KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI, mencatatkan pertumbuhan aset yang solid sepanjang 2024. Diketahui, BMRI mencatatkan total aset konsolidasi sebesar Rp2.427 triliun. Angka tersebut meningkat 11,6 persen secara tahunan atau year on year (YoY).
Menurut laporan keuangannya, kenaikan ini didorong oleh ekspansi kredit yang agresif, optimalisasi ekosistem wholesale, serta transformasi digital.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit menjadi motor utama ekspansi bisnis, dengan total penyaluran kredit mencapai Rp1.670,5 triliun, tumbuh 19,5 persen YoY, melampaui rata-rata industri.
Segmen wholesale banking tetap menjadi pilar utama, dengan peningkatan 25,5 persen YoY hingga menyentuh Rp913,3 triliun.
“Kami terus mengoptimalkan potensi di sektor wholesale agar dapat menjangkau lebih banyak sektor ekonomi yang membutuhkan akses permodalan. Ekosistem ini tidak hanya memberikan peluang pertumbuhan bagi bisnis tetapi juga mendukung stabilitas ekonomi secara lebih luas,” ujar Darmawan dalam siaran persnya, Senin 10 Februari 2025.
Selain wholesale, Bank Mandiri juga memperluas dukungan terhadap segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp135 triliun, tumbuh 6 persen YoY.
Langkah ini bertujuan untuk memastikan pertumbuhan kredit yang lebih merata di seluruh Indonesia, memperkuat daya tahan perekonomian nasional, serta meningkatkan inklusivitas keuangan.
Darmawan memaparkan, Bank Mandiri saat ini terus mengakselerasi inovasi digital melalui Livin’ by Mandiri, aplikasi super yang kini memiliki 29,3 juta pengguna dengan total transaksi mencapai 3,9 miliar atau tumbuh 38 persen YoY.
Untuk segmen wholesale banking, platform Kopra by Mandiri semakin menjadi andalan dalam pengelolaan transaksi korporasi. Adapun nilai transaksi yang berhasil dikumpulkan dari platform tersebut mencapai Rp22.700 triliun, atau meningkat 17 persen YoY.
“Kami terus mendorong inovasi digital agar dapat memberikan layanan perbankan yang lebih efisien, cepat, dan sesuai dengan kebutuhan nasabah. Transformasi ini menjadi peran kami dalam memperluas akses keuangan bagi lebih banyak pelaku usaha di Indonesia,” tambah Darmawan.
Fundamental Keuangan Tetap Kuat
Di tengah ekspansi bisnis, Bank Mandiri tetap menjaga kualitas aset dan likuiditas yang sehat. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) terjaga di 0,97 persen, turun 5 basis poin dibandingkan tahun sebelumnya.
Rasio pencadangan (coverage ratio) tetap optimal di 304 persen, menunjukkan kesiapan bank dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,73 persen YoY menjadi Rp1.699 triliun, dengan dana murah (CASA) mendominasi 80,3 persen dari total DPK.
Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan tabungan yang naik 13,4 persen YoY menjadi Rp665 triliun, serta giro yang naik 3,6 persen YoY menjadi Rp606 triliun.
Bank Mandiri juga mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp55,8 triliun sepanjang 2024. Dari sisi pendapatan non-bunga, fee-based income meningkat 4,12 persen YoY menjadi Rp42,32 triliun, ditopang oleh peningkatan transaksi digital, layanan treasury, serta pengelolaan dana dan investasi.
Darmawan menyebut, Bank Mandiri juga semakin agresif dalam mendukung keberlanjutan, dengan portofolio pembiayaan hijau mencapai Rp149 triliun, tumbuh 15,2 persen YoY.
Pendanaan di sektor energi baru terbarukan (EBT) meningkat 21 persen YoY menjadi Rp11,8 triliun, sejalan dengan komitmen bank dalam mendukung ekonomi hijau.
“Ke depan, kami akan terus memperkuat peran Bank Mandiri dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui inovasi dan kolaborasi lebih luas dengan berbagai pihak. Kami optimis strategi jangka panjang yang telah kami terapkan akan memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional secara keseluruhan,” jelas Darmawan.
Menurutnya, dengan fundamental yang kuat, inovasi digital yang agresif, serta strategi ekspansi yang terarah, Bank Mandiri optimistis dapat mempertahankan momentum pertumbuhan di 2025.
“Kami terus mengembangkan solusi layanan yang lebih inovatif dan memberikan nilai tambah bagi nasabah untuk memastikan pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan,” pungkas Darmawan.
Memasuki tahun 2025, BMRI diproyeksikan mengalami pertumbuhan yang lebih moderat dengan tetap menjaga kualitas aset yang solid. Target pertumbuhan kredit ditetapkan di kisaran 10-12 persen yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 2024 yang mencapai 19,5 persen.
Sementara itu, NIM diperkirakan berada di rentang 5-5,2 persen, sedikit lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya yang berada di angka 5,15 persen.
Dalam aspek manajemen risiko, cost of credit (CoC) dipatok di kisaran 1-1,2 persen dari sebelumnya 0,79 persen pada 2024. Rasio NPL diprediksi bertahan di sekitar 1 persen, menunjukkan bahwa kualitas kredit tetap terjaga.
Manajemen Bank Mandiri juga berencana menurunkan LDR ke kisaran 90 persen, lebih rendah dibandingkan 2024 yang mencapai 98 persen, sehingga memerlukan pertumbuhan DPK minimal sebesar 14 persen yoy untuk menjaga keseimbangan pendanaan.
BRI Danareksa Sekuritas menyesuaikan estimasi kinerja Bank Mandiri untuk 2025 dan 2026 dengan sedikit revisi ke bawah, masing-masing sebesar 7 persen dan 5 persen. Meskipun demikian, rekomendasi beli terhadap saham BMRI tetap dipertahankan.
Namun, target harga saham BMRI mengalami penyesuaian dari Rp6.400 menjadi Rp5.900. Target harga baru ini didasarkan pada valuasi price to book value (PBV) sebesar 1,8 kali, yang masih mencerminkan nilai wajar saham BMRI di pasar.
Dengan fundamental yang tetap kuat, Bank Mandiri masih menjadi salah satu saham perbankan yang menarik bagi investor, terutama bagi mereka yang mencari eksposur di sektor keuangan dengan prospek pertumbuhan stabil dan manajemen risiko yang terjaga.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.