KABARBURSA.COM - Meskipun industri semen Indonesia tengah menghadapi tantangan overkapasitas (overcapacity), lima emiten utama di sektor ini, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), siap menunjukkan optimisme dalam menyambut pertumbuhan penjualan rumah.
Dukungan pemerintah terhadap sektor perumahan dan infrastruktur menjadi katalis positif bagi industri semen di tahun 2025.
Bank Indonesia (BI) telah mengumumkan peningkatan likuiditas sebesar Rp80 triliun untuk sektor properti melalui pengurangan persyaratan cadangan bagi bank yang menyalurkan kredit ke sektor ini. Langkah ini bertujuan mendukung program pemerintah dalam membangun 3 juta rumah terjangkau setiap tahunnya di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya sektor perumahan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Meskipun terdapat dukungan dari pemerintah, data BI menunjukkan penjualan properti residensial di pasar primer mengalami kontraksi sebesar 15,09 persen (year on year/yoy) pada triwulan IV 2024. Penurunan ini terutama terjadi pada rumah tipe kecil dan menengah, sementara penjualan rumah tipe besar justru meningkat.
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) juga tumbuh terbatas sebesar 1,39 persen (yoy) pada periode yang sama, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,46 persen (yoy).
Di samping itu, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) melaporkan bahwa konsumsi semen domestik pada tahun 2023 mencapai sekitar 66 juta ton, meningkat sekitar 3 persen dibandingkan tahun 2022. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan aktivitas konstruksi di sektor infrastruktur dan perumahan.
Namun, industri semen nasional masih menghadapi tantangan overkapasitas, dengan total kapasitas produksi mencapai 119,9 juta ton per tahun, sementara kebutuhan dalam negeri hanya sekitar 65,6 juta ton.
Kinerja dan Prospek Lima Emiten Semen
1. Semen Indonesia
SMGR mencatat volume penjualan semen sebesar 40,62 juta ton pada tahun 2023, meningkat 10 persen secara tahunan. Peningkatan ini terutama didorong oleh penjualan semen curah domestik yang tumbuh 17,3 persen (yoy) dan segmen ekspor yang meningkat 42 persen (yoy). Pendapatan perusahaan naik 6,2 persen menjadi Rp38,65 triliun pada tahun 2023.
Meskipun demikian, laba bersih tercatat sebesar Rp2,17 triliun, turun 8,22 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan beban operasional.
2. Indocement Tunggal Prakarsa
INTP membukukan total volume penjualan sebesar 14,738 juta ton hingga September 2024, meningkat 7,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan bersih perusahaan mencapai Rp13,32 triliun, naik 3 persen.
Peningkatan ini didorong oleh kontribusi dari akuisisi PT Semen Grobogan dan peningkatan penjualan semen curah untuk proyek infrastruktur, termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
3. Cemindo Gemilang
CMNT mencatat peningkatan volume penjualan sebesar 37 persen pada kuartal III 2024 dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan penjualan semen kantong meningkat 42 persen. Pendapatan perusahaan selama sembilan bulan pertama tahun 2024 mencapai Rp6,5 triliun, dengan segmen bisnis klinker dan semen berkontribusi 92 persen.
Perusahaan optimis terhadap prospek industri semen, terutama dengan dukungan pemerintah di sektor perumahan dan infrastruktur.
4. Semen Baturaja
SMBR mencatat volume penjualan semen sebesar 1,54 juta ton hingga kuartal III 2024. Pendapatan perusahaan mencapai Rp1,4 triliun dengan laba tahun berjalan sebesar Rp35,6 miliar.
Meskipun menghadapi penurunan permintaan semen domestik sebesar 5 persen (yoy) pada September 2024, SMBR berhasil menjaga kestabilan volume penjualan melalui penguatan jaringan distribusi dan peningkatan efisiensi operasional.
5. Solusi Bangun Indonesia
SMCB, sebagai bagian dari Semen Indonesia Group, melaporkan penjualan semen domestik sebesar 2,97 juta ton pada Juli 2024, naik 0,7 persen secara tahunan. Total penjualan semen grup mencapai 3,55 juta ton pada periode yang sama.
Perusahaan terus berkontribusi dalam berbagai proyek infrastruktur nasional, termasuk pembangunan IKN dan Jalan Tol Trans Sumatera.
Valuasi Saham Emiten Semen: Mana yang Paling Menarik?
Dalam menilai apakah saham suatu emiten tergolong murah atau mahal, beberapa metrik valuasi menjadi acuan utama bagi investor. Salah satunya adalah Price-to-Earnings (P/E) Ratio, yang mencerminkan perbandingan harga saham terhadap laba bersihnya.
Berdasarkan data terbaru, (INTP) memiliki P/E Ratio terendah, yakni 13,73 (annualised) dan 11,11 (trail twelve month/TTM), dibandingkan dengan SMGR yang mencapai 19,64 (annualised) dan 16,02 (TTM). SMCB dan Semen Tiga Roda (STTP) juga menunjukkan angka yang relatif lebih rendah dibandingkan SMGR.
Selain P/E Ratio, Earnings Yield juga menjadi faktor penting dalam menentukan potensi keuntungan yang bisa diperoleh dari laba bersih terhadap harga saham. Semakin tinggi angka Earnings Yield, semakin menarik valuasi saham tersebut.
Dalam hal ini, SMCB dan INTP memimpin dengan Earnings Yield masing-masing sebesar 9,11 persen dan 9,00 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan SMGR (6,24 persen). Angka ini semakin memperkuat posisi INTP sebagai salah satu emiten semen dengan valuasi yang menarik bagi investor.
Sementara itu, dari sisi Price-to-Book Value (PBV), SMGR memiliki nilai terendah, yaitu 0,43, yang berarti harga sahamnya relatif murah dibandingkan dengan nilai bukunya. Namun, PBV yang rendah juga dapat menandakan bahwa pasar kurang optimis terhadap prospek perusahaan.
Selain itu, untuk menilai valuasi perusahaan dari perspektif pendapatan operasional, investor sering menggunakan rasio Enterprise Value to EBITDA (EV/EBITDA). Dalam aspek ini, SMCB mencatatkan angka terendah, yaitu 4,31, menunjukkan bahwa valuasi sahamnya lebih murah dibandingkan dengan potensi EBITDA-nya.
Dari berbagai metrik valuasi yang telah dibahas, beberapa kesimpulan utama dapat diambil. INTP menjadi kandidat saham menarik dengan P/E Ratio terendah dan Earnings Yield tertinggi, yang mengindikasikan valuasi murah dengan potensi pertumbuhan laba yang menarik.
SMCB juga muncul sebagai pilihan yang menarik karena memiliki EV/EBITDA terendah, menunjukkan bahwa valuasinya lebih murah dibandingkan dengan potensi pendapatan operasionalnya. Sementara itu, SMGR memiliki PBV terendah, yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari saham dengan valuasi aset yang murah.
Siapa yang Paling Siap Cuan di Industri Semen?
Dengan adanya dukungan pemerintah terhadap sektor perumahan dan infrastruktur, industri semen memiliki peluang pertumbuhan yang menjanjikan meskipun masih dihadapkan pada tantangan overkapasitas. Dari kelima emiten utama di industri ini, INTP dan SMCB muncul sebagai kandidat utama yang paling siap meraih cuan.
INTP menonjol dengan P/E Ratio terendah dan Earnings Yield tertinggi, menandakan valuasi sahamnya masih murah dengan potensi pertumbuhan laba yang menjanjikan. Sementara itu, SMCB memiliki EV/EBITDA terendah, yang mengindikasikan valuasi sahamnya lebih murah dibandingkan dengan potensi pendapatan operasionalnya.
SMGR, meskipun merupakan pemimpin pasar dengan volume penjualan terbesar, menghadapi tantangan dari beban operasional yang meningkat. Namun, valuasinya yang rendah berdasarkan PBV bisa menjadi daya tarik bagi investor yang mencari saham dengan nilai aset yang lebih murah.
Dengan peningkatan penjualan rumah tipe besar sebagai katalis positif bagi industri, saham INTP dan SMCB menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari peluang di sektor semen. Namun, penting untuk terus memantau perkembangan industri dan faktor makroekonomi yang dapat memengaruhi kinerja sektor ini ke depan. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.