KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BBNI sebelumnya telah mengumumkan rencananya untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback dengan nilai yang diperkirakan mencapai Rp905 miliar. tetapi, belakangan pihak manajemen mengatakan bahwa dana buyback dinaikkan menjadi Rp1,5 triliun.
Langkah strategis ini bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan dan mencerminkan keyakinan manajemen terhadap prospek perusahaan di tahun 2025.
Meskipun aksi buyback ini berpotensi mengurangi aset dan ekuitas perseroan seiring dengan besaran transaksi yang dilakukan, manajemen BNI memastikan bahwa langkah tersebut tidak akan berdampak negatif pada kinerja operasional maupun keuangan perusahaan.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo, dalam keterangannya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 18 Februari 2025, menjelaskan bahwa dana untuk buyback ini akan berasal dari arus kas bebas perusahaan, khususnya saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.
Menurutnya, meskipun nilai transaksi dapat mencapai Rp 1,5 triliun, dampak terhadap struktur keuangan akan minim dan diperkirakan tidak akan mengganggu arus kas yang ada.
Selain itu, dana yang digunakan untuk buyback ini sepenuhnya bersumber dari internal perusahaan, dan BNI memastikan bahwa langkah ini tidak akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang jatuh tempo. Tidak ada dana yang akan digunakan dari hasil penawaran umum atau pinjaman dalam bentuk apapun.
Sebagai bagian dari proses buyback, BNI memperkirakan bahwa jumlah saham yang akan dibeli kembali bisa mencapai maksimal 10 persen dari total modal yang ditempatkan.
Tindakan ini telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mengatur batasan jumlah saham yang dapat dibeli kembali oleh perusahaan.
Lebih lanjut, manajemen BNI menegaskan bahwa buyback ini tidak akan mempengaruhi biaya operasional maupun laba-rugi perusahaan secara signifikan. Dengan arus kas yang kuat dan kondisi permodalan yang solid, BNI tetap optimis bahwa transaksi ini tidak akan mengganggu aktivitas bisnis jangka panjang.
Saham yang dibeli kembali nantinya akan dialokasikan untuk program kepemilikan saham bagi pegawai, direksi, dan dewan komisaris. Program ini akan berjalan paling lama tiga tahun setelah buyback selesai.
Dengan langkah strategis ini, BNI berharap dapat memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan memperkuat komitmennya dalam menjaga kinerja serta pertumbuhan yang berkelanjutan.
Manajemen PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengumumkan rencana buyback saham senilai Rp 1,5 triliun sebagai langkah strategis untuk meredam tekanan jual yang terjadi di pasar saham, terutama di tengah volatilitas yang melanda Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Langkah ini juga sekaligus menjadi sinyal bahwa manajemen BNI menilai harga sahamnya saat ini belum mencerminkan kinerja fundamental yang sebenarnya.
Meskipun saham BNI menunjukkan pertumbuhan positif sepanjang sepuluh bulan pertama tahun 2024, dengan kenaikan sebesar 11,1 persen secara tahunan (year on year), namun kondisi pasar yang penuh ketidakpastian memicu penurunan signifikan di akhir tahun.
Tekanan terhadap harga saham BNI semakin terasa seiring dengan dampak dari hasil pemilu Amerika Serikat pada November 2024 yang menimbulkan sentimen negatif terhadap IHSG.
Selain itu, kekhawatiran investor mengenai ketidakstabilan geopolitik, kondisi makroekonomi domestik yang cenderung kurang stabil, serta isu likuiditas dan pelemahan rupiah, turut memperburuk kinerja saham BNI.
Pada 7 Februari 2025, saham BNI ditutup pada level Rp 4.270, mengalami penurunan 25,7 persen secara tahunan, meskipun dalam rentang waktu sebelumnya saham BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik.
Ketidakpastian yang dipicu oleh situasi global dan domestik turut dipengaruhi oleh kebijakan The Federal Reserve (The Fed) yang mengindikasikan pemangkasan suku bunga yang lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
Dengan hanya pemangkasan 25-50 basis poin pada 2025, dibandingkan dengan prediksi sebelumnya yang mencapai 100-125 basis poin, hal ini mempengaruhi dinamika pasar modal secara luas, termasuk pergerakan saham emiten perbankan seperti BNI.
Diharapkan, kondisi ini tidak hanya akan mempengaruhi saham BNI dalam jangka pendek, tetapi juga memberikan dampak pada kondisi likuiditas, nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi terhadap dolar AS, serta ketidakpastian yang berasal dari geopolitik global.
Meskipun menghadapi tantangan ini, BNI tetap optimistis dengan langkah buyback saham yang diambil. Perseroan berkeyakinan bahwa buyback ini akan membantu mengurangi volatilitas saham dan memberikan sinyal kepada pasar bahwa harga saham BNI saat ini tidak mencerminkan nilai intrinsiknya.
Dengan demikian, langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang BNI untuk menjaga stabilitas dan kinerja perusahaan di tengah ketidakpastian yang melanda pasar saham global maupun domestik.(*)