga relevansi indeks dengan kondisi pasar terkini.
Dalam rebalancing tersebut, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) bersama PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) ditambahkan ke dalam MSCI Small Cap Indexes.
Sementara, konstituen MSCI Global Standard Indexes saat ini mencakup perusahaan-perusahaan besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).
Selain itu, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga termasuk dalam indeks ini.
Performa indeks MSCI Indonesia menunjukkan penurunan sebesar 12,8 persen year-to-date (YTD) dan 24,8 persen dalam satu tahun terakhir. Penurunan ini juga tercermin pada pergerakan harga saham-saham utama seperti BBCA yang turun 11,89 persen YTD, BBRI turun 17,16 persen, BMRI turun 18,95 persen, TLKM turun 12,92 persen, dan ASII turun 8,57 persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan ini antara lain pelemahan tren earnings per share (EPS) khususnya di sektor semen dan konsumer (otomotif dan barang konsumsi cepat saji), penurunan return on equity (ROE) 12 bulan ke depan pada MSCI Indonesia, serta pergeseran alokasi investasi ke MSCI China.
Rekomendasi Saham
Dalam situasi pasar yang menantang ini, investor disarankan untuk tetap konservatif dengan fokus pada saham-saham blue chip yang sedang terdiskon dan memiliki prospek jangka panjang. Saham dengan riwayat dividen konsisten juga menjadi pilihan menarik.
Rekomendasi beli diberikan untuk BBCA dengan target harga Rp10.400 per saham, TLKM Rp2.830 per saham, dan BMRI Rp5.800 per saham.
Perubahan susunan indeks ini akan dievaluasi kembali dan diumumkan pada 13 Mei 2025, dengan efektif berlaku pada 2 Juni 2025. Investor perlu memantau perkembangan ini untuk menyesuaikan strategi investasi mereka sesuai dengan dinamika pasar.
Performa BBCA, BMRI, dan TLKM
Berdasarkan analisis teknikal saham BBCA, tren saat ini cenderung Bearish. Hal ini didukung oleh beberapa indikator, seperti RSI yang berada di level 32, menunjukkan bahwa saham mendekati kondisi oversold, dan MACD yang berada di bawah garis sinyal, mengindikasikan momentum penurunan.
Harga saat ini juga berada di bawah MA10, MA50, dan MA200, menunjukkan tren jangka pendek, menengah, dan panjang yang lemah. Selain itu, Stochastic Oscillator yang berada di level 13 juga mengindikasikan bahwa saham berada dalam kondisi oversold.
Harga mendekati batas bawah Bollinger Bands, yang bisa menjadi indikasi potensi pembalikan jika ada peningkatan volume yang signifikan. Namun, volume perdagangan hari ini tidak menunjukkan adanya tekanan beli yang kuat.
Tidak ada indikasi breakout atau breakdown signifikan dari level support atau resistance saat ini. Untuk target support selanjutnya, harga bisa menguji level 8500, sementara resistance terdekat berada di sekitar 8800.
Investor disarankan untuk berhati-hati dan menunggu konfirmasi pembalikan tren sebelum mengambil keputusan beli.
Hal yang sama tampak pada pergerakan saham BMRI. Berdasarkan analisis indikator teknikal, tren saham BMRI saat ini cenderung Bearish. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa faktor, seperti harga yang berada di bawah MA10, MA50, dan MA200, yang mengindikasikan tren penurunan jangka pendek hingga panjang.
RSI yang berada di level 38 menunjukkan bahwa saham mendekati wilayah oversold, namun belum ada tanda pembalikan tren. MACD yang berada di bawah garis sinyal juga mengonfirmasi momentum bearish.
Stochastic Oscillator yang sangat rendah di angka 7 menunjukkan bahwa saham berada dalam kondisi oversold, namun belum ada sinyal pembalikan yang kuat. Volume perdagangan yang tinggi dengan penurunan harga mengindikasikan tekanan jual yang kuat.
Saat ini, harga mendekati batas bawah Bollinger Bands, yang bisa menjadi area support sementara. Namun, jika terjadi breakdown, support selanjutnya bisa berada di sekitar level 4500. Untuk resistance, jika terjadi pembalikan, target resistance terdekat adalah sekitar level 4800.
Investor sebaiknya berhati-hati dan menunggu konfirmasi pembalikan tren sebelum mengambil keputusan beli.
Pergerakan saham TLKM pun cenderung Bearish. Harga penutupan terbaru berada di bawah rata-rata pergerakan 10 hari (MA10) dan 50 hari (MA50), menunjukkan tekanan jual yang lebih kuat.
Selain itu, MACD yang berada di bawah garis sinyal mengindikasikan momentum penurunan yang berlanjut. RSI berada di level 46, yang mendekati area oversold, namun belum menunjukkan pembalikan arah yang jelas.
Harga saat ini juga mendekati batas bawah Bollinger Bands, yang bisa menjadi indikasi potensi pembalikan atau penurunan lebih lanjut jika terjadi breakdown. Volume perdagangan yang cukup tinggi menunjukkan bahwa pergerakan harga ini didukung oleh aktivitas pasar yang signifikan.
Jika harga menembus batas bawah Bollinger Bands, ini bisa menjadi sinyal breakdown dari support. Target support selanjutnya dapat berada di sekitar level 2400, sementara resistance terdekat berada di sekitar MA10 di 2582. Investor sebaiknya berhati-hati dan menunggu konfirmasi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.