Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Jual Asing Perbankan Jadi Penyebab IHSG Terjun di Level 6.875

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 06 February 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Jual Asing Perbankan Jadi Penyebab IHSG Terjun di Level 6.875

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup di level 6.875 pada perdagangan Kamis, 6 Februari 2025. IHSG tercatat mengalami koreksi sebesar 2,12 persen. Pelemahan ini terjadi di tengah sentimen negatif pasar soal aksi jual asing di sektor perbankan yang membebani indeks.

Head Costumer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menilai volatilitas pasar masih cukup tinggi dengan tekanan utama berasal dari aksi jual investor asing pada saham perbankan. "Aksi jual asing pada saham perbankan, khususnya BMRI yang terjadi koreksi mencapai 7,7 persen dengan net sell sebesar Rp1,39 triliun seiring dengan rilis kinerja FY24," ujar Audi kepada KabarBursa.com di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2025.

Selain itu, kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat pasca rilis data deflasi Januari 2025 turut memberikan tekanan pada pasar saham domestik. Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan beberapa negara, khususnya China, makin memperburuk sentimen di kawasan Asia.

"Pasar tengah memperhatikan pelemahan indeks USD dan dinamika tarif dagang AS masih akan mempengaruhi pasar di tengah penantian rilis data tenaga kerja AS yang diperkirakan kuat dan dapat memberikan ruang The Fed untuk lebih dovish," kata Audi.

Berdasarkan data RTI Business, IHSG sempat bergerak bervariasi dengan level tertinggi 7.044 dan terendah 6.830 sepanjang sesi perdagangan. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 176 saham menguat, 428 saham melemah, dan 196 saham stagnan. Volume perdagangan tercatat mencapai 20.273 miliar lembar saham dengan total transaksi senilai Rp13.750 triliun dan frekuensi perdagangan mencapai 1.435.400 kali.

Mengutip data perdagangan Stockbit, saham BUVA (33.80 persen) terlihat berada di posisi teratas top gainer. Di posisi kedua ada AIMS (24.60 persen) diikuti SAFE (24.50 persen), OBAT (24.47 persen), dan SONA (21.02 persen).

Sementara dari top loser, saham NZIA (-15.00 persen) bertengger di posisi pertama, kedua ada LMPI (-10.62 persen), dibuntuti DGWG (-10.42 persen), IPAC (-9.70 persen), BBSS (-9.58 persen) yang masing-masing berada di peringkat tiga, empat, dan lima.

Indeks LQ45 juga berada di zona merah dengan  performa -2.97 persen. Saham yang mengalami koreksi paling dalam di indeks ini adalah BMRI, yakni -7.69 persen.

Dari sisi sektoral, hanya satu sektor yang terpantau mengalami penguatan yaitu health dengan performa 1,13 persen. IHSG pada hari ini dibuka melemah sebesar 10,23 poin atau turun 0,15 persen ke level 7.014,00.

Ruang Gerak IHSG makin Sempit

[caption id="attachment_116840" align="alignnone" width="680"] Aktifitas pengunjung di Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (30/1/2025). Hari ini Papan Pantau Saham terlihat merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji.[/caption]

Audi sebelumnya pernah menyampaikan ada beberapa sentimen yang mempengaruhi  IHSG.  Pertama adalah fluktuasi nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. “Pelemahan rupiah yang terjadi kemarin karena adanya penguatan indeks dolar pada beberapa hari terakhir,” kata Audi.

Namun demikian, Kiwoom Sekuritas, kata Audi, sudah melihat adanya normalisasi dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam tersebut. Hal ini dinilai menjadi sentimen positif bagi pergerakan indeks saham domestik.

Sentimen kedua adalah penantian rilis kinerja keuangan 2024 para perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) oleh pelaku pasar. “Di satu sisi kita melihat bahwa asing menekan cukup besar di pasar kita secara year to date,” ujarnya dalam segmen Dialog Analis di acara Kabar Bursa Hari Ini (KBHI), dilihat dari Channel YouTube KabarBursa.com, Rabu, 5 Februari 2025.

Lebih lanjut, Audi menyatakan para investor juga terus mengamati pergerakan positif harga emas akibat ketidakpastian ekonomi global. Pelaku pasar tengah memerhatikan aset investasi berisiko rendah. “Kenaikan harga emas ini juga menjadi bukti atau evidence bahwa pasar ini sedang mengarah pada aset yang low risk, aset yang safe-haven,” katanya.

Selain itu, empat bank berkapitalisasi besar (big caps) menjadi salah satu faktor yang membebani IHSG pekan ini. Selain faktor internal, analis dari Kiwoom Sekuritas juga menyebutkan faktor eksternal yang secara tidak langsung memengaruhi pasar modal. “IHSG masih melanjutkan ketidakpastian baik dari sisi internal maupun eksternal. Pekan ini cukup fluktuatif dan dalam tren pelemahan,” kata Audi.

Menurut Audi, kinerja empat big banks, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tidak sesuai ekspektasi pasar.

“Pada akhirnya empat bank besar tersebut menjadi pemberat IHSG beberapa hari terakhir. Termasuk hari ini tekanan juga berlanjut dari beberapa bank besar,” kataya.(*)