KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia atau BEI memperkenalkan intraday short selling dalam perdagangan di pasar modal untuk efisiensi ekosistem dan fleksibilitas pasar.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik, menegaskan keberadaan intraday short selling diharapkan bisa mendukung ekosistem produk non-equity (instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal tapi bukan saham seperti obligasi dan lainnya-red) dan sebagai sarana hedging ketika market turun.
Sementara, intraday short selling adalah strategi perdagangan saham di mana investor menjual saham yang belum mereka miliki atau dipinjam dari pialang dengan harapan bisa membelinya kembali dengan harga lebih rendah sebelum pasar tutup pada hari yang sama. Artinya, posisi short selling harus ditutup sebelum akhir sesi perdagangan.
Menurut dia, BEI telah memiliki berbagai instrumen seperti structured warrant dan single stock futures. Dengan adanya intraday short selling, likuiditas pasar diharapkan meningkat, sehingga investor lebih mudah melakukan transaksi jual beli.
"Artinya, short selling dan intraday short selling ini sudah menjadi best practice di bursa internasional. Dan Indonesia sebagai salah satu bursa besar di kawasan ASEAN tentu harus memiliki produk dan layanan yang setara dengan bursa-bursa besar lainnya,"kata Jeffrey dalam acara edukasi wartawan secara daring pada Selasa, 11 Februari 2025.
Menurut dia, sejak peraturan itu diluncurkan untuk dibahas pada Oktober 2024 lalu. Sudah ada 27 anggota bursa yang menyatakan minat menjadi anggota short selling. Namun, untuk saat ini belum ada yang masuk.
Dari jumlah yang minat ada setidaknya sembilan anggota yang telah mengurus persiapan terutama dalam hal izin.
"Kami berharap dalam waktu tidak terlalu lama, sudah ada paling tidak tiga anggota yang bisa memberikan layanan intraday short selling kepada investor," tutur dia.
Kendati demikian, Jeffrey menegaskan tidak semua saham dapat melakukan short selling. Bursa telah menetapkan syarat yakni untuk saham dengan free float yang cukup dan likuiditas memadai.
"Nantinya akan ada pembatasan-pembatasan untuk dilakukannya intraday short selling, karena tujuan utamanya tadi adalah untuk mengoptimalkan keuntungan," papar dia.
Jeffrey juga menanggapi potensi kekhawatiran bahwa intraday short selling dapat membuat harga saham bergerak tidak wajar. Menurut dia, hal itu masih dalam kajian untuk antisipasi.
Ia yakin intraday short selling akan membantu investor dalam mengoptimalkan keuntungan, tanpa mengganggu stabilitas pasar.
"Kami meyakini keberadaannya bisa memenuhi kebutuhan investor untuk mengoptimalkan keuntungan pada saat kondisi pasar yang bullish maupun bearish, tetapi kami tetap menjaga kewajaran, menjaga pembentukan harga yang wajar, sehingga tidak ada pressure berlebihan," kata dia.
Sebelumnya Kabarbursa.com memberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal meluncurkan sejumlah instrumen keuangan baru, yakni short selling dan intraday short selling.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, tujuan peluncuran instrumen ini adalah untuk membantu para investor di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.
“Produk ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak opsi strategi bagi investor, terutama saat pasar mengalami fluktuasi tinggi dalam waktu singkat,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2025.
Jeffrey menuturkan, proses finalisasi izin bagi anggota bursa yang akan menyediakan layanan short selling masih berlangsung. Dia menjelaskan BEI menargetkan instrumen ini akan diluncurkan dalam waktu dekat, yakni sekitar Maret atau awal kuartal kedua tahun ini.
“Dengan adanya strategi baru ini, investor diharapkan dapat lebih optimal dalam mengelola portofolio mereka di tengah kondisi pasar yang dinamis dan penuh tantangan,” jelasnya.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), saat ini j Iman Rachman, mengatakan jumlah investor pasar modal Indonesia pada akhir Januari 2025 telah menembus angka 15 juta single investor identification (SID).
Menurut Iman, pasar modal berperan aktif dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia. Potensi tersebut hanya dapat terwujud jika seluruh pemangku kepentingan seperti pemerintah, regulator, korporasi, dan investor, bersinergi untuk memajukan pasar modal yang lebih inklusif, transparan, dan berdaya saing global.
“Bersama-sama, kami dapat mewujudkan cita-cita besar untuk ekonomi Indonesia yang lebih kuat dan berkelanjutan,” kata Iman melalui keterangannya di Jakarta pada Senin, 10 Februari 2025.
Menurut data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Kamis, 30 Januari 2025, jumlah investor di pasar modal Indonesia telah mencapai 15.161.166 SID. Angka tersebut diklaim mencerminkan pertumbuhan yang cukup signifikan sepanjang Januari 2025, dengan penambahan sebanyak 289.527 investor baru. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, peningkatan jumlah investor pada Januari 2025 lebih tinggi sebesar 144.639 dibandingkan Januari 2024, yang mencatatkan kenaikan 144.888 SID.
Perkembangan itu dianggap mengindikasikan semakin tingginya minat masyarakat dalam berinvestasi di pasar modal, didukung oleh peningkatan pemahaman mengenai keuangan serta kesadaran akan pentingnya investasi jangka panjang.
Sebelumnya sejak mencapai 14 juta investor, BEI aktif menggelar berbagai kegiatan edukasi guna meningkatkan literasi pasar modal. Beberapa di antaranya adalah Capital Market Summit & Expo 2024 (CMSE 2024), Road to CMSE 2024, program Duta Pasar Modal, serta berbagai inisiatif lainnya.
Sepanjang tahun 2024, Iman menyebut perusahaannya mengadakan 34.676 kegiatan edukasi yang berhasil menjangkau 59,66 juta peserta melalui format daring, luring, maupun hybrid. Seluruh kegiatan itu terintegrasi dalam kampanye Aku Investor Saham, yang bertujuan mendorong lebih banyak masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal.
Memasuki tahun 2025, BEI melanjutkan upaya edukasi dengan menyelenggarakan 411 kegiatan di berbagai wilayah, termasuk program sekolah pasar modal, forum investor, edukasi publik, kunjungan ke kantor BEI, serta penyebaran konten edukatif di media sosial.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan terjadi potensi minat yang cukup tinggi.
“Jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia yang melebihi 280 juta jiwa, pencapaian jumlah investor pasar modal saat ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang masih sangat besar,” kata Jeffrey.
Ia menegaskan bahwa BEI akan memperluas edukasi ke seluruh lapisan masyarakat, memperkuat inklusi pasar modal melalui kerja sama strategis, serta mengoptimalkan program-program edukasi inovatif agar semakin banyak masyarakat yang dapat berinvestasi dengan aman dan berkelanjutan.
Salah satu prioritas utama BEI adalah meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di seluruh Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda, agar mereka lebih aktif dalam berpartisipasi di pasar modal.
BEI juga mengapresiasi peran berbagai mitra strategis yang telah berkontribusi dalam memperluas pemahaman masyarakat tentang investasi. Dia berharap pasar modal Indonesia dapat terus menjadi pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat dan berkelanjutan.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.