KABARBURSA.COM - Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street mengalami kenaikan moderat pada penutupan perdagangan Kamis dinihari WIB, 20 Februari 2025, dengan S&P 500 mencetak rekor penutupan tertinggi untuk hari kedua berturut-turut.
Investor saat ini tengah mencermati risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan Januari serta menilai dampak rencana tarif yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump.
Tiga indeks utama Wall Street mencatatkan kenaikan, didorong oleh optimisme investor meskipun ada ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan.
Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 71,25 poin atau 0,16 persen ke level 44.627,59. S&P 500 naik 14,57 poin atau 0,24 persen menjadi 6.144,15.
Sementara, Nasdaq Composite naik tipis 14,99 poin atau 0,07 persen ke 20.056,25. Dari 11 sektor utama S&P 500, sektor kesehatan mencatatkan kenaikan tertinggi, sementara sektor material dan keuangan menjadi yang paling tertinggal.
Musim laporan keuangan kuartal keempat hampir selesai, dengan 74 persen perusahaan dalam S&P 500 membukukan hasil yang lebih baik dari perkiraan. Laporan terbaru menunjukkan pertumbuhan laba sebesar 15,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya, meningkat signifikan dari perkiraan awal sebesar 9,6 persen.
Di antara pergerakan saham individu, produsen truk listrik Nikola mengalami penurunan tajam sebesar 39,1 persen setelah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11. Saham perusahaan bahan kimia Celanese juga anjlok 21,5 persen setelah melaporkan kerugian kuartalan.
Sementara itu, saham penyedia layanan pembayaran Shift4 merosot 17,5 persen setelah mengumumkan kesepakatan akuisisi Global Blue senilai USD2,5 miliar, yang justru mendorong kenaikan saham Global Blue sebesar 17,5 USD.
Sebaliknya, saham Analog Devices melonjak 9,7 persen setelah mencatat laba dan pendapatan yang melampaui ekspektasi analis. Di pasar yang lebih luas, jumlah saham yang turun lebih banyak dibandingkan yang naik dengan rasio 1,1:1 di Bursa Efek New York, sementara di Nasdaq, rasio penurunan mencapai 1,22:1.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 16,36 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata 15,57 miliar dalam 20 hari perdagangan terakhir. S&P 500 mencatat 28 saham yang mencapai harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir, sementara Nasdaq mencatat 96 saham dengan harga tertinggi baru dan 119 saham yang mencetak harga terendah baru.
Sedangkan Federal Reserve memilih untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan terakhirnya, dengan risalah pertemuan yang menunjukkan kekhawatiran terhadap inflasi yang masih tinggi serta dampak kebijakan perdagangan Trump terhadap upaya bank sentral dalam menekan pertumbuhan harga.
Paul Nolte, penasihat senior dan ahli strategi pasar di Murphy & Sylvest, menyebut bahwa ada indikasi perlambatan ekonomi yang dapat mendorong The Fed untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. Namun, bank sentral masih menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai dampak tarif sebelum mengambil langkah konkret.
Presiden Trump sendiri telah mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen pada industri otomotif, semikonduktor, dan farmasi. Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan perang dagang global, meskipun beberapa analis menilai langkah tersebut lebih bersifat sebagai alat tawar-menawar ketimbang kebijakan yang akan langsung diterapkan.
Dari sektor ekonomi, data Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa pembangunan rumah baru turun tajam sebesar 9,8 persen pada Januari, didorong oleh lemahnya permintaan, suku bunga hipotek yang tinggi, serta cuaca dingin ekstrem. Penurunan ini menyebabkan saham sektor perumahan merosot 1,5 persen.
Secara keseluruhan, pasar masih menunjukkan tren positif meskipun dihantui oleh ketidakpastian kebijakan tarif dan inflasi. Investor tetap berhati-hati, menunggu sinyal lebih jelas dari The Fed serta perkembangan kebijakan perdagangan yang dapat mempengaruhi sentimen pasar dalam beberapa bulan mendatang.
Serupa dengan penutupan perdagangan hari ini, Wall Street kembali mencetak rekor setelah S&P 500 naik tipis 0,2 persen di perdagangan Selasa waktu Amerika atau Rabu, 19 Februari 2025, dini hari WIB yang relatif sepi. Indeks utama Wall Street ini akhirnya menutup perdagangan di atas rekor tertinggi sebelumnya yang dicapai bulan lalu, setelah sepanjang hari bolak-balik di sekitar level tersebut.
Dilansir dari AP di Jakarta, Rabu. Dow Jones Industrial Average juga ikut naik, meski cuma 10 poin atau kurang dari 0,1 persen, sementara Nasdaq menguat tipis 0,1 persen. Salah satu yang jadi bintang di perdagangan kali ini adalah Entergy, perusahaan listrik yang melayani pelanggan di Arkansas, Louisiana, Mississippi, dan Texas. Sahamnya melesat 6 persen setelah melaporkan laba kuartalan yang lebih tinggi dari ekspektasi analis.
Di sisi lain, Conagra Brands justru merosot 5,5 persen setelah memangkas proyeksi keuntungan dan target keuangan lainnya. Perusahaan makanan ini mengaku masih menghadapi gangguan pasokan, terutama pada produk makanan beku berbasis ayam dan sayuran. Ditambah lagi, fluktuasi nilai tukar mata uang asing makin menekan laba mereka.
Meta Platforms, induk Facebook dan Instagram, juga bikin pasar sedikit lesu setelah turun 2,8 persen. Ini adalah penurunan pertama Meta sejak 16 Januari, setelah sebelumnya melesat lebih dari 20 persen dalam 20 hari beruntun.(*)