KABARBURSA.COM - PT Darma Henwa Tbk atau DEWA telah mengumumkan rencana private placement. Dalam rencana tersebut, DEWA menerbitkan sekitar 3,95 miliar saham baru pada harga Rp75 per lembar.
Adapun tujuan dari private placement ini untuk mengkonversi utang usaha sebesar Rp296,6 miliar kepada PT Antareja Mahada Makmur. Aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi perseroan dalam menata kembali struktur keuangannya.
Sebelumnya, DEWA juga telah mengumumkan rencana serupa untuk mengkonversi utang kepada PT Madhani Talatah Nusantara dan PT Andhesti Tungkas Pratama melalui penerbitan sekitar 14,9 miliar saham baru.
DEWA dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 13 Februari 2025 untuk meminta persetujuan atas pelaksanaan aksi korporasi ini.
Menurut analis Stockbit Sekuritas Hendriko Gani, langkah DEWA ini bertujuan memang bertujuan untuk memperkuat struktur keuangan. Namun, konversi utang ke ekuitas berpotensi memberikan tekanan terhadap harga saham dalam jangka pendek.
Harga pelaksanaan sebesar Rp75 per lembar berada 27,2 persen di bawah harga pasar saham DEWA yang pada 10 Februari diperdagangkan di level Rp103 per lembar. Hal ini dapat menimbulkan dilusi yang signifikan bagi pemegang saham lama.
Namun, dari sisi keuangan, konversi utang ini dapat memberikan dampak positif bagi neraca DEWA. Berdasarkan laporan keuangan per kuartal ketiga 2024, rasio utang terhadap ekuitas (Liability-to-Equity Ratio) perseroan diperkirakan akan turun dari 1,32 kali menjadi 0,62 kali setelah aksi ini terlaksana.
Hal ini menandakan penurunan beban utang yang dapat memberikan ruang lebih bagi perusahaan untuk fokus pada ekspansi bisnis dan peningkatan profitabilitas dalam jangka panjang.
Meskipun aksi korporasi ini bukan opsi ideal bagi pemegang saham yang mengkhawatirkan dilusi kepemilikan, langkah ini tetap memiliki potensi untuk memberikan manfaat strategis bagi DEWA. Jika pemegang saham baru yang masuk ke dalam struktur kepemilikan mampu membawa nilai tambah bagi perusahaan, maka prospek jangka panjang DEWA bisa tetap menarik.
Keputusan investor terhadap saham ini kemungkinan besar akan bergantung pada bagaimana manajemen memanfaatkan momentum restrukturisasi untuk mendorong kinerja yang lebih baik ke depannya.
Sebelumnya, perseroan telah memproyeksikan bahwa Liability-to-Equity Ratio berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024 akan mengalami perbaikan signifikan, dari 1,32 kali menjadi 0,73 kali setelah aksi ini terealisasi. Namun, efek dilusi dari penerbitan saham baru ini diperkirakan mencapai 44 persen, yang berpotensi mempengaruhi pemegang saham lama.
Dalam rencana konversi ini, terdapat dua pihak utama yang akan mengambil bagian, yakni PT Madhani Talatah Nusantara (MTN) dan PT Andhesti Tungkas Pratama (ATP). MTN merupakan kreditur dari pos utang usaha DEWA senilai Rp757 miliar, sementara ATP adalah kreditur dari pos utang lain-lain sebesar Rp358,9 miliar.
Setelah pelaksanaan private placement ini, MTN akan memiliki 29,8 persensaham di DEWA, sedangkan ATP akan menguasai 14,2 persen. Sebelumnya, kedua perusahaan tersebut tidak memiliki saham di DEWA, sehingga aksi ini akan menjadikan mereka sebagai pemegang saham strategis.
Rencana ini dijadwalkan untuk dibahas dan disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 13 Februari 2025.
Menurut keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan, aksi korporasi ini diharapkan dapat memperbaiki struktur modal DEWA, mengurangi beban bunga, serta meningkatkan fleksibilitas keuangan untuk pertumbuhan bisnis ke depan.
Namun, langkah ini menuai beragam respons dari pelaku pasar. Analis investasi dari Stockbit Hendriko Gani, menilai bahwa konversi utang ini berpotensi memberikan sentimen negatif dalam jangka pendek bagi DEWA.
Hal ini disebabkan oleh harga pelaksanaan yang ditetapkan Rp65 per lembar, lebih rendah 41,4 persen dibandingkan harga penutupan saham DEWA di bursa pada hari Senin, 30 Desember 2024, yang berada di level Rp111 per saham.
“Konversi utang ini menyebabkan dilusi yang signifikan bagi pemegang saham existing, yang mungkin berdampak negatif terhadap pergerakan harga saham dalam waktu dekat,” ujar Hendriko dalam ulasannya, dikutip Senin, 3 Februari 2025.
Meski demikian, Hendriko menambahkan bahwa dalam jangka panjang, aksi korporasi ini bisa berdampak positif jika pemegang saham baru mampu memberikan nilai tambah bagi perseroan.
“Meskipun konversi utang ini bukan yang paling ideal untuk memperkuat struktur permodalan DEWA, langkah ini bisa membuka peluang baru jika para pemegang saham baru dapat berkontribusi dalam mendorong kinerja dan pertumbuhan perusahaan,” tambahnya.
Sebagai catatan, harga saham DEWA sendiri telah mengalami volatilitas sepanjang tahun 2024, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh sektor pertambangan dan energi secara umum di tengah perubahan lanskap geopolitik global dan fluktuasi harga komoditas.
Para pemegang saham dan pelaku pasar kini menantikan hasil RUPSLB yang akan menentukan arah strategi DEWA ke depan. Keberhasilan konversi utang ini dan potensi kolaborasi strategis dengan MTN dan ATP diharapkan dapat memperkuat posisi DEWA di industri pertambangan, serta meningkatkan kinerja keuangan perseroan secara berkelanjutan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.