Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emas Loyo di Awal Maret, Dolar AS Perkasa Berkat Trump

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 March 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Emas Loyo di Awal Maret, Dolar AS Perkasa Berkat Trump Ilustrasi: Pameran Perhiasan Emas "Semar Nusantara" di Mal Kota Casablanca (Kocas), Rabu, 30 Oktober 2024. Foto: Kabar Bursa/abbas sandji

KABARBURSA.COM – Harga emas dunia merosot lebih dari 1 persen pada Jumat waktu Amerika atau Sabtu, 1 Maret 2025, dini hari WIB, setelah dolar AS bertahan di level tertinggi dua minggu. Data inflasi AS yang sesuai ekspektasi membuat investor memperkirakan The Fed bakal lebih hati-hati dalam memangkas suku bunga, bikin daya tarik emas sebagai aset lindung nilai makin luntur.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, harga emas spot turun 1 persen ke USD2.846,19 (Rp46,38 juta) per ons pada pukul 13.44 waktu New York (18.44 GMT). Sepanjang pekan ini, emas sudah anjlok 3,1 persen, jadi penurunan mingguan terdalam sejak November lalu. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup melemah 1,6 persen ke USD2.848,50 (Rp46,42 juta).

Di sisi lain, indeks dolar (DXY) menguat sepanjang pekan, bikin emas yang dihargai dalam dolar makin mahal bagi pembeli luar negeri.

Menurut analis senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff, penurunan emas dan perak lebih banyak dipengaruhi oleh aksi ambil untung setelah reli panjang, serta penguatan dolar AS. Pasar saham Wall Street juga bergerak lambat, karena investor masih waswas soal potensi inflasi yang bisa dipicu kebijakan Trump.

“Pelemahan pasar saham ikut menambah tekanan pada emas karena mendorong deleveraging. Efeknya, aksi jual emas yang dimulai sejak Senin makin berlanjut,” kata VP dan ahli strategi logam di Zaner Metals, Peter Grant.

Indeks harga Personal Consumption Expenditures (PCE) naik 0,3 persen pada Januari, sesuai ekspektasi, setelah mencatat kenaikan yang sama di Desember. Analis komoditas di TD Securities, Daniel Ghali, menilai angka ini tidak terlalu menggerakkan ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed sehingga dampaknya terhadap emas juga terbatas.

Para trader kontrak berjangka masih bertaruh bahwa The Fed bakal kembali memangkas suku bunga pada Juni, meskipun data inflasi tak banyak berubah.

Trump dan Ketidakpastian Pasar

Ilustrasi Trump. Foto: KabarBursa.com/Andrew.

Meskipun harga emas turun pekan ini, logam mulia masih mencatatkan kenaikan bulanan kedua berturut-turut. Penyebabnya adalah kekhawatiran pasar soal tarif Trump yang makin bikin dunia usaha dan investor waswas.

Trump baru saja menegaskan tarif 25 persen untuk produk asal Meksiko dan Kanada akan berlaku mulai 4 Maret, plus tambahan 10 persen untuk barang impor dari China.

Dampaknya? Harga perak lantas turun 0,8 persen ke USD31 (Rp505.300) per ons, platinum anjlok 1,1 persen ke USD938,50 (Rp15,29 juta), dan palladium turun 0,6 persen ke USD914 (Rp14,89 juta). Ketiga logam ini tampaknya bakal menutup bulan Februari dengan rapor merah.

Sehari sebelumnya, harga emas juga jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua minggu terakhir seiring penguatan dolar AS. Investor kini menanti data inflasi utama AS yang bisa memberikan petunjuk lebih jelas soal arah kebijakan The Fed.

Harga emas spot turun 1,1 persen ke USD2.885,13 (Rp47,03 juta) per ons pada pukul 13.50 waktu New York (18.50 GMT), setelah sempat menyentuh titik terendah sejak 12 Februari. Padahal, pada Senin lalu, harga emas sempat mencetak rekor tertinggi di USD2.956,15 (Rp48,18 juta) akibat lonjakan permintaan aset aman.

Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup turun 1,2 persen ke USD2.895,90 (Rp47,21 juta).

Menurut COO Allegiance Gold, Alex Ebkarian, pergerakan emas saat ini sudah bisa diprediksi dan penurunan dalam jangka pendek hanya bagian dari siklus biasa. Dolar AS terus menguat, dengan indeks dolar (DXY) naik 0,7 persen, bikin emas dalam denominasi dolar makin mahal bagi pemegang mata uang lain.

Perhatian pasar lebih banyak tertuju pada indeks PCE AS yang sudah rilis Jumat kemarin. Sesuai dengan survei Reuters, inflasi PCE tetap di angka 0,3 persen.

Di samping itu, pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali tahun ini dengan total pelonggaran sekitar 55 basis poin untuk 2025. Investor juga menunggu pernyataan beberapa pejabat The Fed yang dijadwalkan berbicara dalam waktu dekat.

Trump Pertegas Tarif, Emas Bisa Tembus USD3.000

Di tengah ketidakpastian ini, Presiden Donald Trump menegaskan tarif impor Meksiko dan Kanada sebesar 25 persen akan tetap berlaku mulai 4 Maret, ditambah kenaikan tarif 10 persen untuk produk China di hari yang sama.

Menurut Ebkarian, emas berpeluang menembus USD3.000 (Rp48,9 juta) per ons dalam 30 hingga 60 hari ke depan, tergantung bagaimana pasar merespons kebijakan tarif tersebut.

Sementara itu, harga perak turun 1,2 persen ke USD31,45 (Rp512.000) per ons, platinum melemah 1,2 persen ke USD954,05 (Rp15,55 juta), dan palladium turun 0,6 persen ke USD921 (Rp15,02 juta).(*)