KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan bahwa strategi fiskal pemerintahan Presiden Prabowo harus berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Dengan tetap menjaga keseimbangan antara belanja produktif dan keberlanjutan fiskal.
Menkeu menjelaskan kebijakan fiskal yang disiplin serta dorongan terhadap investasi menjadi kunci untuk memastikan Indonesia tetap tangguh menghadapi tantangan global di masa depan.
"Jika kita ingin mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, investasi harus tumbuh lebih kuat dan lebih tinggi, mendekati 7 persen atau 8 persen,” ujar Sri Mulyani dalam Press Conference: Mandiri Investment Forum 2025 (MIF), di Jakarta, Selasa 11 Februari 2025.
Sri Mulyani mengungkapkan bahwa meskipun ekonomi Indonesia masih bertahan dengan pertumbuhan stabil di kisaran 5 persen, angka tersebut belum cukup untuk memenuhi target pemerintahan baru yang menginginkan pertumbuhan lebih agresif. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang lebih efektif dalam mendorong investasi dan konsumsi domestik.
“Kita melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan banyak negara lain di dunia. Namun, pertumbuhan 5 persen ini masih di bawah target yang diharapkan pemerintahan Presiden Prabowo. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, termasuk Bank Mandiri dan sektor keuangan lainnya, untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” jelasnya.
Sri Mulyani juga menyoroti kondisi ekonomi global dalam empat tahun terakhir yang penuh tantangan, mulai dari dampak pandemi COVID-19, pemulihan yang tidak merata di berbagai negara, hingga gangguan geopolitik akibat ketegangan dan perang. Dalam situasi tersebut, menurutnya, pencapaian pertumbuhan 5 persen tetap merupakan capaian yang luar biasa bagi Indonesia.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menilai bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi salah satu faktor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Konsumsi rumah tangga tetap kuat di angka sekitar 5 persen, ditopang oleh investasi yang mulai menunjukkan peningkatan. Selain itu, belanja pemerintah juga berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
“Belanja pemerintah tahun lalu sangat kuat, bukan hanya karena persiapan pemilu nasional dan daerah, tetapi juga intervensi fiskal yang dilakukan untuk mendukung rumah tangga miskin yang terdampak fenomena El Niño. Fenomena ini menyebabkan lonjakan harga pangan secara signifikan, sehingga pemerintah menambah belanja sosial, termasuk subsidi pangan seperti ayam dan telur, yang diberikan kepada 20 persen rumah tangga termiskin di Indonesia,” ungkapnya.
Sri Mulyani menambahkan bahwa konsumsi pemerintah meningkat sebesar 6,6 persen, sementara investasi hampir mencapai 5 persen. Ia berharap ke depan investasi dapat tumbuh di atas 5 persen dan bahkan mendekati 7 persen hingga 8 persen agar target pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai.
Dari sisi perdagangan internasional, Sri Mulyani mencatat adanya pelemahan ekspor pada paruh kedua tahun lalu, sementara impor mulai pulih pada kuartal terakhir. Menurutnya, situasi ini menunjukkan bahwa tekanan eksternal mulai berdampak pada ekonomi domestik, menciptakan tantangan tambahan yang harus diatasi dengan kebijakan fiskal yang tepat.
“Alhamdulillah, permintaan domestik masih tetap kuat. Ini menjadi faktor utama di mana kebijakan fiskal memainkan peran penting dalam menahan tekanan ekonomi, bertindak secara counter-cyclical, serta melindungi kelompok miskin dan rentan,” pungkasnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2024 menunjukkan peningkatan di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,02 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,95 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa dengan capaian ini, ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2024 tumbuh sebesar 5,03 persen (yoy).