KABARBURSA.COM - Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan periode 10 - 14 Februari 2025 bervariasi. Namun, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dalam rentang waktu tersebut mengalami tekanan. Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, mengatakan rata-rata nilai transaksi harian Bursa mengalami kenaikan yaitu sebesar 1,25 persen selama satu pekan ini.
"Sehingga menjadi Rp12,24 trilun dari Rp12,09 triliun pada pekan sebelumnya," ujar dia dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu, 15 Februari 2025.
Sementara itu Kautsar menyampaikan jika IHSG pekan ini mengalami penurunan sebesar 1,54 persen menjadi berada pada level 6.638,459 dari 6.752,576 pada pekan lalu. Kapitalisasi pasar bursa pekan ini juga mengalami perubahan sebesar 1,67 persen menjadi Rp11.401 dari Rp11.595 triliun pada sepekan sebelumnya.
"Perubahan turut dialami oleh rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa pekan ini yaitu sebesar 11,58 persen, menjadi 1,16 juta kali transaksi dari 1,31 juta kali transaksi pada pekan lalu," jelas Kautsar.
Perubahan terjadi pada rata-rata volume transaksi harian Bursa pekan ini mengalami perubahan sebesar 25,55 persen menjadi 15,45 miliar lembar saham dari 20,75 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.
Sedangkan investor asing pada Jumat, 14 Februari 2025, kata Kautsar, telah mencatatkan nilai jual bersih Rp585,32 miliar dan sepanjang tahun 2025 ini. "Investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp10,52 triliun," kata Kautsar.
IHSG sendiri mengalami penguatan sebesar 24 poin atau naik 0,38 persen, berakhir di level 6.638 pada perdagangan Jumat, 14 Februari 2025. IHSG bergerak variatif dengan rentang pergerakan antara 6.679 dan 6.609.
Seiring dengan penguatan IHSG, tercatat 304 saham mengalami kenaikan, 242 saham melemah, dan 244 saham stagnan. Volume perdagangan hari ini mencapai Rp14,618 miliar, dengan transaksi sebesar Rp14,308 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 1.139.504 kali.
Saham POLU mencatatkan penguatan tertinggi sebagai top gainer, dengan kenaikan sebesar 22,02 persen. Diikuti oleh KDSI yang naik 20,10 persen, INDX dengan kenaikan 18,28 persen, TMPO yang menguat 17,91 persen, dan BNLI yang naik 17,27 persen.
Di sisi lain, saham SAPX mengalami koreksi paling dalam dengan penurunan 15,76 persen, diikuti oleh CNMA yang turun 14,37 persen. Saham FMII juga tercatat mengalami penurunan 13,22 persen, diikuti oleh BRRC yang melemah 11,25 persen dan MANG yang turun 9,89 persen.
Indeks LQ45 turut mencatatkan penguatan sebesar 0,35 persen. Dalam indeks ini, saham SMGR mencatatkan penguatan signifikan dengan kenaikan 5,28 persen.
[caption id="attachment_119853" align="alignnone" width="1880"] Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump. Foto: kremlin.ru.[/caption]
BEI sebelumnya angkat bicara mengenai pelemahan IHSG dalam beberapa hari terakhir. Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, melihat kondisi pasar saham Indonesia saat ini disebabkan oleh sentimen yang datang dari ketidakpastian.
“Kondisi pasar kita saat ini memang dipengaruhi ketidakpastian global,” ujar dia saat dihubungi KabarBursa.com di Jakarta, Rabu, 12 Februari 2025.
Di tengah kondisi ini, Jeffrey menyarankan agar para investor berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menghindari berbagai risiko yang ada. “Mengambil keputusan secara rasional dan disesuaikan dengan profil risiko masing masing investor,” kata Jeffrey.
Beberapa waktu lalu, Jeffrey membeberkan faktor utama yang menyebabkan kondisi ketidakpastian global adalah kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat terhadap China, hingga dinamika ekonomi ke negara Meksiko dan Kanada. Kebijakan ini telah diumumkan oleh Trump namun kemudian ditunda sehingga menciptakan ketidakpastian yang makin besar bagi pasar global.
Jeffrey menjelaskan, dampak dari kondisi tersebut tidak hanya terasa di negara-negara besar, tetapi juga mempengaruhi stabilitas ekonomi di Indonesia. Menurutnya, ketidakpastian di pasar global ikut memberi efek terhadap tukar mata uang, kebijakan perdagangan, dan rantai pasok global.
[caption id="attachment_116852" align="alignnone" width="962"] Antrean panjang kendaraan yang melintas depan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jalan Sudirman, Kamis (30/1/2025). Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji[/caption]
“Perubahan konstelasi ekonomi ini memberikan tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis di Indonesia,” katanya.
Dengan adanya ketidakpastian ini, Jeffrey pun mengimbau agar para investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama dalam menghadapi kemungkinan fluktuasi yang lebih besar di pasar keuangan domestik.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh investor adalah mengantisipasi dampak dari ketidakpastian global. Meskipun sulit untuk memperkirakan bagaimana kondisi ini akan berkembang, menurut Jeffrey, investor berpengalaman dapat belajar dari periode ketidakpastian sebelumnya.
“Analisis terhadap kebijakan pemerintah, reaksi negara lain, serta tren historis dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan investasi yang lebih matang,” jelasnya.
Guna mengatasi sejumlah hal tersebut, BEI bakal meluncurkan sejumlah instrumen keuangan baru, yakni short selling dan intraday short selling. Tujuan peluncuran instrumen ini adalah untuk membantu para investor di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.
“Produk ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak opsi strategi bagi investor, terutama saat pasar mengalami fluktuasi tinggi dalam waktu singkat,” ujarnya.
Jeffrey menuturkan, proses finalisasi izin bagi anggota bursa yang akan menyediakan layanan short selling masih berlangsung. Dia menjelaskan BEI menargetkan instrumen ini akan diluncurkan dalam waktu dekat, yakni sekitar Maret atau awal kuartal kedua tahun ini.
“Dengan adanya strategi baru ini, investor diharapkan dapat lebih optimal dalam mengelola portofolio mereka di tengah kondisi pasar yang dinamis dan penuh tantangan,” katanya.(*)