Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Wall Street Fluktuatif, Saham Merek Fashion dan Rokok Menguat

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 07 February 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Wall Street Fluktuatif, Saham Merek Fashion dan Rokok Menguat

KABARBURSA.COM - Pasar saham Wall Street bergerak naik-turun pada Kamis waktu setempat atau Jumat dini hari WIB karena didorong oleh kenaikan saham merek fashion dan perusahaan rokok. Saham-saham ini mampu mengimbangi tekanan dari penurunan Ford Motor dan Qualcomm setelah laporan keuangan terbaru mereka.

Dilansir dari AP di Jakarta, Jumat, 7 Februari 2025, Indeks S&P 500 mencatat kenaikan tipis 0,1 persen pada sesi perdagangan siang, mengikuti penguatan pasar saham di Eropa dan Asia. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melemah 145 poin atau 0,3 persen, dan Nasdaq Composite naik tipis 0,1 persen.

Saham Tapestry, perusahaan induk dari merek Coach dan Kate Spade, menjadi salah satu yang paling bersinar dengan lonjakan 12,6 persen. Perusahaan ini membukukan laba kuartalan yang lebih baik dari perkiraan analis, didorong oleh keberhasilannya menarik pelanggan muda baru. Tak hanya itu, Tapestry juga menaikkan proyeksi pertumbuhan pendapatan dan laba untuk tahun fiskal ini.

Philip Morris International, perusahaan yang menjual rokok Marlboro dan produk tembakau tanpa asap di seluruh dunia, juga memberikan dorongan bagi indeks S&P 500 dengan kenaikan saham sebesar 9,5 persen. Kinerja keuangannya melampaui ekspektasi analis dengan proyeksi keuangan yang lebih optimistis dari perkiraan pasar. Para analis menyoroti kekuatan segmen produk Zyn, kantong nikotin tanpa asap, sebagai salah satu faktor pendorong pertumbuhan.

Di sisi lain, kenaikan saham ini tidak cukup kuat untuk mengimbangi penurunan 6,4 persen pada saham Ford Motor. Padahal, produsen mobil ini melaporkan laba dan pendapatan kuartalan yang lebih tinggi dari perkiraan analis. Namun, investor lebih fokus pada proyeksi keuangan Ford untuk 2025 yang menurut perusahaan akan menghadapi tantangan akibat faktor pasar yang tidak menentu. Salah satunya adalah perkiraan arus kas Ford tahun ini yang berada di bawah ekspektasi analis.

Qualcomm juga menjadi pemberat bagi sektor teknologi setelah sahamnya turun 5 persen. Produsen chip yang memasok komponen untuk ponsel dan perangkat lain ini sebenarnya membukukan laba kuartalan di atas perkiraan. Namun, ekspektasi terhadap perusahaan sudah sangat tinggi dan kekhawatiran mulai muncul ihwal prospek industri chip nirkabel secara keseluruhan.

Sementara itu, di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS relatif stabil setelah laporan menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran pekan lalu lebih tinggi dari perkiraan. Meski begitu, angka ini masih tergolong rendah dalam sejarah. Pasar kini menanti laporan ketenagakerjaan yang lebih komprehensif pada Jumat hari ini yang akan mengungkap berapa banyak lapangan kerja yang diciptakan sepanjang Januari.

Trump Main Tarif, Ford dan Honeywell Terimbas

Ekonomi Amerika Serikat masih jauh lebih kuat dari yang dikhawatirkan banyak pihak. Namun, tekanan mulai meningkat, terutama akibat ancaman tarif dagang yang bisa datang dari Presiden Donald Trump.

Awal pekan ini, pasar keuangan global sempat gonjang-ganjing akibat kekhawatiran akan perang dagang besar-besaran. Namun, kepanikan sedikit mereda setelah Trump memberikan penangguhan tarif selama 30 hari untuk Meksiko dan Kanada. Langkah ini memberi harapan bahwa Trump lebih melihat tarif sebagai alat negosiasi, bukan kebijakan jangka panjang yang permanen.

Di tengah pembahasan laporan keuangan Ford Motor, CEO Jim Farley menegaskan perusahaannya masih bisa bertahan menghadapi tarif impor sebesar 25 persen dari Kanada dan Meksiko selama beberapa pekan. “Tapi kalau berkepanjangan, dampaknya akan sangat besar bagi industri ini,” ujarnya. Ia memperingatkan tarif yang lama bisa memicu kenaikan harga mobil, hilangnya lapangan kerja di AS, dan menghapus miliaran dolar keuntungan industri otomotif.

Sementara itu, saham Ralph Lauren melesat 14 persen setelah melaporkan laba dan pendapatan yang melampaui ekspektasi. Kinerja perusahaan mode asal AS ini terutama ditopang oleh pertumbuhan yang kuat di China, di mana mereka baru saja membuka toko di Hong Kong dan Beijing.

Di sektor farmasi, Eli Lilly naik 4,5 persen setelah melaporkan lonjakan permintaan untuk obat diabetes dan obesitas mereka, yang sukses mendongkrak profit perusahaan.

Sebaliknya, Honeywell terpuruk 5,3 persen setelah mengumumkan rencana pemecahan bisnisnya menjadi tiga perusahaan independen yang diperdagangkan secara publik. Langkah ini mengikuti jejak perusahaan konglomerat lain seperti General Electric. Perusahaan asal North Carolina ini menargetkan pemisahan bisnis teknologi otomasi dan kedirgantaraan rampung pada akhir 2026.

Di pasar saham internasional, indeks FTSE 100 London melonjak 1,2 persen setelah Bank of England memangkas suku bunga acuan dan merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris. Dalam enam bulan terakhir, ekonomi Inggris hampir tidak bergerak sehingga Bank of England memangkas proyeksi pertumbuhan tahun ini menjadi 0,75 persen.

Saham di Paris dan Hong Kong masing-masing naik 1,5 persen, sementara Tokyo mencatat kenaikan 0,6 persen. Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun naik menjadi 4,46 persen dari 4,43 persen pada perdagangan Rabu kemarin.(*)