KABARBURSA.COM - PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) semakin menunjukkan komitmennya dalam pengembangan proyek berkelanjutan dengan dukungan pendanaan yang signifikan.
Anak usahanya, PT Chandra Daya Investasi (CDI), berhasil mendapatkan fasilitas kredit senilai Rp2 triliun dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Fasilitas ini diberikan dalam bentuk committed term loan yang akan dialokasikan untuk pengembangan aset hijau, termasuk energi terbarukan, pengelolaan air dan air limbah yang berkelanjutan, serta efisiensi energi.
Penandatanganan perjanjian kredit ini dilakukan pada 28 Februari 2025 oleh Direktur CDI Jonathan Kandinata dan Senior Vice President, Enterprise Banking Business Head Danamon Roberto Trio. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mendukung operasional CDI secara menyeluruh sekaligus memperkuat modal kerja perusahaan dalam menjalankan proyek-proyek strategisnya.
Chief Financial Officer Chandra Asri Group Andre Khor, dalam keterangan resminya Jumat, 28 Februari 2025, mengungkapkan bahwa dukungan dari Bank Danamon memberikan keleluasaan bagi perseroan untuk terus melanjutkan transformasi bisnis yang lebih ramah lingkungan. Pembiayaan ini tidak hanya fleksibel tetapi juga kompetitif, membuka peluang bagi Chandra Asri untuk memperluas cakupan investasinya di sektor infrastruktur yang berkelanjutan.
Langkah strategis ini merupakan bagian dari diversifikasi bisnis yang tengah dijalankan oleh Chandra Asri Group. Melalui CDI, perusahaan memperkuat ketahanan bisnis dengan masuk ke sektor infrastruktur, yang meliputi pembangkit listrik dan distribusi energi, pengolahan air, pengelolaan tangki dan dermaga, serta logistik.
CDI sendiri merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Chandra Asri Group dan Electricity Generating Public Company Limited (EGCO) dari Thailand. Sinergi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan infrastruktur di Indonesia, khususnya dalam sektor energi dan kimia, yang menjadi fokus utama Chandra Asri.
Dalam keterangannya, Direktur Enterprise Banking & Financial Institution Bank Danamon Thomas Sudarma, menyatakan bahwa fasilitas kredit ini merupakan bukti komitmen jangka panjang Bank Danamon untuk mendukung Chandra Asri Group dalam mengembangkan proyek-proyek inovatif dan berkelanjutan. Ia meyakini bahwa CDI akan menjadi pilar bisnis yang kokoh bagi Chandra Asri Group, terutama dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan di wilayah Cilegon dan sekitarnya.
Dengan adanya fasilitas pembiayaan ini, Chandra Asri semakin memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri petrokimia dan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia. Langkah diversifikasi ini tidak hanya memperluas portofolio bisnis, tetapi juga sejalan dengan upaya perusahaan dalam mendukung transisi energi dan pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia.
Tapi, bagaimana dengan pergerakan sahamnya? Masih menarik kah untuk dikoleksi?
Berdasarkan analisis indikator teknikal yang dipaparkan Kabarbursa.com, tren saham TPIA saat ini cenderung Bearish. Hal ini terlihat dari penurunan harga selama beberapa hari terakhir dan posisi harga saat ini yang berada di bawah rata-rata pergerakan jangka panjang (MA200), yang menunjukkan tekanan jual yang lebih kuat.
Meskipun indikator MACD menunjukkan sinyal bullish dengan nilai di atas garis sinyal, RSI berada di sekitar 47,5 yang menunjukkan bahwa saham belum mencapai kondisi oversold atau overbought, sehingga masih ada ruang untuk penurunan lebih lanjut.
Stochastic Oscillator yang berada di sekitar 80 menunjukkan bahwa saham mendekati kondisi overbought, yang dapat memicu aksi jual. Tidak ada indikasi breakout atau breakdown yang signifikan dari Bollinger Bands, tetapi harga mendekati batas bawah, yang dapat berfungsi sebagai support sementara.
Target support berikutnya dapat berada di sekitar level MA50 di 7343,5, sementara resistance terdekat berada di sekitar MA10 di 7657,5. Dengan volatilitas yang cukup tinggi, investor disarankan untuk berhati-hati dan memantau pergerakan harga lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi.
Jika melihat pergerakan sahamnya pada akhir pekan kemarin, 28 Februari 2015, harga saham Perusahaan TPIA mengalami tekanan signifikan dengan penurunan sebesar 11,26 persen atau 850 poin, menutup perdagangan di level Rp6.700. Saham ini sempat dibuka pada Rp7.475 dan mencapai level tertinggi hari itu di Rp7.600 sebelum akhirnya anjlok ke titik terendah Rp6.550.
Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp579,63 triliun, perusahaan ini tetap menjadi pemain besar di industri. Namun, absennya rasio Price to Earnings (P/E) menandakan bahwa perusahaan belum membukukan laba bersih yang cukup untuk dihitung dalam metrik valuasi ini. Meskipun begitu, perusahaan masih membagikan dividen dengan yield sebesar 0,083 persen, memberikan sedikit kompensasi bagi para investor di tengah volatilitas harga saham.
Dalam jangka waktu satu tahun terakhir, saham ini pernah mencapai titik tertinggi di Rp11.225, namun juga menyentuh level terendah di Rp4.400. Pergerakan harga yang cukup lebar ini mencerminkan tingkat volatilitas tinggi yang perlu diperhatikan oleh para investor.
Dengan kondisi pasar yang fluktuatif, tekanan terhadap saham ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi fundamental perusahaan maupun sentimen eksternal. Ke depan, investor perlu mencermati perkembangan lebih lanjut, termasuk laporan keuangan terbaru dan strategi bisnis yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi tantangan yang ada.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.