KABARBURSA.COM - Kemunculan aplikasi Deepseek yang mengandalkan Artificial Intelligence (AI) membuat heboh dunia teknologi akhir-akhir ini.
Aplikasi asal China itu dinilai memberikan dampak signifikan terhadap dunia teknologi yang fokus terhadap AI, tak terkecuali emiten teknologi di Indonesia.
Pengamat Pasar Modal, Wahyu Tri Laksono memandang hadirnya Deepseek sebenarnya bisa menjadi peluang bagi emiten teknologi di tanah air.
"Jadi emiten teknologi khususnya terkait AI jelas sangat potensial," ujar dia kepada Kabarbursa.com dikutip, Kamis, 6 Februari 2025.
Diketahui, sejumlah emiten teknologi di Indonesia saat ini telah fokus terhadap AI. Dua di antaranya ialah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL).
Wahyu menjelaskan sebagai pemain di industri AI, GOTO dan MTDL seharusnya sudah paham mengenai fundamental teknologi dengan kehadiran Deepseek tersebut.
"Mereka (GOTO dan MTDL) harus menguasai atau mengambil satu hingga beberapa sisi keunggulan kompetitif. Mereka semestinya siap dengan risiko disruptive jika kalah apalagi gagal," jelas dia.
Jika GOTO dan MTDL bisa memanfaatkan kemunculan Deepseek, kata Wahyu, kedua emiten ini bisa mengambil keuntungan besar dari teknologi AI.
Namun di satu sisi, dia melihat kehadiran Deepseek di dunia teknologi bisa menjadi ancaman tersendiri bagi emiten di Indonesia. Sebab, aplikasi ini berpotensi membuat kemunculan kompetitor baru.
"Tapi di saat yang sama sangat sensitif dan rentan oleh kompetitor dan inovasi yang lebih canggih dan murah," pungkasnya.
Kehadiran DeepSeek dan Rontoknya Saham AS
Sebelumnya diberitakan, para peneliti DeepSeek mengklaim telah mengembangkan model AI mereka dengan biaya jauh lebih rendah dibandingkan para pesaing di AS.
Klaim ini langsung memicu kekhawatiran di Silicon Valley, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang sudah menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk membangun pusat data AI. Jika benar, bukan tidak mungkin perang harga antara AS dan China di sektor AI bakal pecah.
Kondisi ini sudah mulai terasa di pasar saham. Saham Microsoft—investor utama OpenAI sekaligus operator pusat data ChatGPT—sempat merosot awal pekan ini setelah melaporkan pertumbuhan bisnis cloud yang lebih lambat dari ekspektasi pasar, meski tetap agresif menggelontorkan miliaran dolar untuk ekspansi AI.
Microsoft dan Meta sendiri menegaskan akan terus berinvestasi besar-besaran dalam AI di masa mendatang, tak peduli seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan.
Zacks Equity Research baru saja merilis laporan perusahaan teknologi yakni Microsoft (MSFT), Alphabet (GOOGL), dan Amazon (AMZN) yang diperkirakan akan memberikan kejutan dalam laporan pendapatannya. Riset tersebut menyoroti posisi tiga dominator AI pasca rilis DeepSeek.
Perhatian pasar kini tertuju pada dampak dari peluncuran DeepSeek, sebuah platform kecerdasan buatan (AI) yang diyakini telah menggoyahkan dominasi ketiga raksasa dalam kompetisi bisnis teknologi AI.
Menurut Zacks, kehadiran DeepSeek telah mengaburkan keunggulan kompetitif yang selama ini dipegang oleh Microsoft, Alphabet, dan Amazon. Hal ini terlihat dari bagaimana Microsoft dan Meta menggambarkan dinamika baru di lanskap persaingan AI dalam laporan pendapatan kuartal IV mereka minggu lalu. Selain itu, Amazon dan Alphabet juga mencatatkan pendapatan yang serupa saat mengumumkan hasil kinerja mereka pada Desember 2024.
Hasil riset Zack menyebut, pasar telah lama skeptis terhadap investasi besar-besaran yang dilakukan Microsoft, Alphabet, dan Amazon dalam pengembangan pusat data berbasis AI dan infrastruktur pendukungnya. Masalah utamanya adalah ketidakjelasan bagaimana perusahaan-perusahaan ini akan memonetisasi investasinya.
“Meskipun biaya pengembangan model DeepSeek masih belum sepenuhnya diketahui, angka yang diumumkan hanya beberapa juta dolar, jauh lebih kecil dibandingkan dengan ratusan miliar dolar yang telah digelontorkan para raksasa teknologi tersebut. Microsoft dan Meta tetap berpegang pada rencana investasinya dengan keyakinan bahwa kapasitas pusat data yang dihasilkan akan menjadi keunggulan strategis dalam jangka panjang,” papar riset Zacks dikutip Kabarbursa.com dari aplikasi saham apple, Senin 3 Februari 2025.
Diperkirakan Amazon dan Alphabet akan mengikuti langkah yang sama, meskipun pasar masih menunggu penjelasan lebih rinci mengenai bagaimana investasi besar ini akan diterjemahkan menjadi keuntungan.
Hasil pendapatan kuartal IV menunjukkan kinerja yang bervariasi pada raksasa perusahaan teknologi. Microsoft mencatatkan kenaikan laba sebesar 10,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan pendapatan meningkat 12,3 persen. Namun, panduan mereka untuk bisnis cloud tidak memenuhi harapan pasar, menunjukkan bahwa meskipun ada pertumbuhan, ekspektasi investor belum sepenuhnya terpenuhi.
Sebaliknya, Meta menunjukkan kinerja yang jauh lebih impresif. Laba perusahaan naik 48,7 persen, sementara pendapatan melonjak 20,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil ini menegaskan kemampuan Meta dalam memanfaatkan peluang di pasar AI lebih efektif dibandingkan Microsoft.(*)