Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Raja Saham Sepekan: RAAM Jawara Disusul POLU dan BRRC

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 16 February 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Redaksi
Raja Saham Sepekan: RAAM Jawara Disusul POLU dan BRRC

KABARBURSA.COM - Dalam sepekan terakhir, pasar saham domestik mencatat pergerakan signifikan dengan beberapa saham mencatatkan kenaikan luar biasa di tengah fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tidak menentu. Saat ini, IHSG masih dikisaran level 6.638 pada penutupan perdagangan Jumat, 14 Februari 2025.

Di tengah fluktuasi lemahnya IHSG ini, sejumlah saham malah menunjukkan peforma yang stabil. Berdasarkan data dari aplikasi Mirae Sekuritas, yang dikutip Minggu, 16 Februari 2025. Ada sejumlah saham yang menduduki posisi top gainers, atau bisa disebut sebagai raja saham selama sepekan, mulai 10 sampai 14 Februari 2025.

Adapun saham yang merajai pekan ini adalah PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) menjadi saham dengan kenaikan tertinggi, melesat 45,30 persen dari Rp244 menjadi Rp340 per lembar saham.

Di posisi kedua, PT Golden Flower Tbk (POLU) mencatatkan kenaikan 35,37 persen, naik dari Rp2.000 menjadi Rp2.660 per saham. Sementara itu, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (BRRC) juga mengalami lonjakan 31,48 persen, dari Rp59 menjadi Rp71 per saham.

Kenaikan signifikan lainnya juga terlihat pada saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) yang melonjak 30,77 persen ke Rp119, serta PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang naik 28,35 persen ke Rp326.

Dari sektor perbankan, PT Bank Permata Tbk (BNLI) juga mencatatkan kenaikan impresif sebesar 25,38 persen, dari Rp1.325 menjadi Rp1.630 per saham.

PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk (WINE) mengalami kenaikan 48 poin atau 20,00 persen, dari Rp248 menjadi Rp288. Sedangkan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) menguat 225 poin atau 19,40 persen, dari Rp1.040 menjadi Rp1.385.

Saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) naik 92 poin atau 18,47 persen, dari Rp510 menjadi Rp590. PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengalami peningkatan 19 poin atau 18,45 persen, dari Rp110 menjadi Rp122.

PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) mencatatkan kenaikan 62 poin atau 17,51 persen, dari Rp366 menjadi Rp416. Sementara itu, PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) naik 23 poin atau 17,04 persen, dari Rp136 menjadi Rp158 per saham.

Sektor-sektor Tahan Banting

Sebelumnya, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, terdapat beberapa sektor yang umumnya lebih tahan terhadap penurunan pasar saham, atau lebih resisten terhadap volatilitas ekonomi, meskipun tidak ada yang benar-benar kebal terhadap kondisi pasar yang buruk.

“Beberapa sektor yang cenderung lebih stabil selama pasar turun antara lain sektor kesehatan, konsumer non siklikal, dan infrastruktur,” kata dia kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Jumat, 14 Februari 2025.

Namun, kondisi itu semua tergantung pada saham masing-masing. Karena, menurut dia, ada juga saham di sektor defensif yang sahamnya justru turun sangat tajam

“Perlu dilihat fundamental masing-masing saham tersebut,” ucapnya.

Lebih jauh, Desmond berbicara tentang bagaimana pendekatan terbaik untuk para investor jangka panjang menghadapi penurunan IHSG.

Dia menyatakan, strategi terbaik untuk mayoritas investor ritel adalah DCA (Dollar Cost Averaging) pada saham-saham berfundamental baik. Melalui DCA, lanjutnya, investor bisa menginvestasikan jumlah yang tetap secara berkala (misalnya setiap bulan) terlepas dari kondisi pasar.

“Dengan cara ini, Anda membeli lebih banyak saat harga rendah dan lebih sedikit saat harga tinggi, sehingga mengurangi risiko volatilitas pasar,” jelasnya.

Alternatif lainnya adalah menghindari pasar saham untuk sementara. Jika pasar saham sangat volatile, menurut Desmon, sebagian investor memindahkan dana mereka ke aset yang lebih aman, seperti obligasi atau emas.

“Meskipun return-nya mungkin lebih rendah, aset-aset ini cenderung lebih stabil saat pasar saham terguncang,” ucap dia.

Alasan Pelemahan IHSG 

Selain itu, Branch Manager Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, melihat penurunan IHSG ini sebagai hal yang perlu diperhatikan, terutama terkait strategi investasi. Pelemahan IHSG lebih banyak disebabkan oleh faktor internal. Salah satunya terkait dengan laporan keuangan perbankan.

“Di akhir minggu lalu, pemberitaan mengenai MSCI yang tidak akan memasukkan tiga emiten jumbo seperti BREN, PTRO dan CUAN, juga ikut mempengaruhi,” kata Chris dalam acara Bursa Pagi-Pagi dikutip, Rabu, 12 Februari 2025.

Chris menilai, investasi saham masih cukup menarik meskipun IHSG tengah menurun. Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat bagi para investor untuk membeli saham-saham yang terkoreksi.

“Kalau kita perhatikan, sebenarnya saham-saham di Indonesia berada di valuasi yang cukup murah. Lalu bank-bank besar bisa memberikan dividen sekitar 5 sampai 7 persen, itu merupakan area cukup menarik bagi investor yang mencari dividen,” ujar dia.

Chris juga memandang, masih banyak emiten yang mencatatkan kinerja stabil di tengah melemahnya IHSG. Di saat seperti inilah keputusan para investor diuji untuk memilih investasi jangka pendek atau panjang.(*)