Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas 2.878 Dolar AS: Momentum Investasi atau Ancaman Koreksi?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 06 February 2025 | Penulis: Deden Muhammad Rojani | Editor: Redaksi
Harga Emas 2.878 Dolar AS: Momentum Investasi atau Ancaman Koreksi?

KABARBURSA.COM – Harga emas dunia terus menunjukkan tren kenaikan dan pada Rabu malam menembus level 2.878 dolar AS per troy ounce. Kenaikan ini mendorong investor untuk mencari peluang keuntungan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Analyst Stocknow.id, Abdul Haq Al-Faruqy, menilai bahwa momentum ini dapat dimanfaatkan oleh investor untuk meraih cuan, terutama melalui instrumen emas fisik atau saham emiten pertambangan emas seperti MDKA dan Antam.

“Kalau kita melihat kenaikan harga emas saat ini, sebenarnya kita bisa memanfaatkan cuannya dengan membeli langsung instrumen emas,” ujarnya dalam acara Bursa Pagi-Pagi, Kamis 6 Februari 2025.

Bagi investor yang menyukai risiko tinggi, menurutnya, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk trading jangka pendek pada saham emas seperti Antam, MDKA, atau PSAB. Namun, ia mengingatkan bahwa pergerakan IHSG yang saat ini berada dalam tren sideways perlu dicermati sebelum menempatkan modal pada emiten emas.

“Teman-teman harus cermat melihat apakah IHSG rebound di area support atau justru berada di area resistance, karena ini berpengaruh terhadap saham emas,” tambahnya.

Dari sisi sentimen global, kenaikan harga emas didorong oleh ketidakpastian ekonomi, terutama akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kebijakan tarif tambahan sebesar 10 persen dari AS terhadap China, yang membuat total beban tarif mencapai 20-35 persen, telah meningkatkan kekhawatiran pasar. Sejarah menunjukkan bahwa kebijakan serupa di era Presiden Trump pada 2018 juga memicu ketidakstabilan ekonomi global.

Ketegangan perdagangan ini membuat investor mencari aset safe haven seperti emas dan dolar AS. Menurutnya Ketika investor khawatir terhadap perekonomian global, aset safe haven seperti dolar dan emas menjadi pilihan yang sangat konservatif.

Selain faktor geopolitik, data ekonomi Amerika Serikat juga turut mempengaruhi lonjakan harga emas. Laporan ADP Employment Change menunjukkan surplus tenaga kerja di AS dengan pertumbuhan 183 ribu tenaga kerja pada Januari, lebih tinggi dibandingkan 170 ribu di Desember. Peningkatan ini berpotensi memicu inflasi lebih tinggi, dengan data terbaru menunjukkan inflasi AS mencapai 2,9 persen di Januari dari sebelumnya 2,7 persen di Desember.

Jika tren inflasi ini terus berlanjut, ada kemungkinan The Fed akan mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga alih-alih memangkasnya pada 2025.

“Hal ini menjadi kekhawatiran utama investor, karena jika The Fed menahan suku bunga lebih lama, maka tekanan terhadap aset berisiko bisa meningkat,” tambahnya.

Dengan tren bullish harga emas yang masih berlangsung, investor disarankan untuk tetap waspada dan mempertimbangkan strategi investasi yang tepat guna mengoptimalkan keuntungan dari lonjakan harga emas global.

Emas Bisa Sentuh 3.000 Dolar AS Tahun ini?

Secara historis, emas selalu jadi lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik. Tapi, kalau suku bunga naik, daya tarik emas bisa turun karena gak memberikan imbal hasil.

Tapi Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, melihat tren yang berbeda kali ini. Ia menilai kebijakan perdagangan Trump yang bikin pasar makin gak stabil, ditambah dengan bank sentral global yang mulai membeli lebih banyak emas sebagai diversifikasi dari dolar AS, bisa bikin harga emas menembus 3.000 Dolar AS per ounce (sekitar Rp48 juta) sebelum akhir tahun ini.

Tak cuma emas yang naik, logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan signifikan:

  • Perak spot naik 2,5 persen ke USD32,33 per ounce (sekitar Rp517.280).
  • Platinum menguat 0,4 persen ke USD967,94 per ounce (sekitar Rp15,49 juta).
  • Palladium justru turun 1,3 persen ke USD994 per ounce (sekitar Rp15,9 juta).

Investor sekarang mengalihkan fokus mereka ke data tenaga kerja AS yang akan dirilis dalam laporan ADP Employment Report (Rabu) dan Payroll Report (Jumat), serta beberapa pernyataan dari pejabat The Fed yang bisa memberikan sinyal arah kebijakan moneter selanjutnya. 

Aset Safe Heaven

Harga emas dunia kembali mengalami kenaikan pada Kamis, 6 Februari 2025 dini hari WIB. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan investor terhadap aset safe haven di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

Adapun emas spot tercatat menguat 0,8 persen menjadi USD2.865,61 per ons pada pukul 01.59 WIB, setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi USD2.882,16 dalam sesi perdagangan awal. Sementara itu, kontrak emas berjangka di Amerika Serikat juga mengalami kenaikan sebesar 0,6 persen, ditutup pada USD2.893 per ons.

Meski mengalami kenaikan, sejumlah sajam emas di dalam negeri justru bertumbangan pada sesi I perdagangan Bursa Efek Indonesia, Kamis, 6 Februari 2025.

Merujuk data perdagangan Stockbit, saham-saham yang berada di zona merah di antaranya ANTM (-3,45 persen) di harga 1400, MDKA (-1,36 persen) harga 1.455, AMMN (-0,34 persen) dengan harga 7.225, dan ARCI (-4,32 persen) di harga 266.

Khusus untuk MDKA dan AMMN, mereka memang tengah dalam kinerja yang kurang baik dalam satu pekan terakhir. Dalam periode ini, MDKA mencatat performa -7,91 persen, sedangkan AMMN -9,40 persen.(*)