Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Wall Street Cerah Lagi, Februari Ditutup dengan Senyum

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 March 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Wall Street Cerah Lagi, Februari Ditutup dengan Senyum Aktifitas depan Papan Pantau Saham di Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (11/2/2025). Hari ini Papan Pantau terlihat Panah Merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM – Setelah bulan Februari yang suram, Wall Street akhirnya bangkit di hari terakhir. S&P 500 melesat 1,6 persen dan memperkecil kerugiannya sepanjang bulan. Tadinya, Februari hampir jadi bulan terburuk sejak April, tapi berkat kenaikan hari Jumat atau Sabtu, 1 Maret dini hari WIB, statusnya cukup jadi yang terburuk sejak Desember saja.

Dilansir dari AP di Jakarta, Sabtu, Indeks ini sebelumnya sempat merosot lima dari enam hari terakhir karena kombinasi laporan ekonomi yang mengecewakan dan kekhawatiran soal tarif ala Presiden Donald Trump yang bikin indeks menjauh dari rekor tertinggi pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 601 poin (1,4 persen), sedangkan Nasdaq Composite naik 1,6 persen.

Yang paling terpukul selama Februari adalah saham-saham raksasa yang selama ini jadi primadona, khususnya lagi yang tergila-gila pada kecerdasan buatan (AI). Nvidia, yang sempat anjlok 8,5 persen sehari sebelumnya, kini berhasil bangkit 4 persen dan jadi penopang utama kenaikan S&P 500. Bitcoin juga ikut-ikutan naik lagi di atas USD84.000, setelah sempat nyungsep di bawah USD79.000 pagi harinya.

Kenaikan pasar ini didorong laporan ekonomi terbaru yang berisi berita baik dan buruk sekaligus. Dari sisi inflasi, angka menunjukkan perlambatan yang sesuai dengan ekspektasi ekonom. Ini bikin investor sedikit lega, karena memberi ruang bagi The Fed untuk kembali memangkas suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Tapi, ada satu kabar kurang mengenakkan, yakni konsumen AS mulai mengerem belanja mereka di Januari. Ini lumayan bikin waswas, karena selama ini konsumsi rumah tangga adalah pahlawan utama yang menjaga ekonomi AS tetap tumbuh di tengah suku bunga tinggi.

Kekhawatiran lain datang dari potensi kenaikan harga akibat kebijakan tarif Trump. Meskipun inflasi sekarang tidak separah 2022, masih banyak yang cemas bahwa tarif impor yang baru bisa bikin biaya hidup makin mahal. Wall Street berharap Trump cuma menggertak dengan tarif ini sebagai taktik negosiasi, dan ujung-ujungnya bakal menarik kebijakan ini supaya ekonomi global tidak kena dampak lebih buruk dari yang dikhawatirkan.

Trump Bikin Pasar Waswas

Sayangnya, meskipun masih sekadar wacana, rumor soal tarif ini sudah bikin konsumen AS mulai waspada terhadap inflasi ke depan. Kalau kekhawatiran ini sampai mengubah pola belanja masyarakat, efeknya bisa menyeret ekonomi AS ke bawah bahkan tanpa tarif benar-benar diterapkan.

Di sisi lain, investor juga bingung dengan arah kebijakan ekonomi Trump ke depan. Tidak cuma tarif, kebijakan deregulasi dan langkah-langkah lain yang belum jelas ujungnya bisa bikin pasar makin kehilangan kepercayaan. “Jika pasar tidak melihat Trump bergerak ke arah kebijakan yang lebih ramah bisnis, tingkat kepercayaan bisa terus terkikis,” tulis ekonom Bank of America dalam laporan mereka.

Tentu saja, penurunan belanja rumah tangga di Januari bisa jadi hanya efek cuaca ekstrem dan faktor musiman lain. Tapi, ini bukan sinyal pertama bahwa ekonomi AS mulai melambat. Padahal, sepanjang 2024, ekonomi AS masih melaju dengan cukup solid. Apakah ini awal dari pelemahan ekonomi yang lebih besar? Wall Street akan terus memantau.

Saham Energi Meroket, Pasar AS Bangkit di Akhir Pekan

Mayoritas saham di S&P 500 naik pada Jumat, dipimpin oleh AES, perusahaan energi yang membukukan laba jauh di atas ekspektasi analis. CEO Andrés Gluski menyebut lonjakan permintaan dari pusat data AI dan pabrik manufaktur baru di AS sebagai faktor utama pertumbuhan mereka. Hasilnya? Saham AES melesat 11,7 persen.

Di sektor ritel, Signet Jewelers naik 5,2 persen setelah Select Equity Group, firma investasi yang baru saja mengakuisisi hampir 10 persen saham perusahaan, mendorong dewan direksi untuk menjual perusahaan atau mencari cara lain untuk mendongkrak harga saham.

Namun, ada yang tersandung. Dell turun 4,7 persen meskipun melaporkan laba yang lebih tinggi dari perkiraan. Penyebabnya? Pendapatannya ternyata masih meleset dari ekspektasi analis.

Secara keseluruhan, S&P 500 naik 92,93 poin ke 5.954,50, sementara Dow Jones Industrial Average melonjak 601,41 poin ke 43.840,91 dan Nasdaq Composite menguat 302,86 poin ke 18.847,28.

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury 10 tahun kembali turun ke 4,20 persen dari 4,26 persen pada Kamis, melanjutkan tren penurunan dari level hampir 4,80 persen bulan lalu. Kekhawatiran soal arah ekonomi AS yang makin tidak pasti mendorong investor berburu aset aman seperti obligasi.(*)