Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham INFOBANK15 Kompak Memerah, kecuali BRIS

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 06 February 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Redaksi
Saham INFOBANK15 Kompak Memerah, kecuali BRIS

KABARBURSA.COM - Saham-saham perbankan yang masuk di INFOBANK15 kompak memerah pada perdagangan hari ini, Kamis, 6 Januari 2025.

Pada pukul 13.40 WIB, data Stockbit memaparkan hampir seluruh saham perbankan tercatat mengalami penurunan. Hanya saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau dalam kode saham BRIS yang mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,30 persen, dengan harga sahamnya berada di level Rp2.960 per lembar saham. Sementara itu, saham bank-bank lainnya mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Saham INFOBANK15 adalah sebuah indeks saham yang mengukur kinerja harga dari 15 saham perbankan yang memiliki faktor fundamental yang baik dan likuiditas perdagangan yang tinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini digunakan sebagai acuan untuk mengukur kinerja saham-saham perbankan di Indonesia.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau dalam kode saham BMRI turun paling tajam, merosot hingga 7,20 persen menjadi 5.125 per lembar saham.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI juga tercatat mengalami penurunan yang cukup besar, turun 3,80 persen di level Rp4.330 per lembar saham.

Selain itu, saham PT Bank Central Asia Tbk atau BBCA, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau dalam kode saham BBRI dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) masing-masing turun 2,50 persen atau minus 200 poin ke level Rp8.900 per lembar saham, 2,70 persen atau minus 110 poin turun ke level Rp4.030 per lembar saham, dan 2,00 persen atau minus 25 poin ke level Rp970 per lembar saham.

Saham-saham bank lain seperti ARTO, BNGA, BTPS, AGRO, dan NISP juga mengalami penurunan dengan kisaran antara 0,27 hingga 2,86 persen.

Analis sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai penurunan kinerja saham-saham perbankan yang masuk dalam INFOBANK15 yang terpantau merah karena pertumbuhan kredit perbankan saat ini memang mengalami kinerja yang kurang memuaskan.

"Sebagian besar disebabkan oleh efek dari peningkatan borrowing cost yang diakibatkan oleh tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia," kata Nafan kepada Kabarbursa.com pada Kamis, 6 Januari 2025.

Nafan juga mencatat adanya pengaruh dinamika global, seperti kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang berpotensi memicu outflow dari pasar Indonesia, khususnya sektor perbankan.

Meskipun sektor perbankan mengalami tekanan, hal ini bisa berpotensi memberikan peluang bagi inflow asing apabila dikelola dengan baik.

Terutama jika pengelolaan portfolio aset Badan Usaha Milik Negara atau BUMN dapat menciptakan growth yang solid dengan prinsip-prinsip good corporate governance.

"Jika ini berhasil, asing bisa kembali masuk, yang tentunya akan mendukung sektor ini," ujarnya.

Kinerja Big Banks yang Mengecewakan Masih Membebani

Sebelumnya diberitakan, empat bank berkapitalisasi besar (big caps) menjadi salah satu faktor yang membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini. Selain faktor internal ini, analis dari Kiwoom Sekuritas juga menyebutkan faktor eksternal yang secara tidak langsung memengaruhi pasar modal.

“IHSG masih melanjutkan ketidakpastian baik dari sisi internal maupun eksternal. Pekan ini cukup fluktuatif dan dalam tren pelemahan,” VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi dalam segmen Dialog Analis di Kabar Bursa Hari Ini pada YouTube KabarBursaCom, Rabu, 5 Februari 2025.

Menurut Audi, kinerja empat big banks, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tidak sesuai ekspektasi pasar.

“Pada akhirnya empat bank besar tersebut menjadi pemberat IHSG beberapa hari terakhir. Termasuk hari ini tekanan juga berlanjut dari beberapa bank besar,” ujar Audi.

Lebih lanjut ia merinci bahwa saham BBNI terkoreksi sebesar sempat persen. BBNI tercatat mengalami penurunan sebesar 200 poin atau 4,26 persen pada perdagangan hari ini, Rabu, 5 Februari 2025, dengan harga saham terakhir berada di level 4.500.

Saham BBNI dibuka pada harga 4.650 dan sempat mencapai titik tertinggi 4.680. Namun, sepanjang hari, harga saham bergerak turun dengan mencatatkan level terendah pada 4.480. Pada penutupan, volume perdagangan saham BBNI tercatat mencapai 52,08 juta saham, dengan frekuensi transaksi sebanyak 18.552 kali.

Nilai transaksi BBNI hari ini mencapai Rp237 miliar, dengan jumlah pembelian asing sebesar Rp70,9 miliar dan penjualan asing sebesar Rp169,3 miliar. Meskipun volume perdagangan mencatatkan angka yang cukup tinggi, saham BBNI masih bergerak di bawah harga tertingginya yang tercatat di 5.875, serta lebih jauh dari harga batas bawah (ARA) di 3.530.

“Hari ini pun tekanan juga masih berlanjut dari beberapa bank besar. Ada BBNI yang terkoreksi hampir empat persen, BBRI dan BMRI lebih dari dua persen, sejalan juga dengan BBCA yang minus 0,5 persen,” terangnya.

BBCA ditutup melemah 50 poin atau 0,54 persen ke level 9.125. Saham BBCA dibuka pada 9.100 dan sempat menyentuh level tertinggi di 9.175 sebelum akhirnya ditutup lebih rendah. Volume perdagangan tercatat sebesar 98,23 juta saham, melebihi rata-rata volume harian sebesar 79,56 juta saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp896,4 miliar. Asing tercatat melakukan pembelian sebesar Rp581,7 miliar dan penjualan sebesar Rp770,8 miliar dalam 28.629 kali transaksi.

Lebih jauh, BBRI juga mengalami penurunan signifikan sebesar 120 poin atau 2,82 persen ke posisi 4.140. Saham BBRI dibuka di level 4.250 dan terus melemah hingga menyentuh harga terendahnya di 4.140. Volume perdagangan mencapai 209,83 juta saham, sedikit di bawah rata-rata volume harian sebesar 250,26 juta saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp874,7 miliar. Investor asing membukukan pembelian Rp494,1 miliar dan penjualan Rp632,9 miliar dalam 43.941 kali transaksi.

Sementara itu, BMRI juga tidak luput dari tekanan, dengan harga saham turun 150 poin atau 2,64 persen ke level 5.525. Saham BMRI dibuka pada 5.600 dan sempat mencapai level tertinggi di harga yang sama sebelum turun ke titik terendah 5.475. Volume perdagangan saham BMRI melonjak ke 185,66 juta saham, jauh di atas rata-rata volume harian sebesar 107,09 juta saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp1,03 triliun. Pembelian asing tercatat sebesar Rp631 miliar sementara penjualan asing mencapai Rp698,2 miliar dalam 33.275 kali transaksi.

“So, ini memang yang menjadi pemberat IHSG saat ini dari sisi internal,” tegas Audi.

Selanjutnya, analis dari Kiwoom Sekuritas menyampaikan, dari sisi eksternal, meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh Donald Trump. Kebijakan ini masih dalam tahap negosiasi dengan Kanada dan Meksiko, sehingga belum sepenuhnya diberlakukan.

“Namun dengan China tampaknya sudah official, berjalan, tarif sebesar 10 persen. Inilah yang diwaspadai oleh Indonesia,” pungkasnya. (*)