KABARBURSA.COM – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp1,17 triliun. Aksi korporasi ini bertujuan meningkatkan kepercayaan investor terhadap fundamental perusahaan sekaligus menjaga stabilitas harga saham di tengah volatilitas pasar.
Selain itu, buyback ini juga akan dialokasikan untuk program kepemilikan saham bagi pegawai serta sebagai bagian dari skema kompensasi jangka panjang berbasis kinerja bagi direksi dan dewan komisaris.
Menurut Senior Vice President Corporate Secretary Group BMRI, M. Ashidiq Iswara, langkah ini merupakan strategi perusahaan untuk memastikan keseimbangan antara kondisi pasar dan fundamental keuangan yang kuat.
"Kami ingin menunjukkan komitmen dalam menjaga stabilitas harga saham serta meningkatkan engagement karyawan terhadap pertumbuhan jangka panjang perusahaan," ujar Ashidiq dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 14 Februari 2025.
Meskipun buyback ini akan mengurangi jumlah kas perusahaan, manajemen Bank Mandiri menegaskan bahwa dampaknya terhadap operasional dan laba bersih akan minim.
Berdasarkan proyeksi, total aset bank akan mengalami sedikit penurunan dari Rp2.427,22 triliun menjadi Rp2.426,05 triliun. Ekuitas juga diperkirakan berkurang dari Rp283,79 triliun menjadi Rp282,62 triliun akibat pengurangan kas untuk buyback.
Dari sisi rasio keuangan, Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Mandiri diperkirakan akan turun sedikit dari 20,82 persen menjadi 20,74 persen.
Namun, hal yang menarik bagi investor adalah peningkatan Return on Equity (ROE) yang diproyeksikan naik dari 21,19 persen menjadi 21,28 persen. Kenaikan ROE ini menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi dalam penggunaan modal, yang menjadi indikator positif bagi pemegang saham.
"Meskipun ada sedikit penurunan CAR, peningkatan ROE menunjukkan bahwa strategi buyback ini dapat memberikan dampak positif terhadap nilai perusahaan di mata investor," jelas manajemen Bank Mandiri.
Secara fundamental, Bank Mandiri membukukan kinerja keuangan yang solid sepanjang tahun 2024. Laba bersih perusahaan mencapai Rp55,78 triliun, meningkat 1,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp101,75 triliun, didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang naik 19,5 persen menjadi Rp1.670,55 triliun.
Total aset Bank Mandiri juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 11,63 persen secara tahunan, mencapai Rp2.427,22 triliun pada akhir 2024. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menjaga pertumbuhan bisnisnya di tengah tantangan ekonomi global dan domestik.
Di pasar saham, harga saham BMRI mengalami penguatan selama pekan perdagangan 10-14 Februari 2025. Saham Bank Mandiri ditutup di level Rp5.125 per lembar pada Jumat, 14 Februari 2025, mengalami kenaikan 1,99 persen dibandingkan hari sebelumnya. Sepanjang pekan tersebut, saham BMRI bergerak dari Rp5.000 per lembar pada 10 Februari, kemudian bertahap naik hingga Rp5.125 di akhir pekan.
Namun, jika dilihat secara tahunan, harga saham BMRI masih mengalami koreksi sebesar 28,82 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan masih adanya tantangan di pasar saham yang dipengaruhi oleh faktor makroekonomi global serta dinamika industri perbankan dalam negeri.
Dengan berbagai indikator keuangan yang positif, Bank Mandiri tetap optimistis terhadap prospek bisnisnya di 2025. Buyback saham diharapkan dapat memperkuat persepsi pasar terhadap valuasi saham BMRI, sekaligus memberikan insentif bagi investor untuk mempertahankan kepemilikannya.
Namun, investor juga perlu mencermati berbagai tantangan yang masih membayangi sektor perbankan. Ketidakpastian ekonomi global, fluktuasi suku bunga, serta dinamika likuiditas di pasar modal masih menjadi faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham BMRI ke depan.
Selain itu, langkah buyback ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai penggunaan kas internal dan dampaknya terhadap ekspansi bisnis. Bank Mandiri telah menegaskan bahwa buyback tidak akan mengganggu likuiditas dan ekspansi kredit, namun investor akan tetap memantau perkembangan kinerja perusahaan dalam beberapa kuartal ke depan.
Rencana buyback senilai Rp1,17 triliun menunjukkan keyakinan manajemen Bank Mandiri terhadap fundamental perusahaan dan valuasi sahamnya. Meskipun ada dampak minor pada ekuitas dan CAR, stabilitas laba bersih serta peningkatan ROE menjadi indikator bahwa buyback ini dilakukan dengan perhitungan yang matang.
Bagi investor jangka panjang, buyback ini bisa menjadi sinyal positif yang menunjukkan bahwa Bank Mandiri percaya pada prospek bisnisnya ke depan. Namun, tetap diperlukan kewaspadaan terhadap perkembangan pasar serta strategi perusahaan dalam menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dengan demikian, langkah ini tidak hanya bertujuan untuk menstabilkan harga saham dalam jangka pendek, tetapi juga untuk memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia dalam jangka panjang. (*)