Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Bursa Asia Bervariasi, Pasar Masih Wait and See soal Perang Dagang

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 07 February 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Bursa Asia Bervariasi, Pasar Masih Wait and See soal Perang Dagang

KABARBURSA.COM - Bursa Asia bervariasi pada perdagangan Jumat, 7 Februari 2025, menjelang rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang ditunggu-tunggu. Investor mulai melirik kemungkinan perang dagang besar-besaran bisa dihindari, sementara mata uang yen justru menguat ke level tertingginya dalam hampir dua bulan. Pasalnya, ekspektasi kenaikan suku bunga di Jepang tahun ini makin meningkat.

Minggu ini dibuka dengan langkah agresif Presiden AS Donald Trump yang memantik perang dagang, mulai dari tarif impor buat Meksiko dan Kanada yang tiba-tiba ia tahan, sampai penerapan bea masuk ke China yang tetap jalan. Dengan kondisi yang masih abu-abu, investor pun ragu-ragu buat mengambil keputusan besar.

Tapi, ada satu hal yang bikin pasar Asia agak lebih optimistis: DeepSeek. Startup AI asal China ini bikin gebrakan yang membuat tema AI makin ramai di kawasan ini. Ditambah lagi, respons Beijing yang cukup terukur terhadap tarif AS masih membuka ruang buat negosiasi.

Indeks Hang Seng Hong Kong (HSI) hari ini naik 0,17 persen dan membukukan kenaikan lebih dari 3 persen sepanjang pekan ini. Ini jadi performa mingguan terbaik sejak Oktober lalu, saat investor sempat sumringah gara-gara harapan stimulus besar dari pemerintah China.

“Walaupun banyak noise dan ketidakpastian, kami tidak melihat ketegangan perdagangan sebagai pengubah permainan untuk prospek pasar China,” kata Direktur Investasi untuk pasar negara berkembang di Federated Hermes, James Cook, dikutip dari Reuters di Jakarta, Jumat, 7 Februari 2025. Menurut Cook, masalah terbesar China bukan Trump, tapi ekonomi domestiknya sendiri.

Sementara itu, indeks blue-chip China (CSI300) naik 0,8 persen dan mendorong MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang (MIAPJ0000PUS) naik 0,3 persen pada hari ini.

[caption id="attachment_116831" align="alignnone" width="680"] Aktifitas pengunjung di Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (30/1/2025). Hari ini Papan Pantau Saham terlihat merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji.[/caption]

Berbeda di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pagi hari ini dibuka turun drastis sebesar 126,57 poin atau 1,84 persen hingga berada di level 6.748,96. Pada sesi intraday, IHSG sempat menyentuh level terendah di 6.744,67 dengan nilai transaksi yang mencapai Rp596,05 miliar dan frekuensi perdagangan sebanyak 27.780 kali.

Di Jepang, indeks Nikkei pun mengalami pelemahan pada perdagangan dengan turun 279,51 poin ke level 38.787,02. Kendati begitu, mata uang yen Jepang lagi lari kencang minggu ini karena didorong oleh arus investasi ke aset safe haven dan makin kuatnya ekspektasi bahwa Bank of Japan (BoJ) bakal menaikkan suku bunga tahun ini. Saat ini, pasar sudah memperhitungkan kenaikan suku bunga sebesar 34 basis poin sepanjang tahun ini.

Pagi ini, yen sempat menyentuh 150,96 per dolar AS, level terkuatnya sejak 10 Desember lalu, sebelum akhirnya sedikit melemah ke 151,65 per dolar. Secara mingguan, mata uang Negeri Sakura ini naik lebih dari 2 persen terhadap dolar AS, yang mana ini merupakan penguatan terbesar sejak akhir November.

Di AS, bursa saham ditutup dengan pergerakan campur aduk. Investor masih sibuk mencerna laporan keuangan perusahaan, sementara saham Amazon (AMZN.O) anjlok di sesi perdagangan setelah jam kerja. Biangnya adalah unit komputasi awan mereka yang loyo, ditambah proyeksi ke depan yang kurang meyakinkan.

Sementara itu, data ekonomi yang keluar memberikan gambaran awal tentang kondisi pasar tenaga kerja. Klaim tunjangan pengangguran, pemutusan hubungan kerja, serta biaya tenaga kerja jadi prolog sebelum laporan ketenagakerjaan Januari yang dirilis Jumat ini. Data tersebut kemungkinan bakal memperlihatkan dampak kebakaran hutan di California dan cuaca dingin ekstrem yang melanda sebagian besar AS.

Menurut survei ekonom yang dilakukan Reuters, ekspektasi pasar menunjukkan nonfarm payrolls bakal bertambah 170 ribu pekerjaan pada Januari, turun dari lonjakan 256 ribu di Desember,

Meski data ketenagakerjaan bisa bikin pasar sedikit bergejolak, kebijakan Federal Reserve (The Fed) sepertinya tak bakal berubah drastis. Trader di pasar uang masih memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 43 basis poin tahun ini dengan satu kali pemangkasan penuh di bulan Juli yang sudah masuk hitungan.

Di sisi politik, ketidakpastian masih membayangi investor, tapi setidaknya kekhawatiran perang dagang global mulai mereda. Strategi Trump soal tarif masih tak bisa ditebak. “Kita melihat ekonomi yang cukup tangguh di tengah berbagai kekhawatiran geopolitik. Ada ekspektasi akan muncul kekacauan di masa depan, tapi untuk saat ini pasar masih bisa bertahan,” kata Senior Vice President di Wealthspire Advisors, New York, Oliver Pursche.(*)