KABARBURSA.COM - PT Suryamas Dutamakmur Tbk, dengan kode saham SMDM memberi penjelasan setelah sahamnya disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Februari 2025.
Diketahui, harga saham SMDM menunjukan kenaikan volatilitas yang cukup tinggi. Harga saham emiten ini mulai bergerak naik pada 10 Januari 2025 dengan harga Rp530.
Peningkatan tersebut terus terjadi hingga 5 Februari di harga Rp1.140. Dan sehari setelahnya, BEI mengumumkan saham SMDM resmi disuspensi.
Sekretaris Perusahaan SMDM Hendri Soma Dinata, menjelaskan transaksi volatilitas yang terjadi merupakan hasil dari mekanisme jual beli yang alami di pasar bursa.
"Volatilitas harga saham ini mata-mata karena jual beli di market bursa yang dipengaruhi antara supply and demand," jelas dia dalam acara public expose di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.
Hendri menegaskan, saat ini Perseroan berkomitmen untuk tetap memberikan informasi transparan dan akurat kepada para investor agar dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.
"Dan tentu ke depannya, Perseroan optimis terus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya baik kinerja dan inovasi yang berkelanjutan," pungkasnya.
Merujuk data perdagangan Stockbit, Selasa, 11 Februari 2025 pukul 12:00 WIB, saham SMDM terpantau masih disuspen oleh BEI. Dari sisi kinerja, saham sektor properti ini menunjukan performa positif dalam satu pekan terakhir dengan performa 93,88 persen.
SMDM mencatatkan kinerja keuangan yang menunjukkan keseimbangan antara solvabilitas yang kuat dan tantangan dalam profitabilitas.
Berdasarkan data terbaru, rasio solvabilitas perusahaan berada dalam kondisi yang baik dengan Current Ratio sebesar 4,95 dan Quick Ratio mencapai 4,93. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang sangat tinggi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Sementara itu, rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) tercatat rendah di angka 0,05, mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki ketergantungan yang sangat kecil terhadap utang dalam struktur modalnya.
Namun, di sisi profitabilitas, SMDM menghadapi tantangan besar. Gross Profit Margin untuk kuartal terakhir tercatat cukup tinggi di 59 persen, menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menjaga margin kotor yang sehat.
Sayangnya, laba operasional dan laba bersih berada dalam zona negatif. Operating Profit Margin tercatat -12,72 persen, sementara Net Profit Margin bahkan lebih rendah, yaitu -16,40 persen.
Dari segi pengembalian investasi, Return on Assets (ROA) tercatat 3,68 persen, sedangkan Return on Equity (ROE) berada di angka 5,75 persen, yang menunjukkan bahwa tingkat pengembalian terhadap aset dan ekuitas masih positif, meskipun rendah.
Di sisi dividen, tidak ada informasi yang tersedia terkait pembagian dividen, rasio pembayaran dividen, maupun hasil dividen. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa perusahaan belum membagikan dividen kepada pemegang saham dalam periode terakhir.
Secara keseluruhan, meskipun SMDM memiliki likuiditas yang sangat baik dan tingkat utang yang rendah, tantangan utama bagi perusahaan saat ini adalah bagaimana meningkatkan profitabilitasnya agar mampu membalikkan kerugian operasional yang terjadi.
BSDE Kuasai 91,99 Persen Saham SMDM
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengumumkan selesainya transaksi pengambilalihan saham mayoritas PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) sebesar 91,99 persen. Aksi korporasi ini dilakukan dengan membeli 4.390.121.595 lembar saham SMDM senilai Rp2,33 triliun dari PT Tunas Gemilang Lestari (TGL) dengan harga Rp531 per saham.
Langkah ini, kata Sekretaris Perusahaan BSDE Ricardo Arif Dharmawan, menandai Bumi Serpong Damai sebagai pengendali baru SMDM, selaras dengan strategi pertumbuhan perusahaan dalam memperkuat portofolio di sektor properti.
“Kami menyambut baik keberhasilan transaksi ini sebagai bagian dari upaya memperkuat posisi perusahaan di pasar properti melalui integrasi SMDM,” ujar Ricardo melalui keterbukaan informasi, Jumat, 25 Oktober 2024.
Transaksi yang diumumkan pada 1 Agustus 2024 ini masuk dalam kategori transaksi afiliasi sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 42/POJK.04/2020, karena adanya hubungan kekerabatan antara pemegang saham akhir TGL dan pengurus BSDE.
Meski demikian, hasil analisis dari KJPP RHR yang ditunjuk BSDR menilai bahwa transaksi ini wajar dan tidak menimbulkan benturan kepentingan.
Setelah pengambilalihan ini, BSDE resmi menjadi pemegang saham pengendali SMDM dan akan bertanggung jawab atas pengembangan dan pengelolaan aset-aset yang dimiliki perusahaan tersebut.
Dalam pernyataan resminya juga, BSDR juga menyampaikan bahwa mereka telah memenuhi semua regulasi yang disyaratkan, termasuk pengumuman kepada publik dan pelaporan kepada OJK, sebagai bentuk komitmen terhadap transparansi dan keterbukaan informasi.
“BSDE kini diharapkan mampu mengintegrasikan SMDM ke dalam strategi pertumbuhan jangka panjangnya, memperkuat posisi perusahaan di sektor properti yang semakin kompetitif,” kata Ricardo.
Adapun dampak dari aksi korporasi ini diharapkan mampu mendukung kinerja keuangan BSD dengan adanya sinergi bisnis yang kuat antara dua entitas tersebut.
Dengan selesainya transaksi pada 23 Oktober 2024, BSDE semakin memperkuat langkahnya sebagai pemain utama di industri properti nasional.
Sementara itu, BSDE mampu mencatat kinerja keuangan yang kuat dan stabil selama enam bulan pertama tahun 2024. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang berakhir pada 30 Juni 2024, perusahaan pengembang properti ini berhasil membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan usaha BSDE mencapai Rp7,35 triliun, meningkat 47 persen dari Rp4,99 triliun pada semester pertama 2023. Peningkatan ini menunjukkan adanya kenaikan aktivitas penjualan dan layanan yang diberikan oleh perusahaan, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan.
Tidak hanya itu, laba kotor perusahaan juga mengalami kenaikan, mencapai Rp4,86 triliun, naik dari Rp3,17 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan pendapatan ini tidak hanya menambah laba kotor, tetapi juga berkontribusi pada kenaikan laba usaha yang tercatat sebesar Rp2,95 triliun, hampir dua kali lipat dari Rp1,61 triliun pada semester pertama 2023.
Aset lancar BSDE tercatat sebesar Rp27,73 triliun pada akhir Juni 2024, meskipun sedikit menurun dari Rp29,37 triliun pada akhir 2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya nilai uang muka dan pajak dibayar dimuka.
Namun, terdapat peningkatan pada kas dan setara kas serta piutang usaha, yang menunjukkan peningkatan arus kas masuk dan tingkat pengumpulan piutang yang lebih baik.
Salah satu pencapaian paling mencolok dalam laporan ini adalah peningkatan laba bersih yang mencapai Rp2,64 triliun, tumbuh dari Rp1,35 triliun pada semester pertama tahun lalu. Kenaikan laba bersih ini menandakan peningkatan profitabilitas yang kuat di tengah efisiensi biaya dan optimalisasi pengeluaran pada berbagai lini bisnis perusahaan.(*)