Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BBNI Rencanakan Buyback dengan Total Dana Capai Rp905 Miliar

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 05 February 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Redaksi
BBNI Rencanakan Buyback dengan Total Dana Capai Rp905 Miliar

KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau dalam kode saham BBNI berencana melakukan pembelian kembali saham perusahaan atau buyback.

Pengumuman rencana itu telah diterbitkan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada 4 Februari 2025 kemarin.

"Melalui rencana pembelian kembali saham ini, BNI berharap dapat meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan manfaat lebih bagi para pemegang saham," kata Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo Budiprabowo dalam keterangan keterbukaan informasi dikutip Jakarta, Rabu, 5 Februari 2025.

Rencana tersebut diperkirakan akan melibatkan biaya hingga Rp905 miliar atau sekitar 10 persen dari total modal disetor perseroan. Pengaturan soal buyback telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 29 Tahun 2023 mengenai Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka.

Proses pembelian saham itu akan dilaksanakan melalui salah satu anggota Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus. Pembelian kembali saham ini juga diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu maksimal 12 bulan sejak keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan pada 13 Maret 2025.

Seluruh proses akan dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi pasar saham dan harga saham BNI, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Alasan utama dilakukannya pembelian kembali saham ini adalah untuk mengurangi tekanan jual di pasar ketika harga saham sedang berfluktuasi.

Hal ini juga untuk menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan menilai harga saham saat ini tidak mencerminkan kondisi fundamental perusahaan yang sesungguhnya. Dalam kondisi pasar yang dipengaruhi oleh berbagai sentimen negatif seperti ketidakstabilan geopolitik, depresiasi nilai tukar rupiah, dan fluktuasi likuiditas. BNI berharap dapat menjaga nilai sahamnya dengan melakukan buyback tersebut.

Meskipun pelaksanaan buyback ini akan mengurangi aset dan ekuitas perusahaan sebesar Rp905 miliar, dampaknya terhadap biaya operasional perusahaan diperkirakan tidak akan signifikan.

Laba bersih per saham diperkirakan masih akan menunjukkan angka yang positif meskipun ada pengurangan modal dan ekuitas. Selain itu, biaya yang terkait dengan transaksi buyback diperkirakan hanya sekitar 0,3 persen dari total nilai buyback dan tidak akan memberikan dampak material terhadap kinerja keuangan perusahaan.

BNI memastikan bahwa kegiatan ini tidak akan berdampak negatif terhadap operasional, kondisi hukum, maupun keuangan perusahaan.

Kinerja keuangan BBNI, dilansir dari laporan keuangan Stockbit pada Rabu, 5 Januari 2025 BNI mencatatkan pendapatan tahunan sebesar Rp21,464 miliar dengan laba bersih mencapai Rp5,326 miliar pada kuartal pertama 2024. Pendapatan BNI mengalami pertumbuhan sebesar 13,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, meskipun laba bersih menunjukkan penurunan yang sangat tipis sebesar 0,02 persen.

Margin Laba Bersih

Dalam hal profitabilitas, BNI menunjukkan kinerja yang solid dengan margin laba kotor sebesar 59,65 persen dan margin laba operasional mencapai 34,69 persen. Sedangkan margin laba bersih tercatat pada angka 26,62 persen.

Dari sisi valuasi, harga saham BNI saat ini terpantau pada level yang relatif rendah, dengan rasio harga terhadap pendapatan (price to earnings/P/E ratio) tercatat sebesar 7,91 kali, baik berdasarkan data tahunan maupun trailing twelve months (TTM). Rasio harga terhadap buku (price to book value/PBV) berada pada angka 1,04, mencerminkan valuasi yang cukup wajar dibandingkan dengan nilai aset bersih perusahaan. Dengan rasio harga terhadap arus kas bebas atau price to free cashflow yang tercatat negatif, yakni minus 2,56, perusahaan perlu fokus pada pengelolaan arus kas untuk memperbaiki kondisi ini.

BNI juga mencatatkan rasio utang terhadap ekuitas yang rendah, yaitu 0,24, yang menunjukkan perusahaan memiliki struktur modal yang cukup sehat. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas tercatat pada 0,12, menandakan perusahaan tidak bergantung pada utang untuk membiayai kegiatan operasional jangka panjangnya.

Namun, angka pada beberapa metrik solvabilitas menunjukkan tantangan. Free cash flow atau arus kas bebas tercatat negatif sebesar Rp66,325 miliar pada 2024, yang menunjukkan adanya tekanan dalam likuiditas perusahaan.

Pada sisi dividen, BNI mempertahankan kebijakan pembagian dividen yang stabil dengan total dividen per saham yang dibagikan sebesar Rp280,50. Rasio pembayaran dividen atau payout ratio tercatat 48,74 persen, mencerminkan kebijakan distribusi laba yang menguntungkan bagi pemegang saham.

Saat ini, pukul 12.28 WIB saham BBNI memerah atau turun 3,19 persen atau 150 poin ke level Rp4.550 per lembar saham. (*)