KABARBURSA.COM - Untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, ekspor teknologi Korea Selatan mengalami kontraksi, dipicu oleh merosotnya permintaan dari China selama liburan Tahun Baru Imlek. Di tengah itu, kekhawatiran terus membayangi terkait dampak proteksionisme serta manuver DeepSeek yang berpotensi mengganggu penjualan semikonduktor.
Kementerian Perdagangan Korea Selatan melaporkan bahwa ekspor produk teknologi, termasuk cip memori, ponsel pintar, dan komputer, turun 0,4 persen pada Januari dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini diperparah oleh dampak libur panjang yang menyebabkan banyak pabrik di China dan Korea Selatan menghentikan operasional sementara. Berbeda dari tahun lalu yang jatuh pada Februari, perayaan Tahun Baru Imlek kali ini berlangsung di Januari, menekan aktivitas industri. Seperti dilansir bloomberg di Jakarta, Kamis 13 Februari 2025.
China menjadi faktor utama pelemahan ekspor teknologi Korea Selatan, dengan permintaan yang anjlok 9,2 persen. Impor semikonduktornya pun merosot 8,9 persen, menurut data resmi pemerintah. Sebaliknya, Amerika Serikat tetap menjadi pasar kuat bagi produk teknologi Korea Selatan, mencatatkan kenaikan impor sebesar 24,6 persen dari tahun sebelumnya.
Sebagai sektor unggulan dalam ekspor Korea Selatan, industri teknologi mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah yang rutin merilis laporan bulanan terkait kinerja sektor ini. Tahun lalu, penjualan semikonduktor melonjak berkat pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), yang mendorong permintaan terhadap cip memori berkecepatan tinggi buatan SK Hynix dan Samsung Electronics.
Namun, prospek tahun ini tampak kurang menjanjikan. Laju pertumbuhan pengiriman chip mulai melambat dalam beberapa bulan terakhir, diperparah dengan kehadiran DeepSeek, startup asal China yang meluncurkan model AI dengan potensi beralih ke semikonduktor berbiaya lebih rendah. Di sisi lain, ketidakpastian geopolitik turut membayangi, terutama dengan kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, yang dapat memicu kebijakan tarif proteksionis dan menghambat arus perdagangan global—faktor krusial bagi pertumbuhan ekonomi Korea Selatan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengajak perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk meningkatkan investasi dalam pengembangan teknologi dan penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Dalam kunjungannya ke Seoul, Korea Selatan, Airlangga menekankan pentingnya investasi di bidang teknologi, termasuk pelatihan teknologi untuk meningkatkan SDM.
Airlangga menyampaikan apresiasi terhadap LG CNS, anak perusahaan LG Corporation yang berfokus pada layanan teknologi informasi, yang telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Sinar Mas Group..
Kerja sama ini mencakup pendirian joint venture Penanaman Modal Asing (PMA) di bidang layanan konsultasi manajemen data center serta information and communication technology (ICT), dengan target penyelesaian pada semester kedua tahun ini. Kolaborasi ini bertujuan menyediakan layanan ICT untuk pengembangan smart city, termasuk layanan konsultasi migrasi data berbasis cloud computing.
Selain itu, Airlangga mengapresiasi komitmen LG CNS dalam mendukung pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai smart city. LG CNS telah terlibat dalam perancangan konsep smart city untuk IKN sejak Desember 2022, dengan fokus pada integrasi artificial intelligence (AI), data, dan teknologi cloud dalam layanan pintar untuk IKN.
Airlangga berharap LG CNS dapat memperluas investasinya di Indonesia, menciptakan bisnis berkelanjutan, dan mengembangkan perekonomian Indonesia melalui pembentukan platform teknologi mutakhir.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, total nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan mencapai 20,8 miliar dolar AS pada 2023. Korea Selatan juga merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia, dengan total investasi langsung asing (FDI) sebesar sekitar 2,5 miliar dolar AS pada tahun 2023, meningkat 8,7 persen dari tahun sebelumnya.
Dengan adanya dorongan investasi ini, diharapkan sektor teknologi di Indonesia akan semakin berkembang, seiring dengan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan dan pendidikan teknologi, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Warga Korea Selatan (Korsel) telah menyimpan dana setara tunai senilai KRW350 triliun (USD259 miliar/Rp4.133 triliun) seperti dana pasar uang (money market funds/MMF). Penyebabnya, mereka gagal menemukan target investasi di pasar saham dan properti domestik di tengah ketidakpastian penurunan suku bunga dan kebijakan pemerintah.
Menurut Asosiasi Investasi Keuangan Korea, total saldo dana pasar uang yang diinvestasikan dalam surat utang jangka pendek, seperti obligasi negara, serta dalam rekening pengelolaan kas (cash management accounts/CMA), yang berfungsi sebagai gabungan rekening tabungan dan giro dengan bunga serta pilihan investasi, bersama dengan simpanan investor, telah meningkat sebesar KRW48 triliun pada tahun ini.
“Konsekuensinya uang warga Korea Selatan yang menganggur mencapai angka tertinggi sepanjang masa sebesar KRW349,9 triliun per 7 Mei 2024. Namun, saldo gabungan tersebut sedikit menurun menjadi KRW 344,5 triliun pada tanggal 13 Mei,” tulis keterangan asosiasi tersebut.
Situasi Ini terjadi saat investor institusi dan ritel Korea Selatan menjual hampir KRW20 triliun saham domestik sepanjang tahun ini. Ini disebabkan oleh berkurangnya harapan terhadap langkah-langkah pemerintah untuk meningkatkan nilai perusahaan dan menghapus pajak atas keuntungan investasi, menurut sumber industri di pasar keuangan. Ketidakpastian seputar penurunan suku bunga juga membuat investor enggan mencari aset alternatif seperti real estat.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.