KABARBURSA.COM - Meskipun kinerja keuangan PT Bank Rakyat Indonesia atau BBRI sedang berantakan, namun Perusahaan tercatat sebagai penyetor dividen terbesar kepada negara.
Diketahui, hingga November 2024, total dividen yang telah disetor BUMN mencapai Rp85,5 triliun, melampaui capaian tahun 2023 yang sebesar Rp81,2 triliun. Kenaikan ini menunjukkan keberhasilan Kementerian BUMN dalam mengelola perusahaan milik negara secara efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi negara dan masyarakat. Dengan pencapaian tersebut, target pendapatan negara dari dividen BUMN pada tahun ini telah tercapai 100 persen.
Dari total dividen yang telah disetorkan, bank-bank milik negara yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) memberikan kontribusi terbesar, mencapai lebih dari 50 persen dari keseluruhan dividen.
Di antara bank-bank tersebut, PT BBRI menjadi penyumbang dividen terbesar dengan nilai Rp25,7 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso, menegaskan bahwa sebagai BUMN, BRI memiliki kewajiban untuk menyetorkan dividen kepada negara. Menurutnya, laba yang dihasilkan bukan hanya menjadi hak pemegang saham, tetapi juga memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan nasional.
Dengan pembayaran dividen, sebagian besar laba BRI kembali ke negara dan digunakan untuk mendukung berbagai program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini menjadi bukti nyata kontribusi BRI dalam mendukung perekonomian nasional.
Keberhasilan BRI dalam memberikan dividen besar kepada negara tidak terlepas dari fundamental keuangan yang kuat. Hingga awal 2025, rasio kecukupan modal (CAR) BRI berada di level 26 persen, menunjukkan permodalan yang sangat memadai. Dengan posisi keuangan yang solid, BRI mampu terus mencetak laba besar dan menyetorkan dividen dalam jumlah signifikan setiap tahunnya.
Sejak 2014, total dividen yang telah disetorkan BRI ke kas negara telah mencapai sekitar Rp116,74 triliun. Dalam perjalanannya, jumlah dividen yang diberikan terus mengalami peningkatan, mencerminkan pertumbuhan kinerja keuangan perseroan.
Pada 2014, BRI menyetorkan dividen sebesar Rp3,60 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp4,13 triliun pada 2015 dan Rp4,36 triliun pada 2016. Tren kenaikan ini terus berlanjut, dengan dividen mencapai Rp6,00 triliun pada 2017, Rp7,47 triliun pada 2018, serta Rp9,52 triliun pada 2019. Pada 2020, setoran dividen melonjak menjadi Rp11,77 triliun, sebelum mengalami penyesuaian pada 2021 menjadi Rp6,92 triliun akibat dampak pandemi.
Namun, BRI kembali mencatat kenaikan signifikan dengan dividen sebesar Rp14,04 triliun pada 2022 dan Rp23,23 triliun pada 2023.
Konsistensi BRI dalam menyetorkan dividen yang terus meningkat mencerminkan pertumbuhan bisnis yang sehat dan komitmen untuk berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Dengan permodalan yang kuat dan strategi bisnis yang solid, BRI berpotensi terus menjadi pilar utama dalam setoran dividen BUMN ke negara di tahun-tahun mendatang.
Kinerja Keuangan BBRI
Jika melihat kinerja keuangan BBRI sepanjang awal tahun 2025 hingga Februari kemarin, memang tampak berat. Tetapi, Kinerja keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dalam lebih dari satu dekade terakhir menunjukkan pertumbuhan yang konsisten. Hal ini mencerminkan ketahanan dan daya saing bank dalam industri perbankan nasional.
Sejak 2008, BRI terus mencatat peningkatan pendapatan dan laba bersih yang signifikan, menjadikannya salah satu bank terbesar di Indonesia.
Pada 2008, BRI membukukan pendapatan sebesar Rp28,1 triliun dengan laba bersih Rp5,9 triliun. Seiring waktu, pendapatan terus meningkat, mencapai Rp35,3 triliun pada 2009 dan Rp44,6 triliun pada 2010. Pertumbuhan ini diiringi dengan peningkatan laba bersih yang mencapai Rp7,3 triliun pada 2009 dan Rp11,4 triliun pada 2010. Rasio pengembalian ekuitas (ROE) yang berada di atas 26 persen pada periode tersebut menunjukkan efisiensi tinggi dalam mengelola modal untuk menghasilkan laba.
Memasuki era 2010-an, BRI terus menunjukkan pertumbuhan yang solid. Pada 2012, pendapatan melonjak menjadi Rp49,6 triliun dengan laba bersih Rp18,6 triliun. Tahun berikutnya, pendapatan meningkat menjadi Rp59,4 triliun dan laba bersih Rp21,3 triliun, menandai ekspansi bisnis yang agresif. Pada periode ini, ROE BRI tetap berada di atas 26 persen, mencerminkan profitabilitas yang kuat.
Tren pertumbuhan terus berlanjut pada 2014 ketika pendapatan BRI mencapai Rp75,1 triliun dengan laba bersih Rp24,2 triliun. Perusahaan juga mencatat rasio pengembalian aset (ROA) sebesar 3,02 persen, menunjukkan efisiensi dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki. Pada 2015, pendapatan meningkat menjadi Rp85,4 triliun dengan laba Rp25,4 triliun, sementara ROE berada di level 22,51 persen.
Pertumbuhan bisnis semakin nyata pada 2016 hingga 2019. Pendapatan yang awalnya Rp97,2 triliun pada 2016 melonjak menjadi Rp127,1 triliun pada 2019. Laba bersih juga meningkat dari Rp26,2 triliun menjadi Rp34,4 triliun pada periode yang sama. Pada 2018 dan 2019, ROE masing-masing tercatat di angka 17,68 persen dan 16,66 persen, menunjukkan bahwa meskipun terjadi ekspansi besar-besaran, BRI tetap menjaga profitabilitas yang sehat.
Tahun 2020 menjadi tantangan tersendiri bagi industri perbankan akibat pandemi global. BRI mencatat pendapatan Rp141,9 triliun, tetapi laba bersih turun ke Rp18,6 triliun. Meski demikian, bank tetap menunjukkan ketahanan yang baik dengan rasio kecukupan modal yang kuat. Pada 2021, pendapatan meningkat menjadi Rp150,5 triliun, dan laba bersih kembali naik ke Rp30,7 triliun, menandakan pemulihan ekonomi yang mulai berjalan.
Momentum pertumbuhan semakin terasa pada 2022 dan 2023, ketika BRI mencatat lonjakan pendapatan hingga Rp160,8 triliun dan Rp188,1 triliun. Laba bersih juga terus meningkat, masing-masing sebesar Rp51,4 triliun dan Rp60,4 triliun. ROE mencapai 19,3 persen pada 2023, menunjukkan bahwa bank tetap menjaga efisiensi dalam mengelola modalnya.
Keberhasilan BRI dalam mencetak pertumbuhan keuangan yang stabil selama lebih dari satu dekade membuktikan kemampuannya dalam menghadapi tantangan ekonomi, baik domestik maupun global. Dengan fundamental yang kuat, rasio kecukupan modal yang sehat, serta strategi bisnis yang terus berkembang, BRI tetap menjadi salah satu pilar utama dalam industri perbankan Indonesia.
(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.