Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Dibuka Menguat 0,30 Persen ke Level 6.626

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 27 February 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Yunila Wati
IHSG Dibuka Menguat 0,30 Persen ke Level 6.626 Ilustrasi - IHSG dibuka menghijau pada perdagangan hari ini. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham  Gabungan (IHSG) dibuka membuat sebesar 0,30 persen atau naik 20 poin ke level 6.626 pada perdagangan Kamis, 27 Februari 2025.

Merujuk data perdagangan RTI Business, menguatnya IHSG membuat 204 saham di zona hijau, 75 saham melemah, dan 205 saham stagnan. 

Volume perdagangan pada pembukaan pagi ini  terpantau sebesar Rp210.751 juta, sementara transaksi Rp258.645 miliar dengan frekuensi perdangan senilai 17,630.

Sementara mengutip Stockbit, saham LABA menjadi pemimpin dalam daftar top gainer dengan kenaikan sebesar +58 poin atau 24,58 persen di harga 294. 

Kenaikan ini diikuti oleh saham INAI yang naik +38 poin (+23,17 persen) ke level 202, serta LION yang melonjak +105 poin (+19,44 persen) ke 645.

Saham lainnya yang masuk dalam daftar top gainer adalah HELI dengan kenaikan +42 poin (+17,50 persen) ke harga 282, dan LIVE yang menguat +34 poin (+16,04 persen) ke 246.

Di sisi lain, saham VAST menjadi top loser dengan penurunan -13 poin (-10,83 persen) ke harga 107. Selain itu, saham PART juga mengalami koreksi -10 poin (-10,53 persen) ke level 85.

Saham lain yang turut melemah adalah MENN dengan penurunan -5 poin (-10,00 persen) ke 45, serta PACK yang turun -130 poin (-6,07 persen) ke 2.010. Saham RELF juga mengalami pelemahan -1 poin (-5,26 persen) ke 18.

Adapun Reliance Sekuritas, memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran support pada level 6,534 dan resistance pada level 6,658 dengan kecenderungan menguat.

Dalam risetnya, Reliance menyampaikan secara teknikal candle IHSG berbentuk white spinning top, di bawah MA5 serta Stochastic mengindikasikan akan golden cross. Ini mengartikan IHSG berpeluang besar melanjutkan kenaikannya. 

Prospek Emiten Batu Bara 

Diberitakan sebelumnya, Sejumlah perusahaan batu bara kakap di Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi akan terus membagikan dividen besar hingga tahun 2026. PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT United Tractors Tbk (UNTR) masih yakin memiliki fundamental bisnis yang kokoh, ditopang oleh arus kas bebas (free cash flow/FCF) yang kuat serta kebijakan belanja modal (capex) yang lebih efisien.        

Optimisme terhadap saham sektor batu bara semakin menguat setelah perubahan dinamika global, terutama keputusan sejumlah bank dan perusahaan pengelola aset besar untuk menarik diri dari komitmen Net Zero Banking Alliance. Langkah ini menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengeluarkan kembali AS dari Perjanjian Paris. Hal tersebut membuka peluang bagi manajer investasi global seperti BlackRock dan Vanguard untuk kembali mempertimbangkan investasi di sektor batu bara.        

BNI Sekuritas mencatat, dengan berkurangnya tekanan dari pasar berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), potensi aliran dana investasi ke saham batu bara Indonesia diperkirakan mencapai USD1,7 miliar. Hal ini dihitung berdasarkan pembobotan indeks MSCI dan kemungkinan rebalancing yang akan terjadi.        

Saham-saham batu bara juga berpeluang mengalami re-rating, mengingat valuasi sektor ini sekarang sudah berada di titik terendah. Berdasarkan data per 20 Februari 2025, rasio forward EV/EBITDA berada di angka 3 kali, jauh di bawah rata-rata historis periode 2016-2020 sebesar 4,2 kali, serta lebih rendah dibandingkan periode 2008-2015 yang mencapai 6,4 kali.        

Meskipun harga batu bara global yang diproyeksikan mengalami normalisasi ke level USD129 per ton, hal ini tidak menghambat kinerja emiten. Return on Equity (ROE) perusahaan batu bara yang dijelaskan BNI Sekuritas diperkirakan mencapai 25 persen dalam periode 2021-2026.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata ROE pada tahun 2008-2015 yang sebesar 22 persen dan periode 2016-2020 yang hanya mencapai 16 persen. Peningkatan ini didorong oleh margin laba bersih yang lebih besar, serta penurunan rasio utang dari 1,9 kali pada 2008-2015 menjadi 1,7 kali pada tahun-tahun mendatang.        

Di sisi lain, arus kas bebas diperkirakan tumbuh sebesar 7 persen sepanjang 2023-2026 menjadi USD2,7 miliar, sementara belanja modal (capex) justru diprediksi turun sebesar 14 persen. Efisiensi ini membuka ruang lebih besar bagi perusahaan untuk membagikan dividen besar kepada pemegang saham.