Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kinerja Big Banks yang Mengecewakan Masih Membebani IHSG

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 05 February 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Kinerja Big Banks yang Mengecewakan Masih Membebani IHSG

KABARBURSA.COM - Empat bank berkapitalisasi besar (big caps) menjadi salah satu faktor yang membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini. Selain faktor internal ini, analis dari Kiwoom Sekuritas juga menyebutkan faktor eksternal yang secara tidak langsung memengaruhi pasar modal.

"IHSG masih melanjutkan ketidakpastian baik dari sisi internal maupun eksternal. Pekan ini cukup fluktuatif dan dalam tren pelemahan," VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi dalam segmen Dialog Analis di Kabar Bursa Hari Ini pada YouTube KabarBursaCom, Rabu, 5 Februari 2025.

Menurut Audi, kinerja empat big banks, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tidak sesuai ekspektasi pasar.

"Pada akhirnya empat bank besar tersebut menjadi pemberat IHSG beberapa hari terakhir. Termasuk hari ini tekanan juga berlanjut dari beberapa bank besar," ujar Audi.

Lebih lanjut ia merinci bahwa saham BBNI terkoreksi sebesar sempat persen. BBNI tercatat mengalami penurunan sebesar 200 poin atau 4,26 persen pada perdagangan hari ini, Rabu, 5 Februari 2025, dengan harga saham terakhir berada di level 4.500.

Saham BBNI dibuka pada harga 4.650 dan sempat mencapai titik tertinggi 4.680. Namun, sepanjang hari, harga saham bergerak turun dengan mencatatkan level terendah pada 4.480. Pada penutupan, volume perdagangan saham BBNI tercatat mencapai 52,08 juta saham, dengan frekuensi transaksi sebanyak 18.552 kali.

Nilai transaksi BBNI hari ini mencapai Rp237 miliar, dengan jumlah pembelian asing sebesar Rp70,9 miliar dan penjualan asing sebesar Rp169,3 miliar. Meskipun volume perdagangan mencatatkan angka yang cukup tinggi, saham BBNI masih bergerak di bawah harga tertingginya yang tercatat di 5.875, serta lebih jauh dari harga batas bawah (ARA) di 3.530.

"Hari ini pun tekanan juga masih berlanjut dari beberapa bank besar. Ada BBNI yang terkoreksi hampir empat persen, BBRI dan BMRI lebih dari dua persen, sejalan juga dengan BBCA yang minus 0,5 persen," terangnya.

BBCA ditutup melemah 50 poin atau 0,54 persen ke level 9.125. Saham BBCA dibuka pada 9.100 dan sempat menyentuh level tertinggi di 9.175 sebelum akhirnya ditutup lebih rendah. Volume perdagangan tercatat sebesar 98,23 juta saham, melebihi rata-rata volume harian sebesar 79,56 juta saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp896,4 miliar. Asing tercatat melakukan pembelian sebesar Rp581,7 miliar dan penjualan sebesar Rp770,8 miliar dalam 28.629 kali transaksi.

Lebih jauh, BBRI juga mengalami penurunan signifikan sebesar 120 poin atau 2,82 persen ke posisi 4.140. Saham BBRI dibuka di level 4.250 dan terus melemah hingga menyentuh harga terendahnya di 4.140. Volume perdagangan mencapai 209,83 juta saham, sedikit di bawah rata-rata volume harian sebesar 250,26 juta saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp874,7 miliar. Investor asing membukukan pembelian Rp494,1 miliar dan penjualan Rp632,9 miliar dalam 43.941 kali transaksi.

Sementara itu, BMRI juga tidak luput dari tekanan, dengan harga saham turun 150 poin atau 2,64 persen ke level 5.525. Saham BMRI dibuka pada 5.600 dan sempat mencapai level tertinggi di harga yang sama sebelum turun ke titik terendah 5.475. Volume perdagangan saham BMRI melonjak ke 185,66 juta saham, jauh di atas rata-rata volume harian sebesar 107,09 juta saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp1,03 triliun. Pembelian asing tercatat sebesar Rp631 miliar sementara penjualan asing mencapai Rp698,2 miliar dalam 33.275 kali transaksi.

"So, ini memang yang menjadi pemberat IHSG saat ini dari sisi internal," tegas Audi.

Selanjutnya, analis dari Kiwoom Sekuritas menyampaikan, dari sisi eksternal, meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh Donald Trump. Kebijakan ini masih dalam tahap negosiasi dengan Kanada dan Meksiko, sehingga belum sepenuhnya diberlakukan.

"Namun dengan China tampaknya sudah official, berjalan, tarif sebesar 10 persen. Inilah yang diwaspadai oleh Indonesia," pungkasnya.

IHSG Ditutup Lebih Rendah di Level 7.024

Sebagaimana diketahui, IHSG ditutup melemah pada akhir perdagangan hari ini, Rabu, 5 Februari 2025. IHSG turun sebesar 49,23 poin atau setara dengan penurunan sebesar 0.7 persen, mengakhiri sesi perdagangan di level 7.024,23.

Sepanjang hari, IHSG bergerak di kisaran 7.070 hingga 7.010, mencatatkan penurunan intraday yang signifikan. Volume transaksi pada pasar saham tercatat mencapai 263,94 juta lot, dengan total nilai transaksi mencapai Rp10,95 triliun, sementara frekuensi perdagangan mencapai 1,26 juta kali.

Dari sisi lot, pasar reguler mencatatkan volume transaksi sebesar 251 juta lot dengan frekuensi 1 juta kali.

Dalam penutupan perdagangan hari ini, sejumlah saham tercatat mengalami lonjakan harga yang signifikan dan berhasil masuk dalam daftar top gainers. Salah satu saham yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah PT Sona Topas Tourism Industry Tbk dengan kode saham SONA, yang menguat sebesar 940 poin atau sekitar 24,93 persen, dan ditutup pada harga 4.710.

Selain itu, saham PT Safe Steady Safe Tbk dengan kode saham SAFE juga mencatatkan kinerja impresif, naik sebesar 60 poin atau 24,79 persen, berakhir di harga 302. Saham PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk atau dalam kode saham OBAT juga menunjukkan kenaikan yang signifikan, naik 94 poin atau 24,74 persen, ditutup pada harga 474.

Tidak ketinggalan, saham PT Artha Mahiya Investama Tbk atau dalam kode saham AlMS turut mencatatkan kenaikan 74 poin atau 24,67 persen, dengan harga penutupan di 374. Sementara itu, saham PT Suryamas Dutamakmur Tbk atau dalam kode saham SMDM juga mengalami lonjakan, naik sebesar 225 poin atau 24,59 persen, dan berakhir di harga 1.140.

Selain saham top gainers, sejumlah saham mengalami penurunan dan masuk terkoreksi dan anjlok cukup signifikan.

Saham PT Lion Metal Works Tbk dengan kode saham LION mengalami penurunan 105 poin atau sekitar 16,03 persen, ditutup pada harga 550.

Saham PT Bank Oke Indonesia Tbk dengan kode saham DNAR juga mengalami penurunan sebesar 21 poin atau 15 persen, berakhir pada harga 119. PT Saham Golden Flower Tbk dengan kode saham POLU mengalami penurunan yang cukup dalam, turun 340 poin atau 14,47 persen, dan ditutup pada harga 2.010.

Selain itu, saham PT UMA Hotel Sahid Jaya International Tbk. dengan kode saham SHID terkoreksi sebesar 175 poin atau 13,06 persen, berakhir di harga 1.165. Saham PT Puri Global Sukses Tbk. dengan kode saham PURI juga mencatatkan penurunan 42 poin atau 11,05 persen, ditutup pada harga 338.

Koreksi harga yang terjadi pada saham-saham tersebut menunjukkan adanya tekanan jual yang cukup besar pada beberapa sektor, yang kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi pasar yang fluktuatif. (*)

https://www.youtube.com/live/poelQXZgmkU?si=HveS4jURedOWDgIH