KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 6.794,87 setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan atau BI rate di level 5,75.
Melemahnya IHSG menjadi sorotan lantaran indeks sempat mencoba bangkit beberapa hari sebelumnya. Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, IHSG masih dalam fase konsolidasi dengan kecenderungan melemah dalam jangka pendek.
"Namun, jika sentimen positif kembali menguat dan aksi beli di saham unggulan meningkat, bukan tidak mungkin IHSG kembali melanjutkan tren penguatan seperti beberapa hari terakhir," kata dia kepada Kabarbursa.com di Jakarta, dikutip Kamis, 20 Februari 2025.
Di tengah kondisi yang tidak menentu ini, investor diminta tetap hati-hati. Hendra mengimbau agar investor untuk tetap mencermati pergerakan asing dan area support kunci sebagai sinyal arah pasar ke depan.
Menurut Hendra, sejumlah saham masih layak dicermati para investor di tengah volatilitas pasar. Seperti saham PGEO yang direkomendasikan buy dengan target 955.
Alasan dia merekomendasikan saham PGEO ialah dikarenakan prospek energi terbarukan yang terus berkembang.
"Saham SCMA juga menarik untuk buy dengan target 250, seiring dengan meningkatnya belanja iklan di tahun politik," kata dia.
Selain itu, Hendra juga merekomendasikan saham BRMS dengan target 420. Menurutnya, saham ini berpotensi mendapat dorongan dari stabilnya harga emas global.
Di sisi lain, Hendra berbicara mengenai penurunan IHSG setelah BI memutuskan menahan suku bunga acuan. Dia menyebut keputusan ini sebenarnya sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, namun tekanan jual tetap terjadi, terutama dari investor asing yang mencatatkan net sell sebesar Rp964 miliar.
“Saham perbankan besar seperti BBCA (-Rp690M) dan BMRI (-Rp218M) menjadi sasaran utama aksi jual, menekan indeks lebih dalam,” ujar dia.
Hendra memperkirakan pasar masih bersikap hati-hati di tengah ketidakpastian global dan pergerakan nilai tukar rupiah meskipun suku bunga tetap sama.
Secara teknikal, lanjut dia, IHSG kini menguji area support krusial di kisaran 6.719 (MA10). Jika level ini mampu bertahan, ada peluang IHSG mengalami teknikal rebound dalam beberapa hari ke depan.
“Namun, jika tekanan jual terus berlanjut, IHSG berpotensi turun lebih lanjut ke area 6.500 – 6.600,” jelasnya.
Hendra menilai masih ada secercah harapan bagi IHSG untuk kembali menguat, terutama jika investor kembali masuk ke saham-saham defensif yang masih menarik.
Dia menerangkan, asing mencatatkan net buy di TLKM (Rp116M), ASII (Rp66M), dan INDF (Rp49M), menunjukkan sektor telekomunikasi, otomotif, dan consumer goods masih memiliki daya tarik.
“Selain itu, jika sentimen global membaik, seperti adanya sinyal dovish dari The Fed atau stabilisasi rupiah, potensi rebound IHSG bisa semakin terbuka,” pungkasnya.
IHSG Dibuka Menguat Tipis di Level 6.796
Sementara itu, IHSG dibuka menguat tipis pada perdagangan hari ini, Kamis, 20 Februari 2025. IHSG naik 1,80 poin atau 0,03 persen ke level 6.796,67 pada Kamis, 20 Februari 2025.
Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.808,42 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.792,42. Total volume transaksi mencapai 1,52 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp184,67 triliun dari 11.960 transaksi.
Pada perdagangan hari ini, sejumlah saham mencatatkan kenaikan signifikan, dengan saham Dwi Guna Laksana Tbk atau dalam kode saham DWGL memimpin daftar top gainers setelah melonjak 25 persen ke level Rp270 per saham.
Di posisi kedua, saham DCI Indonesia Tbk atau dalam kode saham DCII melesat 14,23 persen ke level Rp64.000 per saham.
Sementara itu, saham Indointernet Tbk atau dalam kode saham EDGE juga mencatatkan penguatan signifikan, naik 11,86 persen ke level Rp5.000 per saham.
Saham Chemstar Indonesia Tbk atau dalam kode saham CHEM turut mencatatkan kenaikan tajam, naik 10,34 persen ke level Rp64 per saham.
Terakhir, saham Estee Gold Feet Tbk atau dalam kode saham EURO juga mengalami kenaikan kuat, menguat 9,55 persen ke level Rp172 per saham.
Di sisi lain, sejumlah saham mengalami pelemahan. Saham Manggung Polahraya Tbk atau dalam kode saham MANG memimpin daftar top losers setelah merosot 9,84 persen ke level Rp55 per saham.
Di posisi kedua, saham Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk atau dalam kode saham PACK melemah 9,83 persen ke level Rp1.605 per saham.
Sementara itu, saham Lupromax Pelumas Indonesia Tbk atau dalam kode saham LMAX juga mencatatkan pelemahan cukup dalam, turun 6,45 persen ke level Rp29 per saham.
Saham Megapolitan Developments Tbk atau dalam kode saham EMDE turut mengalami tekanan jual, turun 5,60 persen ke level Rp118 per saham.
Terakhir, saham Lavender Bina Cendikia Tbk atau dalam kode saham BMBL terkoreksi 5,56 persen ke level Rp17 per saham.
Pada perdagangan pagi hari ini ada sejumlah 237 saham menguat, 147 saham melemah dan 189 saham mengalami stagnan.
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.(*)