Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

PTRO Raih Kontrak Rp64,3 Triliun, segini Potensi Revenuenya

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 13 February 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
PTRO Raih Kontrak Rp64,3 Triliun, segini Potensi Revenuenya

KABARBURSA.COM - PT Petrosea Tbk, emiten berkode saham PTRO, berpotensi memperoleh pendapatan atau revenue yang signifikan pada 2025 usai memperoleh kontrak (backlog) dengan total nilai Rp64,3 triliun pada 2024.

Dalam keterangan tertulis yang disampaikan Petrosea, Kamis, 13 Februari 2025, disebutkan bahwa nilai backlog ini menjadi yang tertinggi sepanjang lebih dari lima dekade PTRO hadir di sektor pertambangan dan konstruksi.

Chief Investment Officer Petrosea Kartika Hendrawan mengatakan, PTRO tengah berada dalam posisi yang kuat untuk merealisasikan strategi bisnisnya ke depan.

Perusahaan merinci beberapa kontrak baru yang berhasil diperoleh sepanjang 2024, antara lain perjanjian jasa pertambangan dengan PT Pasir Bara Prima dengan durasi life of mine dan nilai kontrak mencapai Rp17,4 triliun.

Selain itu, sambung Kartika, Petrosea menandatangani perjanjian Onshore Early Works EPC untuk proyek Ubadri, Tangguh EGR/CCUS, dan Tangguh Onshore Compression (UCC) dengan nilai kontrak sebeasr Rp4,6 triliun. Jangka waktunya sepanjang 24 bulan.

Di samping itu, terlaksana perjanjian pengadaan dan konstruksi untuk pembangunan tambang Blok Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan nilai kontrak sebesar Rp2,8 triliun dan jangka waktu 24 bulan.

Melihat seluruh kinerja yang dicapai PTRO pada 2024, membuat para investor menghitung proyeksi pendapatan hingga laba bersih (net profit) yang berpotensi diraih perseroan tahun ini.

Potensi Pendapatan PTRO Tahun 2025

Untuk menghitung potensi pendapatan Petrosea pada tahun 2025, informasi mengenai kontrak-kontrak baru yang diperoleh perusahaan perlu digabungkan.

Pendapatan yang bersumber dari kontrak dengan PT Pasir Bara Prima diasumsikan sebesar 50 persen dari nilai total kontrak dalam setahun, mengingat durasi life of mine (jangka panjang). Dengan demikian, pendapatan tahunan yang dihasilkan diperkirakan mencapai sekitar Rp8,7 triliun.

Selanjutnya, untuk kontrak kedua senilai Rp4,6 triliun dengan durasi dua tahun, estimasi pendapatan tahunan adalah sebesar Rp2,3 triliun, yaitu separuh dari nilai kontrak.

Terakhir, proyek Blok Pomalaa dengan PT Vale Indonesia, yang memiliki nilai kontrak Rp2,8 triliun, diperkirakan menghasilkan pendapatan tahunan sebesar Rp1,4 triliun.

Dengan memperhitungkan semua kontrak dan sumber pendapatan, proyeksi total pendapatan Petrosea pada 2025, yang berasal dari kontrak tersebut, dapat mencapai sekitar Rp17,4 triliun.

Aksi Petrosea Sepanjang 2024

Selain kontrak-kontrak tersebut, Petrosea juga melakukan sejumlah aksi korporasi, salah satunya melalui pemecahan saham (stock split).

Pemecahan saham dengan rasio 1:10 di awal bulan Januari 2025 lalu yang menjadi katalis penting dalam meningkatkan likuiditas saham dan jumlah pemegang saham dari yang sebelumnya 12.883 investor di akhir 2024 menjadi 49.796 investor di akhir Januari 2025.

Dari jumlah pemegang saham tersebut, pemegang saham institusi bertambah dari 195 institusi menjadi 284 institusi, sedangkan pemegang saham perorangan bertambah dari 12.688 individu menjadi 49.512 individu. Pemegang saham asing pun bertambah dari 109 menjadi 125 investor, walaupun penambahannya tidak sebanyak penambahan investor dalam negeri.

"Hal itu memberikan nilai tambah kepada para investor kami yang beragam,” ujar Kartika.

Pada bulan Mei dan Juni 2024, Petrosea juga telah menjual seluruh saham treasury yang dimiliki PTRO kepada publik. Adapun jumlah saham free float Petrosea mencapai 27,25 persen pada 31 Januari 2025.

“Pencapaian ini merupakan wujud nyata kepercayaan masyarakat dan investor yang semakin besar terhadap kinerja dan prospek pertumbuhan Petrosea, baik saat ini maupun pada masa yang akan datang,” tambah dia.

Petrosea berhasil menyelesaikan Penawaran Umum Berkelanjutan atas Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 senilai Rp1,5 triliun yang berhasil mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed), tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 16 Desember 2024.

Obligasi dan Sukuk tersebut memperoleh peringkat idA+ dan idA+(sy) (Stable Outlook) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan merupakan penawaran perdana Perusahaan di pasar Obligasi dan Sukuk sejak Petrosea didirikan di tahun 1972.

Selain itu Petrosea memperoleh berbagai dukungan pendanaan dari beberapa pihak perbankan nasional, diantaranya dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBTN) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dengan total fasilitas yang diberikan sebesar Rp11,1 triliun. Pendanaan perbankan yang diperoleh tersebut digunakan untuk mendukung belanja modal dan investasi peralatan pertambangan termasuk memperkuat modal kerja. Dukungan ini juga merupakan wujud nyata kepercayaan dari pihak perbankan terhadap PTRO.

“Kami sangat berterima kasih kepada seluruh investor dan para pemangku kepentingan lainnya atas kepercayaannya terhadap Petrosea sehingga kami dapat terus tumbuh dan memberikan nilai tambah secara berkelanjutan,” ujar Kartika. (*)